tag:blogger.com,1999:blog-46953865970729082022024-03-13T14:55:14.177+07:00hujan di atas mejaArizahttp://www.blogger.com/profile/11917801641760278381noreply@blogger.comBlogger383125tag:blogger.com,1999:blog-4695386597072908202.post-15814380288612282512019-01-31T09:29:00.001+07:002019-01-31T09:29:27.813+07:00Pernah <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8PJbVGMC7dPJJxOjewTuFkkRYJdUwbKm9tFsrlaQgRUuCXgfeiEgpmcUTB21QDQufv5G-kG7_aNNiCHvXt_nprQvtrQWPVLGOUaFf1q46WblxwGPIQAPAE7KB5EFwkqqysyIYlEk6gLcY/s1600/11781841_10207651537195837_2805760255716361596_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="640" data-original-width="960" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8PJbVGMC7dPJJxOjewTuFkkRYJdUwbKm9tFsrlaQgRUuCXgfeiEgpmcUTB21QDQufv5G-kG7_aNNiCHvXt_nprQvtrQWPVLGOUaFf1q46WblxwGPIQAPAE7KB5EFwkqqysyIYlEk6gLcY/s640/11781841_10207651537195837_2805760255716361596_n.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
Kuteringat sebuah kota kecil di pinggir Birmingham<br />
dengan tram kita ke sana suatu musim panas<br />
namun dengan tiupan angin yang dingin<br />
menggigit kenangan.<br />
<br />
Saat anak-anak kecil berkejaran<br />
di sebuah taman bermain yang luas<br />
Mengejar air yang bergantian memancur.<br />
<br />
Ketika perlahan ku rebahkan punggung<br />
di atas rumput yang tebal<br />
Bunga-bunga dan kaca mata hitam<br />
menghalau matahari<br />
Menyilaukan kenangan.<br />
<br />
Dan kau tenggelamkan kaki telanjang<br />
ke dalam pasir berserakan mainan plastik<br />
Kita tertawa.Arizahttp://www.blogger.com/profile/11917801641760278381noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4695386597072908202.post-41354764811850867852019-01-21T10:09:00.001+07:002019-01-21T10:09:34.343+07:00Kedua<br />
Dua jantung berdetak di dalam tubuhku<br />
Dua jiwa merasa<br />
Berpikir<br />
Mungkin ke arah yang tak sama.<br />
<br />
Kamu terasa jauh namun dekat<br />
Karena tak bisa terdekap.<br />
<br />
Kupeluk kamu dengan doa<br />
sedari kini hingga nanti.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Arizahttp://www.blogger.com/profile/11917801641760278381noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4695386597072908202.post-51363664324112056652018-02-20T13:59:00.000+07:002018-02-20T13:59:03.319+07:00Dilan might've been a boyfriend we never had...Dilan, buku dan filmnya, adalah semacam cerita universal dengan rentang usia target audiens yang lebar, mulai dari remaja yang sekarang ini masih SMA, sampai mereka yang SMA-nya di tahun 90an. Semua orang akan terhubung dengan Dilan dan Milea dari perasaan jatuh cinta pertama kali, kenaifan, dan keposesifannya. <i>The core value. </i><br />
<br />
Ternyata, dari generasi ke generasi, jatuh cinta itu rasanya sama. Perasaan yang ditimbulkan saat <i>flirting</i>, baik bagi yang tebar pesona atau yang lagi dideketin, secara langsung atau melalui medium, efeknya juga sama.<br />
<br />
Awal-awal belajar punya komitmen sama orang lain, terus jadi merasa memiliki, lalu posesif, merasa berhak untuk melarang, merasa ingin diutamakan dibanding teman-teman, rasa-rasanya semua anak SMA yang mulai suka-sukaan mengalami hal itu.<br />
<br />
Khusus buat generasi 90an, tentu ada hal lain yang bikin makin <i>relate </i>dengan kisah Dilan-Milea, seperti yang udah seringkali dibahas di berbagai <i>review</i>. Hal yang paling spesial dan sulit untuk dibagi dengan generasi ponsel adalah pdkt dan pacaran lewat telepon umum dan telepon rumah. Ada seni tersendiri untuk mengatur waktu-waktu paling pas untuk nelpon atau nerima telpon dari pacar, belum kalau teleponnya yang pakai kabel, gak bisa ditenteng ke tempat yang lebih sepi. Gimana kalau yang angkat telepon bapaknya, atau ibunya, atau kakaknya yang jutek?<br />
<br />
Di masa itu, denger suara jutek dari Ibunya pacar aja udah mengkeret sampai ke lantai. Padahal kali aja ibunya lagi leyeh-leyeh tiduran sambil nonton TV abis seharian kerja, trus pas baru selonjoran, harus angkat telpon kita, bayanginnya sekarang males banget yhaa~~<br />
<br />
Memori lain yang diangkat dari kisah Dilan Milea ini adalah masa di mana pacaran itu sederhana. Jalan kaki bareng dari parkir motor ke kelas, janjian ketemuan di kantin masing-masing sama gengnya, trus nanti ngobrol 5 menit isinya "Nanti tungguin aku pas pulang, aku anterin", sambil senyum-senyuman. Udah. Pulang sekolah janjian, trus dianter pulang, sambil ngobrol habis ulangan harian apa dan jam berapa berangkat les ke Primagama.<br />
<br />
Mungkin ga semua orang pernah punya pacar kayak Dilan yang anak geng motor. Tapi itu bukan poinnya, menurut gue. Poinnya, di masa SMA, semua anak sedang mencari tau segala hal, ingin diterima di lingkungannya, kepingin bolos, benci sama guru yang <i>killer</i>. Tapi seperti halnya kehidupan di masa dewasa, ada orang yang punya target akademis, ada yang membangun solidaritas yang tinggi sama teman-temannya, ada yang hobi berorganisasi bahkan sampai malem-malem, tapi juga mulai pengen punya pacar.<br />
<br />
Berbagai hal yang pengen dicoba itu jadi masalah dalam hubungan sama pacar. Lupa nelepon karena lagi rapat OSIS sampai magrib, pacar ngambek. Gak bisa ngapel malam minggu karena naik gunung, ngambek lagi. Atau sebaliknya, gak bisa naik gunung karena pacar mau ditemenin seharian, trus dimusuhin temen-temen, atau bisa dapet pacar dan temen tapi harus bolos les persiapan ujian masuk universitas jadinya ntar dimarahin orang tua. MyGod. Ribet ya hidup!<br />
<br />
Lagi-lagi, walau permasalahan itu gak ada apa-apanya dibanding masalah hidup masa kini yang jauh lebih pelik misalnya menurunnya <i>self-esteem</i> karena ibu-ibu Instagram yang sempurna, tapi kisah Dilan ini bisa menyentuh bagian memori kita yang mungkin udah tersimpan lama. Udah lupa ditimbun kemacetan pulang pergi ke kantor dari rumah KPR di pinggiran kota. Tapi ternyata kita pernah ada di sana. Manis juga diingat-ingat sambil mesem.<br />
<br />
Walau gak semua orang juga punya pacar yang romantis jaman SMA, tapi semua cowok kalau lagi PDKT jaman SMA dulu kayak punya SOP yang sama. Dateng ke kelas kita dan berusaha melucu. Survey membuktikan, semua cewek suka sama cowok yang bikin dia ketawa. Satu lagi <i>core value </i>di cerita Dilan ini. Pacar kita jaman SMA mungkin gak pujangga kayak Dilan, tapi paling gak tiap ngobrol pasti dia selalu berusaha ngelucu. Bikin kita ketawa. Trus dia bilang seneng liat atau denger kita senyum. Eaaa... <i>Innocent </i>banget ya ini. Alay tapi nyata.<br />
<br />
Dan lagi, anak-anak umur SMA itu kan emang pada sotoy ya? Sok keren, sok gaya, sok mau menunjukkan sesuatu, sok cantik, sok populer, tengil, nyebelin, tapi itu semua yang ngeliat orang yang lebih tua. Misalnya kita di usia sekarang ini. Kisah Dilan-Milea sebenernya semacam refleksi diri juga, oh, ternyata gue dulu sok amat posesif sama anak orang. Toh ternyata sekarang si mantan pacar itu entah ada dimana, peduli kabarnya aja enggak. Hahaha.<br />
<br />
Anyway, banyak yang menyayangkan, kenapa Dilan gak <i>happy ending</i>? Kenapa di Dilan 1991 mereka dengan mudahnya putus padahal pas ngejar-ngejarnya gitu amat. <i>I mean, look around. How many people you know are married to their high school sweetheart? Not half of your friends, I believe</i>.<br />
<br />
Jangankan yang masih SMA, orang dewasa 20an aja banyak yang putus sama pacarnya karena merasa dikekang. Merasa pasangannya terlalu posesif. Masalahnya, tingkat toleransi posesif ini buat orang beda-beda. Buat anak SMA, dilarang pacar gabung kebut-kebutan, naik gunung, begadangan di rumah temen, trus jadi dibully temen sendiri, udah melukai harga diri banget. Apalagi kalau sampai dimusuhin temen-temennya. Inget dulu sama temen-temen pernah benci banget sama pacarnya seorang temen kami karena kami merasa si pacar terlalu posesif, yang bikin temen kami ini jadi jarang main bareng lagi, jadi ga <i>reliable </i>lagi buat dimintain tolong, pacarnya manja, begitu-begitulah ya. Tekanan sosial ini berarti banget buat anak-anak usia remaja. Coba kita di umur 30an ini, bodo amat! hahaha.<br />
<br />
Being objective, film Dilan 1990 banyak kelemahannya. Mungkin secara teknis maksimal cuma dapet 6 dari 10 bintang. Kalau kata Damar, ga modal banget yang bikinnya. Tapi dari segi cerita, Milea dan Dilan ini anak-anak SMA pada umumnya. Mungkin teman kita, mungkin kita sendiri. Karena ada Dilan dan Milea di setiap diri kita kayaknya, yang membuat kita relate banget. Ngerasain banget. Trus berakhir senyum-senyum sendiri, antara teringat filmnya sama teringat memori sendiri.<br />
<br />
:)<br />
<br />
<a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54487/348/7CADC549E88DD1A4043F988D58656AC0.png" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: 0px;" /></a><br />
<br />
Arizahttp://www.blogger.com/profile/11917801641760278381noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4695386597072908202.post-28345926166529847072017-09-13T09:30:00.003+07:002017-09-13T09:30:23.424+07:00Gelisah (1)<br />
<div style="text-align: left;">
<span style="text-align: justify;">Ada kegelisahan yang tidak bisa ditahan sejak pertama mencicipi hidup di negara maju. Sejak pertama saya melihat (hampir) semua orang memegang iphone, lalu menyadari betapa memang hampir semua orang di Britania Raya mampu secara finansial untuk membelinya. Bahkan para pekerja blue collar, misalnya cleaning service, waiters, penjaga toko, dan lainnya dengan gaji UMR. Mungkin mereka hanya perlu menabung 3-4 bulan untuk bisa membeli iphone 6s secara tunai. Kalau mau yang bundling, cicilan 12 bulan, lebih bisa lagi tanpa perlu menabung.</span></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Lalu masuk ke H&M, Zara, Mango, dan merk-merk lainnya yang juga terkenal sampai ke Indonesia. Baju dan aksesoris dari merk-merk itu juga sangat <i>affordable </i>bagi golongan menengah bawah di Inggris. Belum lagi kalau sudah memasuki masa summer sale, boxing day, atau masa-masa diskon lainnya, golongan pendapatan bawah juga bisa banget beli-beli tanpa khawatir dengan <i>price tag</i>.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Kegelisahan itu muncul dari kondisi yang sama dengan di kota-kota besar di Indonesia, tapi dengan kemampuan finansial yang jauh berbeda. Banyak orang memakai iphone terbaru, padahal harga iphone itu lebih tinggi dari pendapatannya selama sebulan. Kadang harus diakali dengan membeli iphone <i>refurbished</i> atau <i>second</i> agar bisa masuk budget. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Generasi menengah di Jakarta khususnya juga sangat akrab dengan merk-merk pakaian yang sama dengan di negara-negara maju. Padahal kemampuannya sebenarnya tidak sampai ke sana. Belum lagi tas-tas dan sepatu bermerk yang di luar negeri, orang-orang justru mikir-mikir banget buat beli. Di London, liat orang pakai tas LV bisa dihitung pakai jari. Di Jakarta? Tinggal masuk mall, pasti berjejeran keliatan di sana-sini.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Konon ada seseorang yang menggabungkan semua kartu kredit yang dia miliki agar limitnya nyampe buat beli sebuah tas bermerk. Entah cerita ini benar atau tidak, tapi kenyataannya memang mentalitas golongan menengah di kota-kota besar negara berkembang memang masih berkiblat ke negara maju. Sedihnya, produk-produk lokal yang diproduksi secara independen, yang menjadi tolok ukur kekerenan mereka yang <i>anti-mainstream</i>, seringkali juga memasang harga yang sangat tinggi. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Artinya, harus keluar duit dalam jumlah besar juga untuk menjadi anak indie yang kaffah. Hmmmfth.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Arizahttp://www.blogger.com/profile/11917801641760278381noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4695386597072908202.post-30965072769154496502017-08-09T13:13:00.000+07:002017-08-09T13:39:32.907+07:00Orkestrasi Opini<div style="text-align: justify;">
Orkestrasi opini di komunitas blog, kadang bikin lelah. Bukan lelah sama tulisan-tulisannya, tapi lelah sama kontroversi perang antar komen atas tulisan itu, oleh orang-orang yang tidak mau menulis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya, komunitas blog yang sedang hits masa kini semacam mojok itu ya ada persamaan model seperti media konvensional. Wartawan tugasnya 'cuma' cari berita sampai ke ujung dunia, tapi orkestratornya tetap di redaktur. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Komunitas blog, di sisi lain, punya editor juga, yang berhak melakukan penyesuaian-penyesuaian tulisan dari kontributor. Mereka juga bisa mengangkat tulisan mana yang kayaknya 'rame' buat pembacanya. Satu sama lain penulis 'diadu' opininya terhadap sesuatu yang <i>happening. </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Masalahnya, membalas tulisan dengan tulisan itu ada <i>effort-</i>nya, ada usaha menganalisis, membuat kerangka (walaupun cuma di otak aja), lalu menyisihkan sebagian waktu untuk berada di depan monitor, dan NULIS. Sementara, komen itu (jauh lebih) gampang. Terlebih komen yang sifatnya hanya merendahkan tulisan si penulis, membawa-bawa masa lalunya, belum lagi komen yang bilang bahwa penulis bisanya cuma menjelek-jelekkan orang lain. Lha trus yang sedang dia lakukan dengan komennya itu apa?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi ingat ada dua orang teman yang pernah 'pura-pura' ribut di grup whatsapp, satu dari mereka berdua kami kenal sebagai orang yang nyinyir dan pedas saat ngomong, sementara satu lagi <i>drama queen</i>. <i>Background</i> informasi yang sudah tertanam di kepala kami masing-masing, membuat keributan palsu antar dua orang teman ini TERASA sangat nyata. HADIR. <i>PRESENT</i>. Anggota group yang lain, sampai bersusah payah mendamaikan, bahkan saling PM untuk membuat strategi bagaimana caranya untuk meredakan peperangan virtual ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa saat kemudian, salah satu teman yang ribut palsu itu membuat pengakuan bahwa semuanya hanya sandiwara saja. Dan tertawalah mereka berdua dengan penuh kepuasan, meninggalkan kami semua ngamuk-ngamuk setengah hidup karena merasa termakan tipu daya. Ada yang meninggalkan pekerjaannya untuk melipir ke <i>pantry</i>, ada yang ketinggalan penjelasan dosen karena tetiba <i>blank</i> gara-gara pertengkaran sahabat di wa, ada yang shock sampai berderai air mata, berbagai respon yang serius. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yang nggak serius siapa? Ya dua orang itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kenapa? Dia tau skenarionya <i>cyin</i>. Tau respon yang diharapkan. Tau kalau mereka berdua sebenernya ya baik-baik aja. Tau semua. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau di <i>game theory </i>(harus banget bawa <i>game theory</i>, Cha!), bukan lagi <i>imperfect information</i> mainnya, tapi udah <i>incomplete information</i>. Kita (selain yang ribut palsu) cuma tau <i>background </i>informasi atas dua orang ini, tanpa tau kalau mereka sedang bikin drama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Itulah kelemahan sekaligus kelebihan tulisan. Mengadaptasi petikan tulisan <a href="https://www.goodreads.com/quotes/244678-hidup-sungguh-sangat-sederhana-yang-hebat-hebat-hanya-tafsirannya">Pramodya Ananta Toer</a>: Hidup itu sungguh sangat sederhana, yang hebat-hebat hanya tafsirannya.<br />
<br />
Tulisan itu sebenarnya sederhanya, yang rempong adalah pembacanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<br />
<br />
<br />Arizahttp://www.blogger.com/profile/11917801641760278381noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4695386597072908202.post-52118932470760277982017-05-31T10:02:00.000+07:002017-05-31T10:20:45.006+07:00Who runs the world?Suatu sore, di hari Sabtu, saat si Ibu leyeh-leyeh setengah tiduran dan membiarkan anak perempuannya main entah apa di jalanan komplek sama tetangga, tiba-tiba masuklah si anak ke kamar. Sedang berusaha keras menahan air mata.<br />
<br />
"Mum, when I was playing football with Abang A, Pak Satpam said that girl shouldn't play football...", kemudian air matanya mulai tumpah.<br />
<br />
Secara si Ibu feminis at heart, rasa-rasanya pengen langsung ngelabrak si Pak Satpam, tapi ditahan-tahan.<br />
<br />
"Can you play football?", akhirnya nanya pelan-pelan ke si anak.<br />
<br />
"Yes. I can. I don't care what he said. But I am sad...."<br />
<br />
*peluk anak. nangis dalam hati<br />
<br />
Saat sudah tenang, di era digital ini, buka youtube, cari video sepak bola wanita di Olympic Games Rio, show her, done!<br />
<br />
-----------<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjISmSSUkDlZYvMgQeuKpzpHab_YpT0RO9TtstWp48Wq5M_l0vCZ4vezX7t432O3iKeyjn9rCjcnIk30PzUWufxKkDyyC5stCA96GR2_3a3qeQ_QViMo9deLUMiatmmJqIuy4BLrfD79bkX/s1600/emma-watson-books.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="478" data-original-width="717" height="425" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjISmSSUkDlZYvMgQeuKpzpHab_YpT0RO9TtstWp48Wq5M_l0vCZ4vezX7t432O3iKeyjn9rCjcnIk30PzUWufxKkDyyC5stCA96GR2_3a3qeQ_QViMo9deLUMiatmmJqIuy4BLrfD79bkX/s640/emma-watson-books.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<br />
Setiap orang, saat punya anak, pasti jadi suka berangan-angan. Ada angan yang positif, banyak juga yang negatif. Jadi punya mimpi bahwa dunia akan jadi tempat yang jauh lebih baik pas si anak gede nanti. And I am no exception.<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Dipikir-pikir, salah satu pembunuh mimpi anak terbesar adalah orang tua. Maksudnya sih baik. Orang tua juga gak mau anaknya merasakan pahitnya kegagalan, atau sedihnya penolakan. Tapi tanpa disadari, harapan si anak pun pelan-pelan padam. </div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Apa sih salahnya anak perempuan main bola? Ini masih main-main lho, bukan kompetisi serius. Sejak Aruna kecil, sebenernya aku udah lebih banyak ngasih dia gender-neutral toys. Nggak berusaha maksa suka main boneka, baju-baju juga diusahakan gak selalu pink, dan sebagainya. Tapi begitu anak udah di atas 3 tahun, mulailah dia punya teman, dan merasa ingin jadi Princess, ingin pakai baju pink. Ada juga dorongan dari pendidikan seks usia dini, bahwa dia perempuan, seperti Mama, bukan seperti Ayah. Lalu dia mulai meniru apa yang mamanya pakai, apa yang mamanya kerjakan. </div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Tadinya, aku selow. Gak apa-apalah, memang lagi masanya. Dan memang bener, umur 4,5 tahun, dia udah mulai ogah pakai tiara dan kostum-kostum Princess. Alhamdulillah. Tapi, dulu pas masih keranjingan Princess, suatu hari, dia ajak mamanya main peran, Mama jadi Prince, Aruna jadi Princess. Lalu, dia sembunyi di samping sofa, dan bilang:</div>
<br />
"Save me, Mum. Pretending you're the Prince"<br />
<br />
Kagetlah! Reaksi pertama langsung pengen berhenti main dan ngasih kuliah ke anak tentang women empowerment kan ya? Tapi berusaha kalem mengalihkan cerita.<br />
<br />
"What if the Princess is actually a smart and strong Princess who can save herself?"<br />
<br />
"I knew that kind of Princess. But, today I want the Prince to save me!", katanya.<br />
<br />
"Why?"<br />
<br />
"It is just a story, you know, just a story", anaknya ngeyel.<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Biar cerita terus berjalan, Prince Mama jadi-jadian, akhirnya bikin cerita sendiri, ceritanya kudanya kesandung, trus jatuh, dan kakinya sakit gak bisa jalan. Dan karena Princess nya pinter dan kuat, dia gak usah nunggu diselamatkan, dia bisa berenang mengarungi sungai, trus naik kuda kembali ke Istana. The End. </div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Setelah main, barulah mulai kuliahnya. Mulai nanya, siapa Princess yang strong. Lalu dia jawab Elena the Avalor, Moana, sama Elsa. Trus, mulai lagi belajar gimana berdiskusi sama anak tentang suatu cerita. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Beberapa hal jenius yang aku dapet dari berbagai sumber, yang terlalu sayang untuk disimpan sendiri:<br />
<div style="text-align: justify;">
(Ini husus buat yang princess-princess klasik ya, contohnya Beauty and The Beast versi baru kemarin yang masih menjaga orisinalitasnya meski banyak yang udah disesuaikan juga. Princess Disney produk baru, kayak Elsa, Ana atau Elena sih biasanya udah ada diselipin nilai-nilai equality, meski kita tetep harus waspada juga sih)</div>
<br />
<ol>
<li>Buat film, tonton duluan buat ngecek bagian-bagian mana yang harus di sensor buat anak, dan buat mempersiapkan diri cari rasionalisasinya. Kalau gak sempet, cari info sebanyak-banyaknya di internet dan ke ibu-ibu lain yang udah nonton.</li>
<li>Selalu tanyakan, kira-kira apa yang terjadi setelah "The End". Misalnya buat Beauty and The Beast, tanyakan kira-kira apa yang akan dilakukan Belle setelah itu? Apa dia mau bangun library buat anak-anak di desa? "Do you think The Beast need to say sorry to Belle's father for what he's done? </li>
<li>Fokuskan ke nilai positif si tokoh utama, karena anak biasanya ngikutin orang tua. Misalnya, kalau aku kemarin, semangat banget ajak Aruna bahas tentang Belle yang gak cuma hobi baca, tapi juga inventor.</li>
<li>Kritisi filmnya! Misalnya, kenapa cuma boys aja yang sekolah, Belle gak sekolah? Lalu, mulailah kuliah singkat tentang gender inequality. *wink*</li>
</ol>
<br />
Film, seperti karya seni lainnya, harusnya menjadi makanan jiwa. Membuat manusia makin terpenuhi kebutuhannya. Tapi, buat anak-anak, film (dan buku) bisa menjadi basis pola pikirnya, yang sebenernya bisa membantu orang tua untuk menanamkan nilai-nilai hidup dengan cara yang lebih mudah.<br />
<br />
Cheers!<br />
-cha-Arizahttp://www.blogger.com/profile/11917801641760278381noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4695386597072908202.post-80007533252351493642017-01-26T16:27:00.003+07:002017-01-26T16:27:34.917+07:00Semua yang Biasa<div style="text-align: justify;">
Apa yang bisa bikin kangen dari sebuah kota? Apalagi kalau kota itu bukan kota yang artistik dan cantik, juga bukan kota wisata yang penuh kenangan berlibur dengan orang-orang tersayang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari ini kira-kira empat bulanan gue kembali ke Indonesia, setelah dua tahun sekolah dan tinggal di Birmingham, Inggris. Tiga bulan pertama kayaknya gue baik-baik aja. Nggak diare, nggak batuk-batuk, nggak juga <i>mellow </i>kangen sama suasana kampus dan kota Birmingham, apalagi kangen musim dingin. NO. Pokoknya pulang ke Jakarta, <i>all is well and content</i>. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
FYI, Birmingham itu kotanya biasa banget. Bukan London yang gemerlap dan tiap tikungan penuh sejarah, bukan Edinburgh yang kayak negeri dongeng, bukan juga desa-desa Inggris nan cantik yang penuh dengan jalanan tikus yang lucu. Konon, kota ini jadi salah satu kota yang cukup parah kerusakannya saat Perang Dunia, sehingga tidak semua sudut kotanya adalah bangunan orisinil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi kemudiantadi pagi, pas jam kerja, seperti biasa gue <i>scrolling </i>instagram @igersbirmingham dan tiba-tiba nyesek perasaan kangen.</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVp5lM54KXPH705X9CS2e_ahR1erRDJHtTNzGUccQnUASvmzrLt9wLbMr9s33yDesReEJQUFkrW0vycppfqxkMaUOBe2PRw_z1aEHZtT3_Jvv4HAhdZyMU2RdiT-gf1uxqY-8JihKlcGXp/s1600/birmie1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVp5lM54KXPH705X9CS2e_ahR1erRDJHtTNzGUccQnUASvmzrLt9wLbMr9s33yDesReEJQUFkrW0vycppfqxkMaUOBe2PRw_z1aEHZtT3_Jvv4HAhdZyMU2RdiT-gf1uxqY-8JihKlcGXp/s640/birmie1.jpg" width="510" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Foto ini nggak diambil di jalanan dekat tempat tinggal gue selama di Birmie, tapi semua jalanan di sana suasananya persis PLEK sama foto ini. Rumah dua lantai yang dempet-dempetan, halaman depan 1 meter, trotoar yang nggak terlalu lebar, dan bahu jalan yang penuh dengan mobil-mobil kecil 4 - 5 <i>seater</i>. Duh. Rasanya kangen, terharu, inget hal-hal kecil dan sederhana kayak jalan setengah lari selama 20 menit dari rumah ke kampus, terus trotoar yang sering berceceran botol atau kaleng bekas minuman, pulang tengah malam dari perpustakaan kampus simpangan sama anak <i>undergrad </i>yang berangkat <i>party</i> dengan kostum-kostum yang seru sambil kelaparan dan membayangkan di pinggir jalan ada tukang nasi goreng yang mangkal. Hahaha.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seumur hidup, pengalaman tinggal di tempat yang jauh dan hampir nggak masuk akal buat diulang lagi adalah pengalaman hidup di Birmie ini. Gue nggak pernah tinggal lama di suatu tempat yang jauh dari tanah kelahiran dan harus meninggalkan tempat itu <i>for good. </i>Ternyata rasa-rasanya mirip putus sama pacar ya. Karena yang yang sulit bukannya kembali hidup <i>single </i>(dalam hal ini kembali hidup di Indonesia), tapi perasaan nyaman karena terbiasa bersama yang bikin susah untuk nggak patah hati. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Inget dulu patah hati karena BIASANYA makan malam bareng, jalan kaki bareng pulang kuliah, terus rasanya hati nelangsa banget pas lewat jalan pulang sendirian. Nah, rasanya sama. Walaupun gue sama anak dan suami selama dua tahun itu sempat travelling ke tempat-tempat yang kami mimpikan, ternyata yang bikin nelangsa itu cuma liat jalanan yang dulu dilewati tiap hari. Trus, begitu udah nelangsa, foto-foto lainnya jadi terasa menyakitkan untuk dilihat. </div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcf7FQw70ZgUpgCGRmQMi-v9Fu7QbeSFch3OGEFQuAuSklMsKOEidcFhdb2ZJuEB2A0mYf-L_odvQzBTNNCG3F-ooolP0ZNP6z7YFGipMpaj-LCpa3Fdl3NV-w79CCvJ57mwGJyU1A6NxV/s1600/birmie2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcf7FQw70ZgUpgCGRmQMi-v9Fu7QbeSFch3OGEFQuAuSklMsKOEidcFhdb2ZJuEB2A0mYf-L_odvQzBTNNCG3F-ooolP0ZNP6z7YFGipMpaj-LCpa3Fdl3NV-w79CCvJ57mwGJyU1A6NxV/s640/birmie2.jpg" width="510" /></a></div>
Victoria Square ini pusat kota Birmie. Alun-alun lah ya kalau di sini. Di dekat sini ada pusat perbelanjaan, kafe-kafe, dan perpustakaan Birmingham.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNDwjzgRuWDTr0HvwGwjUCxeK88LHm1OwZxWHTskDzAQA0yTmIAmHrapG8ZFbNoyB2b-EuHc5SH7jByeekCD5R3EIuPuaawtkYHhiwvhWpy3QJ1ybzwuMwmrXyif9rr_Gv-lLQ5Z_98xSt/s1600/birmie5.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNDwjzgRuWDTr0HvwGwjUCxeK88LHm1OwZxWHTskDzAQA0yTmIAmHrapG8ZFbNoyB2b-EuHc5SH7jByeekCD5R3EIuPuaawtkYHhiwvhWpy3QJ1ybzwuMwmrXyif9rr_Gv-lLQ5Z_98xSt/s640/birmie5.jpg" width="512" /></a></div>
Foto ini dari akun @igersbirmingham yang regram dari @krisaskey. Salah satu IG favorit! Trotoar lebar ini ada di city center juga. Di ujung sana ada Poundland, di sana lagi ada KFC, Boots, M&S, Primark dan segala macam toko. Jalanan ini juga salah satu yang bikin nyesek.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGWOthWS4OxiZdV7sMRIafD1_Z0Nnhyphenhyphena7LksTERpZz4H6LL6HZp3c1gP4IxzFyICYChK2OIYKvK1zlHgxqFgAKogbGIr42oinm9ZFhvg6YFFEHL1N7LkafMs6HsR8TaIlTW9eFOXzO_SDU/s1600/birmie7.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGWOthWS4OxiZdV7sMRIafD1_Z0Nnhyphenhyphena7LksTERpZz4H6LL6HZp3c1gP4IxzFyICYChK2OIYKvK1zlHgxqFgAKogbGIr42oinm9ZFhvg6YFFEHL1N7LkafMs6HsR8TaIlTW9eFOXzO_SDU/s640/birmie7.jpg" width="512" /></a></div>
Tram ini beroperasi tidak lama sebelum kami pulang ke Indonesia. Tapi ada satu kenangan kami pergi naik tram ini di musim panas kami yang terakhir, pergi ke salah satu park terbesar, sehari setelah gue ngumpulin <i>first draft</i> disertasi setelah semingguan nggak punya kehidupan.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhn2Y3ZCZN9gVqSa2N91qr5N5AXCZzMrx1lyqoxHlDl_io3IrMJFqkKla_qQVZwYdDhd6jyN5gXWyjc82e6rsBP99hG36ixuPVbrBS_Y-FGHEThH6UHMcWoGW-zTxlO5AzRYtcL3jMMVDxe/s1600/birmie4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhn2Y3ZCZN9gVqSa2N91qr5N5AXCZzMrx1lyqoxHlDl_io3IrMJFqkKla_qQVZwYdDhd6jyN5gXWyjc82e6rsBP99hG36ixuPVbrBS_Y-FGHEThH6UHMcWoGW-zTxlO5AzRYtcL3jMMVDxe/s640/birmie4.jpg" width="640" /></a></div>
Dan terakhir.....China Town! Pusat kebahagiaan yang berasal dari perut. Tanpa Day In (toko serba ada bahan masakan dan jajanan Asia), warung mie, dan So Ya Cafe, nggak mungkin kayaknya gue bisa melewati masa-masa gelap di sana. Ah.<br />
<br />
Oh my longlost love. *lebay*<br />
<br />
<br />
<br />
*all pictures were taken from @igersbirminghamArizahttp://www.blogger.com/profile/11917801641760278381noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4695386597072908202.post-63064548166026642992016-08-21T04:46:00.003+07:002016-08-21T04:46:33.148+07:00Aku HilangDiam memahat kata-kata yang tak terucapkan<br />
Membawanya ke tepi lembaran kertas koran bekas<br />
yang kau temukan di dalam bis kota<br />
Jendela dan angin dingin berbicara rahasia<br />
tempat-tempat kiasan yang meneteskan air mata<br />
Dalam sepi yang berarti bisa berlalu<br />
di halte yang terlewatkan<br />
Riuh cuma dalam bayang-bayang yang kepanjangan<br />
karena langit sore<br />
Sulaman maksud yang tak terwujud<br />
dalam setangkai dua tangkai bunga liar<br />
Tertinggal begitu saja<br />
Mengambang di udara sesak oleh ketiadaan<br />
Aku hilang.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Selly Oak, 20 Agustus 2016<br />
<br />
<br />Arizahttp://www.blogger.com/profile/11917801641760278381noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4695386597072908202.post-84993567721962259242016-08-11T01:54:00.001+07:002016-08-11T01:54:05.942+07:00Namanya S<div style="text-align: justify;">
Sebulan sebelum selesai kuliah, sebulan sebelum pulang, tiba-tiba aku kepingin menulis di blog ini. Bukan di blog baru tentang mama-mama mahasiswa yang mangkrak karena kemalasan, bukan pula di domain personal yang biayanya sangat terjangkau di sini, tapi di sini. Blog ini terasa seperti teman lama. Aku sedang butuh seorang teman, teman lama, yang tahu paling tidak setengah dari diamku, yang tahu bahwa kadang kata-kata tanpa disaring yang keluar dari mulutku berbanding lurus dengan besarnya kepedulianku, yang tanpa basa-basi, tanpa perlu berfikir apa perlu ketemu di kafe ataukah bioskop, lebih dekat ke rumah dia atau rumahku, teman yang membebani sekaligus melegakan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin semua ini hanya tentang disertasi. Mungkin juga tentang aku yang kali ini berada pada satu waktu, di salah satu fragmen hidup, di mana Plan A tidak tersedia. Plan terbaik, nomer satu, yang selama ini bahkan tidak pernah aku anggap penting, <i>take it for granted</i> atau apalah, mendadak tidak compatible dan tidak bisa aku kendalikan. Gagal mendapatkan plan A, walau berat, tapi aku sudah biasa melewatinya. Tapi, mendapati <i>list</i> segala kemungkinan tanpa tertulis Plan A di daftar teratas, langsung ke Plan B, C, D, itu yang tidak terbayangkan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin ini tentang disertasi. Atau mungkin aku rindu seseorang, atau sesuatu. Mungkin aku rindu seorang atau justru beberapa teman lama. Sekarang, teman terdekatku adalah sebuah paket <i>software</i> pengolah data yang secara mengerikan mulai aku pahami bahasanya, yang kiasan ataupun yang bukan. Saat di monitor tampak kode-kode berwarna merah yang menunjukkan ada sesuatu yang salah, tanpa panik bertanya pada Google --sang penyelamat di akhir jaman-- ataupun menekan tombol 'help' yang mirip tuhan kecil, bedanya dia <i>to the point</i>, menjawab saat itu juga atau tak jarang bilang bahwa pencarianku tidak ditemukan. Aku akan memahami tanda <i>error</i> itu, memanipulasi dataset, mengubah perintah, atau sekedar memperbaiki <i>typo</i>, lalu kode merah itu tidak muncul lagi, tinggal sederetan angka-angka hitam yang lagi-lagi aku bisa membacanya selancar bahasa ibu. Kami sudah sangat akrab. Aku berteman dekat dan merasa nyaman dengan sebuah program komputer yang hanya mau ngobrol dengan <i>American English</i>, tak peduli dia bahwa aku ada 1,5 jam dari London, bahkan jika aku berada di Timbuktu, dia tidak peduli. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin aku rindu. Tapi aku terlalu malas untuk berusaha apalagi menemukan. Dan keberadaanku di dalam diriku sedang aku pertanyakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54487/348/7CADC549E88DD1A4043F988D58656AC0.png" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: 0px;" /></a>Arizahttp://www.blogger.com/profile/11917801641760278381noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4695386597072908202.post-72279551257393213052015-08-02T03:19:00.002+07:002015-08-02T03:19:46.104+07:00Jalan-jalan terus kapan belajarnya?<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOtUWOv0-JV6FrmgaQkCNveh4om8Su4HVZ8Cy_qlwxRBHR2pib2C4ul4WhBXEKptNQrOH4gARfcYhSyOn6r65glanJvJEQIsJzAqulIMxhwKNpPAWji3DJiIBJfNHLXmv6NCDUZ0wHeJF5/s1600/SAM_1092.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOtUWOv0-JV6FrmgaQkCNveh4om8Su4HVZ8Cy_qlwxRBHR2pib2C4ul4WhBXEKptNQrOH4gARfcYhSyOn6r65glanJvJEQIsJzAqulIMxhwKNpPAWji3DJiIBJfNHLXmv6NCDUZ0wHeJF5/s400/SAM_1092.JPG" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Trend-nya adalah, sebagian besar yang kuliah di luar negeri khusunya yang tidak dengan biaya sendiri alias beasiswa, sering mengunggah foto-foto jalan-jalan ke sanalah atau ke sinilah, dengan berbagai pose mulai yang ala turis sampai yang pose pura-pura gak peduli. Termasuk saya. Di unggahlah semua foto, mulai dari yang di dalam kota tempat kuliah, di London, juga di kota lain di Eropa. Ada juga foto kumpul-kumpul orang Indonesia, makan-makan, masak ini itu, nonton konser, belanja summer sale, intinya semua tampak indah.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Apa iya?</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ya enggaklah!</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Orang-orang seperti saya ini, tipe yang nabung seumur-umurpun, gak cukup buat liat London Eye tiap musim atau liburan keliling eropa sebulan penuh. Saya dari kecil punya mimpi kepengen sekali hidup di luar negeri, merasakan hidup sehari-hari ya, bukan cuma sekedar berkunjung dan melihat indahnya aja. Karena itu, beasiswa jadi salah satu tujuan besar yang biar udah nikah, biar udah punya anak, tetap dikejar sampai dapat. Demi apa? Demi merasakan hidup di negara maju, dengan segala kemudahan dan permasalahannya. Saya kepingin pikiran saya luas, bukan sekedar karena sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, tapi lebih karena mengalami banyak hal yang sebelumnya cuma dibaca lewat buku atau ditonton di tivi. Jadi, setelah sampai di titik ini, saya merasa layak merayakan terkabulkannya mimpi-mimpi itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Lalu, susahnya apa?</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Banyak!</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mulai dari suhu dingin yang benar-benar tidak terbayangkan, karena sebelumnya sama sekali belum pernah menginjakkan kaki ke Eropa sampai homesickness yang benar-benar menyakitkan. Padahal sejak tahun 2003 saya jauh dari orang tua, tapi kombinasi antara culture shock, weather shock, dan shock-shock yang lain itu menghasilkan homesick yang mengerikan. Waktu suami dan anak belum nyusul ke sini, pernah saya sampai gak mau keluar dari kamar untuk bersosialisasi. Pikiran saya tahu bahwa saya harus kuliah karena ini mimpi saya, tapi hati saya entah ada di mana. Setelah ada anak dan suami, beberapa masalah terpecahkan, tapi masalah lain mulai bermunculan. Bagaimana mesti bagi waktu, bagaimana harus belajar buat ujian, di saat suami sakit, gak ada pembantu, jauh dari orang tua, mau nitipin anak ke temen juga temennya lagi sama-sama ujian, sementara masih harus masak, karena kalau beli mahal. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Kadang pas jalan kaki pulang dari kampus, membayangkan rumah udah rapi, cucian piring udah bersih, makanan udah siap, kalaupun belum bisa mampir warung beli nasi padang, dan semua kemudahan yang ada di tanah air. Namanya juga manusia ya, bohong kalau bisa menerima segala sesuatu apa adanya tanpa terkecuali. Haha.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Cuma kan kalau susah-susahnya sering di-posting, sering dikeluhkan di sosial media, apa kabar orang tua yang jauh di sana? Kita seneng-senengpun yang di sana kepikiran, apalagi kalau sering mengeluh ini itu di facebook. Ada orang-orang yang benar-benar saya pedulikan, yang saya harap cuma senyum yang tertinggal tiap melihat atau mendengar kabar dari saya. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Terus, kapan belajarnya?</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Saya kasih tau ya, nggak usah khawatir sama kita-kita. Urusin aja urusan situ yang gak kalah banyaknya! ;-)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54487/348/7CADC549E88DD1A4043F988D58656AC0.png" style="background: transparent; border: 0 !important;" /></a></div>
Arizahttp://www.blogger.com/profile/11917801641760278381noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4695386597072908202.post-64015387571742772802015-08-02T02:24:00.002+07:002015-08-02T02:24:55.697+07:00--<span style="font-size: large;">Pagi, teriak dua alarm kencang-kencang, dan aku selalu masih terpejam dalam</span><br />
<span style="font-size: large;">Suara air di kamar mandi, suara air direbus dan sedikit tercium harum roti panggang</span><br />
<span style="font-size: large;">Tak lama kurasakan satu dua kecupan yang menyeretku dari remang untuk kubilang hati-hati di jalan</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Pagi tak pernah berkawan, kutemui dia dengan diam yang menyebalkan</span><br />
<br />
<br />
<a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54487/348/7CADC549E88DD1A4043F988D58656AC0.png" style="background: transparent; border: 0 !important;" /></a><br />
<br />
<br />
<br />
<br />Arizahttp://www.blogger.com/profile/11917801641760278381noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4695386597072908202.post-76385030026018132642015-06-05T05:34:00.001+07:002015-06-05T05:39:56.042+07:00Tiga Puluh<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZ8FYS4PQDYlTkwvoqqxfIweFekePT12bGExvNskXQ_VwdRQOhSeBJ7B0qth5nWa9_vQLDnwBGoYwp98aS_TQK87UPSUBNi94FB-ovvyGFoyF90NCQkA_x1KF5XLwPw8nv_YIJez5XrBmJ/s1600/il_fullxfull.329142179.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="287" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZ8FYS4PQDYlTkwvoqqxfIweFekePT12bGExvNskXQ_VwdRQOhSeBJ7B0qth5nWa9_vQLDnwBGoYwp98aS_TQK87UPSUBNi94FB-ovvyGFoyF90NCQkA_x1KF5XLwPw8nv_YIJez5XrBmJ/s320/il_fullxfull.329142179.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="text-align: justify;"><br /></span>
<span style="text-align: justify;"><br /></span>
<span style="text-align: justify;">Hampir semua target-target 'before 30' yang saya pasang sudah tercapai. Tidak semuanya memang, tapi sudah cukup membuat ringan langkah ke 'before 40'. Sepuluh tahun terakhir, saya lulus D3, kerja di usia yang relatif muda, lulus S1, menikah, melahirkan, menyusui, dapat beasiswa, lalu lanjut kuliah di negara yang saya impikan sejak kecil. Belum lagi segala kisah percintaan yang udah penuh ditulis di blog ini, hahaha. Putus dari pacar yang sudah lama hubungannya, ketemu orang baru yang sama sekali tidak diduga, putus lagi setelah sekian lama pacaran, dekat sama si ini dan si itu, dan akhirnya nikah sama teman dekat sendiri. </span><br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selama sepuluh tahun ini juga saya tinggal jauh dari orang tua. Mengalami beratnya perasaan saat gak bisa mendampingi Mama recovery dari operasi kanker payudara, beratnya hati pulang ke rumah dan melihat sendiri perjuangan Papa menemani Mama yang harus kemoterapi setiap bulan, lalu baru saja tahun lalu harus rela hanya mendengar cerita bagaimana Papa operasi ginjal karena waktu operasi bertepatan dengan hari menjelang saya ujian</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Entah karena umur, atau karena apa yang sudah saya lewati, satu hal yang semakin saya kuasai adalah memilih apa yang benar-benar penting untuk dipikirkan. Misalnya, dengan senang hati saya berteman dengan orang-orang baru, tapi saya juga tidak berusaha terlalu keras untuk diterima di suatu lingkungan, beberapa orang yang tau buruk-buruknya saya, yang tidak menghakimi kebodohan-kebodohan saya, itu sudah cukup. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di banding awal-awal umur 20-an juga saya berusaha lebih banyak menelepon orang tua. Mengirim pesan pendek, mengirim foto lewat whatsapp, dan sedikit-sedikit menyaring apa yang perlu diceritakan ke Mama dan apa yang tidak. Menjadi orang tua, saya belajar bahwa di saat anak bahkan sudah sembuh, rasa sakit di hati ibu seringkali masih bertahan. Ini juga hasil didikan Si Roti Sikaya biar tidak jadi beban pikiran orang tua, katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tentang menjadi ibu, setiap kali ditanya apa rasanya, jawaban saya selalu: punya anak seperti membuka kunci salah satu pintu di diri saya yang sebelumnya tidak pernah saya sadari keberadaannya. Pintu menuju ruang yang sangat luas, yang tidak pernah saya tahu bahwa saya bisa menampung ruangan sebesar ini di dalam hati.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan Roti Srikaya... Dia sahabat, yang menyebalkan setengah mati, yang sering lupa membuang sisa nasi ke bak cuci piring, padahal saya, yang jorok ini, entah kenapa paling geli liat nasi-nasi sisa. Dia yang seringkali harus dipaksa dengan omelan atau didiamkan seharian demi melakukan sesuatu untuk kebaikannya, semacam kembali menulis. Saya dan dia kadang terlalu sama, tapi juga terlalu berbeda. Begitupun, empat tahun terakhir, tidak akan menjadi semenarik ini tanpa dia. :)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Happy Birthday, Ariza Ayu Ramadhani. You've done many things exceptionally well. So, have fun and don't be too hard to yourself!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54487/348/7CADC549E88DD1A4043F988D58656AC0.png" style="background: transparent; border: 0 !important;" /></a><br />
<br />
<br />Arizahttp://www.blogger.com/profile/11917801641760278381noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4695386597072908202.post-83015166060575746502015-05-01T03:45:00.003+07:002015-05-01T03:59:12.002+07:00Spring in London<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLd-xFPPkUw_V0_xSbSFTK3NYbGCmv3AU4OnMqdaJ31ZzXfMPvOVh5dhz77AfYKZwGZqkKo0EvtcA70QXh8dSwwnKGYZs0PVEEqO9stKab_sFI6KWfvR8VcRAz1MgcHCrRA1sBYE4Dv_8c/s1600/10361271_10206788661184476_779847233547488270_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLd-xFPPkUw_V0_xSbSFTK3NYbGCmv3AU4OnMqdaJ31ZzXfMPvOVh5dhz77AfYKZwGZqkKo0EvtcA70QXh8dSwwnKGYZs0PVEEqO9stKab_sFI6KWfvR8VcRAz1MgcHCrRA1sBYE4Dv_8c/s1600/10361271_10206788661184476_779847233547488270_n.jpg" height="435" width="640" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBrmooGqlG09rrO3bkEQ-RldJRplQDx6HIN4Tz1xvw_fF9XOlmdHfdJmOjcjyjaI9xdbCXZhyphenhyphen6-wuLAzayK9BCqHamtm9b9ih9fnBa6RVk2G5Sw-UyLW8VsGxzzSl2Wb8t9ZlbXWWdxI9E/s1600/11026803_10206788660144450_7871063041721933739_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBrmooGqlG09rrO3bkEQ-RldJRplQDx6HIN4Tz1xvw_fF9XOlmdHfdJmOjcjyjaI9xdbCXZhyphenhyphen6-wuLAzayK9BCqHamtm9b9ih9fnBa6RVk2G5Sw-UyLW8VsGxzzSl2Wb8t9ZlbXWWdxI9E/s1600/11026803_10206788660144450_7871063041721933739_n.jpg" height="435" width="640" /></a></div>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKTVAjsULbDcZmw1oVt6hupW6YAfKB_TJdLYdgEmU7dUD40YQuFlbb9KZsUigOXk7n8ivJ4WIcxTS5b_NUfNFMNkel6rX3frivZ6PfifFrtOQvPj8mnFNk1wg7kudW4bJ2B1hwyQLCaa5l/s1600/11150655_10206788659384431_1976620455515628632_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKTVAjsULbDcZmw1oVt6hupW6YAfKB_TJdLYdgEmU7dUD40YQuFlbb9KZsUigOXk7n8ivJ4WIcxTS5b_NUfNFMNkel6rX3frivZ6PfifFrtOQvPj8mnFNk1wg7kudW4bJ2B1hwyQLCaa5l/s1600/11150655_10206788659384431_1976620455515628632_n.jpg" height="436" width="640" /></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Hampir semua orang yang pernah ke London, pasti menjadikan kota ini sebagai kota favorit. Saya termasuk di dalam golongan <i>mainstream</i> itu. Sudah beberapa kali didatangi, tapi setiap ke London, yang cuma 1,5 jam dari Birmingham, belum pernah saya pulang tanpa merencanakan perjalanan ke kota ini lagi berikutnya. Kota tua, bersejarah, dan indah. <i>Nothing I can ask for more!</i> </div>
<br />
<a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54487/348/7CADC549E88DD1A4043F988D58656AC0.png" style="background: transparent; border: 0 !important;" /></a>Arizahttp://www.blogger.com/profile/11917801641760278381noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4695386597072908202.post-92070370324780002572015-04-24T05:08:00.003+07:002015-04-24T05:20:31.285+07:00Empat<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjea3w2J2HVVTHgy66PFSyuR0PtnXTbU43V3BLhpo1tyFBu1U1K_8sBUiauB4z6XBMfKPIeCzf2naTtl3oKKfWUYvscZ9mKxxhY0FlObpDyTenOMRHz0vVrO_87QcOzaokoMwlFH3Q7OARu/s1600/1.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjea3w2J2HVVTHgy66PFSyuR0PtnXTbU43V3BLhpo1tyFBu1U1K_8sBUiauB4z6XBMfKPIeCzf2naTtl3oKKfWUYvscZ9mKxxhY0FlObpDyTenOMRHz0vVrO_87QcOzaokoMwlFH3Q7OARu/s1600/1.JPG" height="300" width="400" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnyWQtMCPpHvyvvgpe6kIcZnAqXdDdDZXa1lJhj3N1IiKSK-AZ92kkRu1D2t44xzwrX9xjDp4SwOVj1HdoxA-CVqWH0X0xXu5Ew4PZny8_HOuvAKc7cWmFh5jjScXeZlWWMAbzFYZBuDwj/s1600/5.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnyWQtMCPpHvyvvgpe6kIcZnAqXdDdDZXa1lJhj3N1IiKSK-AZ92kkRu1D2t44xzwrX9xjDp4SwOVj1HdoxA-CVqWH0X0xXu5Ew4PZny8_HOuvAKc7cWmFh5jjScXeZlWWMAbzFYZBuDwj/s1600/5.JPG" height="300" width="400" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Dari awal, kami tidak pernah punya hubungan yang sempurna. Saya dengan semua kekurangan saya, dia dengan segala kekurangannya, membuat hubungan yang kami bangun penuh dengan celah di sana-sini. Kami sering ribut, bahkan tentang alur cerita film yang kalaupun salah satu benar menebak, tidak akan bikin menang lotere atau apa. Saya seperti kebanyakan perempuan yang sering berharap pasanganya bisa membaca pikiran, jadi si pria bisa bertingkah seperti maunya si wanita tanpa si wanita meminta. Padahal saya sadar 200% probabilitinya jauh di bawah 5%. Sementara dia selayaknya lak-laki pada umumnya yang tidak mengenal kemampuan multi-tasking apalagi membaca kode-kode yang tersirat. Kami pasangan konvensional yang suka laporan, aku lagi di sini, aku lagi main sama ini, tanpa ditanya. Bukan karena takut dicemburui, tapi karena kami tidak keberatan sama sekali dengan kegiatan itu. Kami bukan gadget lover, tapi juga bukan anti gadget. Kadang-kadang duduk berdua deketan, tapi masing-masing asyik dengan HP masing-masing, kadang-kadang ngobrol lama tentang cara mengolah daging kambing agar tidak bau prengus sambil membahas tongseng dan sate kambing yang enak-enak di Indonesia. Kami orang tua yang moderat tapi penuh aturan tapi galak tapi santai. Satu-satunya aturan yang <i>strict</i> dan tanpa ampun adalah kejujuran. Berusaha memberikan banyak ciuman, pelukan dan semua ungkapan sayang melebihi jumlah aturan, ketegasan, dan punishment yang diberikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari awal, kami memandang hidup dengan cara yang kurang lebih sama. Mungkin karena itu sampai hari ini, kami menertawakan hal-hal yang sama dan <i>nyinyirin </i>hal yang sama juga. Walau tidak selalu berlaku rumus itu, tapi sampai di hari jadi yang keempat, dia tetap teman, kritikus, dan partner berbagi tagihan listrik, gas, dan air yang terbaik yang bisa saya harapkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>I love you more than taking our 4th anniversary pictures in the UK, Paps!</i><br />
<i><br /></i>
<i><br /></i>
<i><br /></i>
<div style="text-align: left;">
<i>*</i>terdengar White Winter Hymnal by Fleet Foxes yang dia putar di laptop-nya sambil entah apa yang dia lakukan. </div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
Arizahttp://www.blogger.com/profile/11917801641760278381noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4695386597072908202.post-60652074505266426212015-04-16T07:35:00.000+07:002015-04-24T04:22:43.078+07:00On Birmingham<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCCqENb391hvvonBEFMnn6iUm78eXkoya7-2na944nS-gSXzdDiZPV6tLIkFJWeIVTgFLKqln3HnqnHwp97FBRjFOB-v3bkhpsXR5SjqUX65dGaae05xTD41SAFso7Px7yIkIkP-hD1pG-/s1600/IMG_20150327_173648.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCCqENb391hvvonBEFMnn6iUm78eXkoya7-2na944nS-gSXzdDiZPV6tLIkFJWeIVTgFLKqln3HnqnHwp97FBRjFOB-v3bkhpsXR5SjqUX65dGaae05xTD41SAFso7Px7yIkIkP-hD1pG-/s1600/IMG_20150327_173648.jpg" height="400" width="320" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Bulan ketujuh sudah di Birmie. Kota ini, yang awalnya tidak pernah saya masukkan ke dalam list keinginan tempat kuliah, lama-lama bikin jatuh sayang juga. Kota yang tadinya ingin saya tuju ya tetap lebih cantik, tapi mungkin karena saya orangnya 'mudah menemukan keindahan' dan 'tidak gampang terpikat walau tahu rumput tetangga lebih hijau' jadi sekarang sudah merasakan rasa-rasa 'rumah' di sini. Apalagi sebulan yang lalu suami dan anak datang dengan lengkap dan selamat (termasuk semua titipan ransum) dari Indonesia. We started a new life. Bentuk kehidupan keluarga yang kami inginkan di Indonesia sebenarnya, banyak waktu luang, ngapa-ngapain bertiga, gantian jaga anak, dan duit cukup. Haha. No, it's not that I get a bulk of stipend, it's just that we don't need to think about education and health for Aruna because everything is free. Kemudian saya jadi semakin kepikiran tentang komersialisasi pendidikan dan kesehatan di negara sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak membandingkan, karena Inggris adalah negara maju yang sudah sangat mapan dan Indonesia masih berbenah. Walau akhirnya setelah hidup di sini saya jadi tahu kalau semua negara itu punya perjuangannya masing-masing. Ternyata di negara majupun masalah-masalah ekonomi, pro-kontra kebijakan pemerintah, partisipasi politik masyarakat, harga property yang tidak masuk akal, bukannya tidak ada sama sekali seperti yang ada di 'mimpi' kebanyakan orang di negara berkembang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
However, when we talk about the smallest part of a society, which is a nuclear family, living in an advanced country has a totally different level than in a third-world country. Menjadi orang tua, entah kita miskin atau kaya, pasti membuat kita memikirkan 'dunia' dengan mata yang lebih luas dan dengan jangka waktu yang lebih panjang dari sebelumnya. Ini mungkin semacam benang tipis yang sangat kuat yang menghubungkan satu generasi ke generasi lainnya. Ternyata, di saat kita sebagai orang tua tidak perlu memikirkan biaya pendidikan pendidikan dasar anak (sampai sebelum kuliah) dan biaya kesehatan anak, hidup menjadi jauh lebih baik dan lebih mudah. Tentu saja, teori ini berlaku buat orang yang tidak berorientasi pada uang ya. Bukannya tidak baik, saya bahkan salah satu orang yang percaya bahwa money can buy happiness, tapi kebahagiaan itu terlalu luas wujudnya, hingga ada bagian-bagiannya yang hanya bisa dicapai dengan mata uang lain seperti waktu, kesempatan, kerja keras, keberuntungan atau takdir. Hidup di negara maju buat sebagian orang bisa jadi karena dia punya uang, dia punya kesempatan, hasil kerja keras, atau takdir (atau karma atau apapun bentuknya).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masalah berikutnya, apa yang bisa saya lakukan nanti sepulang dari Birmingham untuk membuat dunia yang lebih baik buat Aruna? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.mylivesignature.com/" style="text-align: start;" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54487/348/7CADC549E88DD1A4043F988D58656AC0.png" style="background: transparent; border: 0 !important;" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
(Menulis ini, yang terngiang Penny Lane-nya The Beatle). </div>
<br />
<br />
Arizahttp://www.blogger.com/profile/11917801641760278381noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4695386597072908202.post-4745887856885758522015-03-21T04:18:00.004+07:002015-03-21T04:20:18.869+07:00Langit Kemerahan<div style="text-align: justify;">
Cukup lama kita terpisah, kamu mungkin sudah lupa banyak hal yang terlewati saat kita bersama-sama. Walau ada juga satu dua momen yang tersebutkan dari celetukanmu. Ada ketidakpercayaan yang besar padaku, pertama kali kita bertemu lagi. Aku tahu. Aku sempat menghukum diriku sendiri dengan menerima sulitnya sikapmu, aku tahu dan sadar, tidak mudah berpindah dari satu rutinitas ke rutinitas lain, lalu kembali ke awal lagi. Ada waktunya kamu menangis kencang, dan di saat yang sama aku meangis tak kalah hebatnya di dalam hati. Kita, mengalami sakit dan menanggung berat yang sama. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi, cinta seringkali berbicara dengan media yang berbeda-beda. Cintaku mungkin tidak indah dilihat mata, cinta yang kadang keras menampar hatimu, kadang harus dingin untuk menjadikanmu lebih kuat, cinta yang menyakiti kita berdua. Aku tidak pernah memintamu mengerti bahwa cinta yang kupunya selalu untuk kebaikanmu, karena sungguh, di banyak waktu, aku melakukannya untuk diriku sendiri, untuk ide dan gagasan ideal sejauh yang aku mampu. Dan aku tidak meminta pengertianmu untuk itu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tumbuhlah sesukamu. Aku berusaha keras sekali menjaminkan kebebasanmu untuk berpikir. Tapi, cintaku tetap sekeras ini, meski di awal dan di akhir hari-harimu aku selalu memastikan bentuk yang paling hangat, untuk membuatmu sedikit banyak tahu, cinta bisa diwujudkan dengan cara yang beraneka. Cintaku sekeras ini, karena ada waktunya kamu harus menghadapi hidup sendiri. Dan dari awal aku selalu bilang, seperti inilah hidup, tidak melulu seindah hijaunya bumi dipandang dari langitmu. Cintaku sekeras dan sekuat ini, karena aku mau kamu berani hidup dan merdeka di kepala dan hatimu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cintaku sekeras ini, Langit Kemerahan. Itu akan selalu menjadi jawabanku, untuk pertanyaan yang suatu hari, aku tahu, akan sering kamu pertanyakan.<br />
<br />
<br />
<i>Birmingham, 20 March 2015</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54487/348/7CADC549E88DD1A4043F988D58656AC0.png" style="background: transparent; border: 0 !important;" /></a></div>
<br />
<br />Arizahttp://www.blogger.com/profile/11917801641760278381noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4695386597072908202.post-89217003116921266382015-02-21T19:23:00.001+07:002015-02-21T19:23:06.092+07:00Sputnik Sweetheart<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHTmVrlKYPIcUeb0KjOaGaTh8snIy3mV7v6EVp3UW_O5c6UYIVl3FP1XY2rvufwR7x50oXGIZpXdT_-6aQo_G83yvQvMg99P1HO9dmeDAafivUuVnH6rj71iGoAYUBJikbNqdA0XublwcW/s1600/sputnik+sweetheart.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHTmVrlKYPIcUeb0KjOaGaTh8snIy3mV7v6EVp3UW_O5c6UYIVl3FP1XY2rvufwR7x50oXGIZpXdT_-6aQo_G83yvQvMg99P1HO9dmeDAafivUuVnH6rj71iGoAYUBJikbNqdA0XublwcW/s1600/sputnik+sweetheart.png" height="290" width="640" /></a></div>
<br />
<br />
<i>Taken from http://www.harukimurakami.com/book/sputnik-sweetheart</i>Arizahttp://www.blogger.com/profile/11917801641760278381noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4695386597072908202.post-74760098145033753222015-02-21T06:40:00.002+07:002015-02-21T06:40:31.538+07:00Strenght<br />
<div style="text-align: justify;">
Melihat setumpukan tugas yang penuh dengan angka-angka dan matematika, sebenarnya seperti menyalakan kembang api di sudut hati saya. Matematika itu seperti kombinasi yang pas antara kesukaan dan kemampuan yang saya punya. Aneh memang, tapi saya suka pusingnya menurunkan rumus-rumus, semacam memacu adrenalin dan punya efek mirip kafein. Anehnya lagi, bahkan sejak SD SMP SMA, saya juga bukan yang terbaik di mata pelajaran ini, bukan pula saya masuk golongan anak-anak jenius yang bisa hitung kali bagi tambah kurang tanpa corat-coret di kertas. Saya cuma suka, walaupun makan waktu lama untuk menyelesaikan satu soal, dan saya tidak pernah sekalipun meragukan kemampuan saya dengan dasar-dasar angka. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sampailah saya kuliah pasca sarjana di negeri dengan sistem pendidikan yang mapan, Inggris, yang membuat saya mulai meragukan satu demi satu hal-hal yang selalu saya masukkan ke daftar 'strenght' tiap melakukan analisis SWOT. Salah satunya matematika. Selain karena banyak (banyak banget, <i>literally</i>) yang punya kemampuan jauh lebih baik dari saya, tapi yang paling membuat saya berfikir bahwa saya harus berlari untuk mengejar adalah <i>critical thiking</i>. Dengan kemampuan matematika yang lumayan bagus, kalau saja di Indonesia sistem pendidikan dasarnya mendukung, mungkin saya jauh lebih bisa berfikir lebih kritis lagi. Kalau saja, saya lebih keras kepala. Karena saya ingat, saya dulu sering membungkam pemikiran kritis saya sendiri, karena saya belajar dari lingkungan bahwa 'terlalu' kritis itu menyebalkan. Dan sayangnya, bukannya belajar untuk menyampaikan kekritisan saya dengan cara yang lebih baik, saya lebih memilih untuk menyimpannya sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untungnya, selain menjadi kritikus paling tajam buat diri sendiri, saya juga orang yang sangat terbuka terhadap semua kemungkinan, termasuk kemungkinan untuk melakukan perubahan. Hal ini lalu, lagi-lagi, menggugurkan satu hal yang selama hampir 30 tahun hidup, saya anggap sebagai kekuatan: <i>fast-learner</i>. Jadi, saya percaya di setiap tempat, akan ada golongan atas, menengah, bawah. Mulai dari di kelas, di sekolah, di kampus, tempat les renang, grup teater, klub film, kursus menjahit, kantor, perbankan, se-asia tenggara, se-eropa, apapun! Umumnya, di segala peran kehidupan, saya bisa berada di ketiga golongan itu. Tapi, untuk peran-peran formal, yang gampang kelihatan mata, biasanya saya di golongan tengah (termasuk kemampuan finansial material dan kemampuan bahasa Inggris). Kemampuan akademis, dulu, saya di golongan atas, tapi di dalam golongan itu, saya di tengah atau bawah. Satu-satunya kekuatan saya untuk <i>survive</i>, selama ini, adalah saya bisa mengejar ketertinggalan saya dari mereka yang di atas dengan cepat. Lalu, sampailah saya di sini. Dengan tantangan-tantangan yang mengerikan, saya butuh waktu yang relatif lama, bahkan untuk berada di level cukup.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dunia kecil yang selama ini saya bangun secara bertahap, runtuh sekejap. Dan, sebentar lagi, Damar dan Aruna datang. Saya sepenuhnya sadar, sendirian pun tidak mudah buat sekolah di sini, apalagi ditambah urusan rumah dan anak. Tapi, mereka kekuatan saya, apapun peran yang sedang saya jalani. Kekuatan yang ada pada mereka sebesar kekuatan mimpi-mimpi saya sampai puluhan tahun ke depan. And I'm so glad that I can share my dreams with them. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.mylivesignature.com/" style="text-align: start;" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54487/348/7CADC549E88DD1A4043F988D58656AC0.png" style="background: transparent; border: 0 !important;" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Arizahttp://www.blogger.com/profile/11917801641760278381noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4695386597072908202.post-59955605625456118962015-02-06T19:17:00.002+07:002015-02-06T19:29:57.613+07:00Sedalam-dalam Cintamu Kuselami*<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiplTDmzUxHkGN3JdsfL9NaWuSYpQhRAOZ-cqhzEMRbabaqxtrz_SXbt2wZreDLMaRCUaP5uy9_G1lMxYRs0iaNBcTDJSpnQ4sGgsvu0EC9h9PvnI6IELFEQ11AvMKUmq4t83S4zPUJ3xt0/s1600/DSC_0411.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiplTDmzUxHkGN3JdsfL9NaWuSYpQhRAOZ-cqhzEMRbabaqxtrz_SXbt2wZreDLMaRCUaP5uy9_G1lMxYRs0iaNBcTDJSpnQ4sGgsvu0EC9h9PvnI6IELFEQ11AvMKUmq4t83S4zPUJ3xt0/s1600/DSC_0411.JPG" height="427" width="640" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Semakin ke sini, aku semakin susah berteman, kataku. Kamu cuma senyum sedikit, mengalihkan pandangan dari laptop untuk menggeser smoothies buah sayuran punyamu ke arahku, lalu kembali menggerakan jari-jarimu di atas keyboard.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Kuminum sedikit. Lalu aku makan sisa wafel nutella cepat-cepat untuk menghilangkan sisa-sisa rasa aneh di mulut. Kamu tertawa. </div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Aneh deh, biar juga punya teman sedikit, tapi aku merasa cukup. Karena sekarang aku di antah-berantah aja, jadi rasanya sepi. Pas di Jakarta dulu, ketemu sekali dua kali udah cukup. Ya sekarang ada teman-teman baru, tapi ya sekedar berteman, menunjukkan sedikit-sedikit diriku di lingkaran yang berbeda-beda. Kamu hanya menanggapi ceritaku dengan sedikit ketertarikan. Tawa di meja sebelah dan bunyi mesin pembuat kopi sedikit banyak menenangkanku. Wajahmu yang tertutup layar laptop dan tumpukan buku-buku tebal tidak mengurangi kehadiranmu yang seakan nyata di dekat hatiku.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
"Kamu itu desperately romantic. No. Hopelessly romantic, if I may say. Hatimu habis buat orang-orang yang kamu cintai. One nerdy girl, who analyses too much, thinks too much, but when it comes to feeling, you just burst".</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Aku terbahak keras sambil menangis. Kuhitung satu-persatu buliran air mata yang tidak bisa kuhentikan alirnya. Kucari sedikit celah di rongga dada agar oksigen sedikit membantu mengendurkan himpitan yang mencekik tenggorokan.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
"Bohong kalau aku bilang aku baik-baik aja, Tapi aku gak akan sebodoh dulu, I'm improving, you must believe in me!"</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Orang ini, satu dari sedikit sekali manusia terdekat di hati saya, yang keberadaannya menjadikan dunia dingin saya menghangat. Yang seringkali menawarkan cinta lewat obrolan nyata dan virtual, lewat kiriman berita-berita artis yang tidak jelas karya seninya, dan umpatan yang memecahkan balon transparan yang seringkali saya tiup untuk melindungi diri di saat sedang terluka. Luka-luka yang kadang muncul karena melihat orang-orang tercintai tersakiti. Luka yang sulit hilang karena hati saya hanya bisa meraba di kegelapan, menduga tanpa punya ukuran. </div>
<br />
"Udah, pikirin aja masalah-masalahmu yang banyak itu. Time will heal my pain".<br />
<br />
I wish I could.<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
"I know. I know it with all my heart and bones. But now, just please leave me alone. You're so pathetic that I can't see you in the eyes cos yours are full of sadness which caused by my sadness, which cause more pain in me to see you. Damn it".</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
I don't know why we became friends at the first place, kataku sambil lalu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku peluk dia, berharap luka hatinya benar-benar disembuhkan oleh waktu. Dan jangan terlalu berbangga, kataku, pelukan ini bukan buatmu. Aku memelukmu untuk diriku sendiri. For the sake of my own happiness.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Tawanya meluncur di belakang punggungku yang melangkah keluar dari tea house. Ini sudah cukup.</div>
<br />
<div style="text-align: right;">
<i>Sedalam-dalam cintamu kuselami</i></div>
<div style="text-align: right;">
<i>Warna-warna terindah yang ada di bumi</i></div>
<div style="text-align: right;">
<i>Terlukis di jiwa tlah membelai kalbu</i></div>
<div style="text-align: right;">
<i>Sedalam cintamu tercipta untukku</i></div>
<div style="text-align: right;">
<i>(*Sedalam Cinta by Indra Lesmana)</i></div>
<a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54487/348/7CADC549E88DD1A4043F988D58656AC0.png" style="background: transparent; border: 0 !important;" /></a><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Arizahttp://www.blogger.com/profile/11917801641760278381noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4695386597072908202.post-67280836308543482712015-01-22T01:09:00.000+07:002015-01-22T01:15:36.437+07:00Mungkin memberi arti cinta pada dirimu, aku di sini untumu*<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="text-align: justify;">Pernah kamu, sekali waktu bilang, besok aku nggak bisa jemput ya. Biasanya pagi-pagi kamu jemput ke rumah, antar ke sekolah, dan tanpa diminta menungguku sampai aku selesai rapat OSIS untuk mengantarku pulang, nyelonong ambil air putih dingin di dapur, lalu pulang tanpa bilang apa-apa. Setelah hari itu, kamu tidak pernah datang lagi. Setiap ketemu, aku tanya-tanya, kamu cuma jawab nggak ada apa-apa. Aku ingat, sehari sebelumnya, aku cerita tentang seseorang. Tapi kenapa? Tanyaku dengan nada tinggi. Aku cerita tentang kakak kelas itu karena aku setengah putus asa setengah takut patah hati, aku mau mengakiri perasaanku yang begini dengan mempertegas bahwa dari awal sampai seterusnya, aku mau kita tetap teman saja, walau aku suka. Kamu diam saja. Bahkan setelah aku bilang kalau aku suka. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bertahun kemudian, aku sudah lupa bahwa kita pernah melewati saat-saat itu. Sudah tiga atau empat kali aku jatuh cinta, dengan senior di kampus, teman seangkatan, angkatan yang lebih muda, dan sekarang seorang dari kantor sebelah. Beberapa kali kita ketemu, dengan teman-teman yang lain, aku sudah tahu bahwa kita memang nggak mungkin bisa berteman sedekat dulu, karena setelah kamu menjauhiku -yang sekarang baru aku tahu, bahwa mekanisme setiap manusia untuk menyembuhkan patah hati itu berbeda-beda, aku lalu menjadi pihak antagonis dengan membangun benteng tak tertembus apapun. Kita teman biasa, karena kita dulu satu SMA.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu suatu sore hampir malam, aku membuka pesan pendek di telepon genggamku sambil berdesakan menunggu busway, pulang kantor. Ada tanda ada pesan lainnya yang masuk, dari nomor yang sama yang tidak dikenali. Pesan-pesan pendek yang jika digabung sepanjang dua email itu kubaca berkali-kali sesampainya di kos. Kamu menjawab satu persatu pertanyaan yang lima tahun lalu berkali-kali kukatakan. Malam itu, aku tidak merasakan apa-apa selain perih. Bagaimana bisa kamu menyimpan ini semua, lalu datang di suatu hari, menawarkan selamanya? Bagaimana bisa kamu memilih untuk tidak melupakan aku? Tidak meredupkan perasaan yang seharusnya menua karena tidak terurus? Bagaimana bisa? Aku meminta maaf karena aku sudah jauh berjalan dan berubah dari yang dulu kala. Hatiku sudah jatuh dan kupungut beberapa kali, dan yang dulu terjadi sudah kuobati. Kamu cuma bilang kalau saja kamu bisa, sudah dari lima tahun lalu kamu lupa. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku tidak tahu artinya, sampai di detik ini. Kadang ada di hati beberapa orang -banyak orang mungkin- tertinggal satu dua kenangan yang rasanya bukan seperti masa lalu, karena dia tumbuh beriringan dengan setiap masa kini yang dilewati. Tidak mengubah apa-apa, aku tetap sudah tidak merasakan hal yang sama sejak lama, aku hanya memahami, beratnya rasa yang pernah kamu alami, padaku. Kita pernah tumbuh bersama, mendengarkan lagu-lagu yang sama, hanya saja, kamu tenggelam saat aku melompat, dan aku sudah terlalu jauh saat kamu mulai melompat. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54487/348/7CADC549E88DD1A4043F988D58656AC0.png" style="background: transparent; border: 0 !important;" /></a><br />
<br />
*Aku Di Sini Untukmu - Dewa 19<br />
<object class="BLOGGER-youtube-video" classid="clsid:D27CDB6E-AE6D-11cf-96B8-444553540000" codebase="http://download.macromedia.com/pub/shockwave/cabs/flash/swflash.cab#version=6,0,40,0" data-thumbnail-src="https://ytimg.googleusercontent.com/vi/qkgH_JhwTWQ/0.jpg" height="266" width="320"><param name="movie" value="https://youtube.googleapis.com/v/qkgH_JhwTWQ&source=uds" /><param name="bgcolor" value="#FFFFFF" /><param name="allowFullScreen" value="true" /><embed width="320" height="266" src="https://youtube.googleapis.com/v/qkgH_JhwTWQ&source=uds" type="application/x-shockwave-flash" allowfullscreen="true"></embed></object><br />
Arizahttp://www.blogger.com/profile/11917801641760278381noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4695386597072908202.post-18888107308187702492015-01-17T07:46:00.000+07:002015-01-17T07:46:17.853+07:00You don't want the bumpers, life doesn't give you bumpers.<a href="http://www.imdb.com/name/nm1294664/?ref_=tt_trv_qu" style="color: #70579d; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2000007629395px; text-decoration: none;"><span class="character" style="font-weight: bold;">Mason</span></a><span style="background-color: #fcfae7; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2000007629395px;">: I just feel like there are so many things that I could be doing and probably want to be doing that I'm just not.</span><br />
<div style="background-color: #fcfae7; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2000007629395px; margin-bottom: 0.3em; padding: 0px;">
<a href="http://www.imdb.com/name/nm1074492/?ref_=tt_trv_qu" style="color: #70579d; text-decoration: none;"><span class="character" style="font-weight: bold;">Sheena</span></a>: Why aren't you?</div>
<div style="background-color: #fcfae7; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2000007629395px; margin-bottom: 0.3em; padding: 0px;">
<a href="http://www.imdb.com/name/nm1294664/?ref_=tt_trv_qu" style="color: #70579d; text-decoration: none;"><span class="character" style="font-weight: bold;">Mason</span></a>: I mean, I guess, it's just being afraid of what people would think. You know, judgement.</div>
<div style="background-color: #fcfae7; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2000007629395px; margin-bottom: 0.3em; padding: 0px;">
<a href="http://www.imdb.com/name/nm1074492/?ref_=tt_trv_qu" style="color: #70579d; text-decoration: none;"><span class="character" style="font-weight: bold;">Sheena</span></a>: Yeah. I guess it's really easy to say, like I don't care what anyone else thinks. But everyone does, you know. Deep down.</div>
<div style="background-color: #fcfae7; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2000007629395px; margin-bottom: 0.3em; padding: 0px;">
<br /></div>
<div style="background-color: #fcfae7; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2000007629395px; margin-bottom: 0.3em; padding: 0px;">
<i>from imdb.</i></div>
<div style="background-color: #fcfae7; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2000007629395px; margin-bottom: 0.3em; padding: 0px;">
<br /></div>
<div style="background-color: #fcfae7; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2000007629395px; margin-bottom: 0.3em; padding: 0px;">
<a href="http://www.mylivesignature.com/" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: medium; line-height: normal;" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54487/348/7CADC549E88DD1A4043F988D58656AC0.png" style="background: transparent; border: 0 !important;" /></a></div>
Arizahttp://www.blogger.com/profile/11917801641760278381noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4695386597072908202.post-2989161659623317792015-01-13T21:23:00.003+07:002015-01-13T21:25:40.204+07:00Sudah<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3VpaP6l-YUyewZoIClzZ47L7ABNq8f69oy3M0h0Mu9s-w4stuBVotZkKYte6wfJC8XZRE9SaGaKyfRXwyr0cpWQUpykitjJ5cMFxovmK3OC-_jukzJhuJ2eUcfYzfwnKcrCAy_OMwp-vl/s1600/IMG_20141222_150206.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3VpaP6l-YUyewZoIClzZ47L7ABNq8f69oy3M0h0Mu9s-w4stuBVotZkKYte6wfJC8XZRE9SaGaKyfRXwyr0cpWQUpykitjJ5cMFxovmK3OC-_jukzJhuJ2eUcfYzfwnKcrCAy_OMwp-vl/s1600/IMG_20141222_150206.jpg" height="400" width="300" /></a></div>
<span style="text-align: justify;">Untuk semua cinta yang tidak datang tepat waktu, untuk semua waktu yang tidak datang pada yang dicinta. Dan kepingan-kepingan rindu yang tidak semestinya, untuk sejumlah masa yang tidak terungkap pada orang yang seharusnya. Di kedalaman kenangan yang sudah tercipta, yang kadang mucul dari ketenggelamannya. Untuk kebenaran yang tidak pernah diungkap, dan masa lalu yang berjalan beriringan. Tawa-tawa yang meninggalkan tangis di dalam hati, dan tangisan yang menyunggingkan senyum di kemudian hari. Untuk setiap cangkir kopi dan kursi kosong, untuk semua percakapan tanpa sepotong kukis coklat. Untuk semua pilihan yang tepat, dan pilihan-pilihan bodoh yang dibuat. Untuk semua cinta pada orang yang salah, untuk semua kebimbangan pada orang yang tidak pernah dicinta. Untuk semua waktu yang sudah dilewati sampai berada di sini, yang sia-sia atau yang berguna. Sudah lalu. Jalan saja.</span><br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<i>Delft, Desember 2014</i></div>
<div style="text-align: right;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: right;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: left;">
<a href="http://www.mylivesignature.com/" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54487/348/7CADC549E88DD1A4043F988D58656AC0.png" style="background: transparent; border: 0 !important;" /></a><i> </i></div>
<br />
<br />Arizahttp://www.blogger.com/profile/11917801641760278381noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4695386597072908202.post-61775123369605798932015-01-13T20:22:00.002+07:002015-01-13T20:45:25.709+07:00Teman yang baik untukmu sendiri.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8lwGUe0AYvCTS76c3Op-LwPir4qea8nWjEICzw9n5nfRiB_8Ht8nhYC0p-yPCM4cBwlXAiX3smHXnQEez8LqOr7wHDJ3yDvbYP1OYIVuSi-kRdF58MP9cdtX0IB1oWqy5fRKsIkMoitTs/s1600/IMG-20141226-WA0009.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8lwGUe0AYvCTS76c3Op-LwPir4qea8nWjEICzw9n5nfRiB_8Ht8nhYC0p-yPCM4cBwlXAiX3smHXnQEez8LqOr7wHDJ3yDvbYP1OYIVuSi-kRdF58MP9cdtX0IB1oWqy5fRKsIkMoitTs/s1600/IMG-20141226-WA0009.jpg" height="400" width="266" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berada jauh dari keluarga tidak pernah ada di kamus ideal semua orang rasanya. Begitupun buat saya. Tapi saya tahu, saya jauh lebih beruntung dari orang lain yang tidak punya pilihan lain, harus pergi, entah demi apapun alasannya. Dari awal saya punya pilihan untuk lanjut sekolah atau tidak. Setelah sudah pasti dapat beasiswa pun saya masih punya pilihan untuk sekolah di negara yang dekat dengan Indonesia atau tidak. Makanya, di tengah kemalangan <i>homesickness </i>yang tadinya saya pikir tidak akan saya lalui, saya cepat-cepat bisa keluar dari fase mengasihani diri sendiri yang menyedihkan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>I learn it in a hard way</i>, bahwa saya ini sangat introvert -bukan hanya sekedar agak introvert. Sejak punya anak, walaupun waktu itu saya merasa cukup banyak punya waktu buat diri sendiri, the so called me-time, tapi saat jauh dari keluarga, saya merasa ada bagian dari diri saya yang merasa lebih baik. Bukan tentang produktivitas, karena saya jauh lebih produktif pas di Jakarta. Bukan juga soal ketenangan batin, karena demi apapun di dunia ini, saya paling tenang saat di kelilingi suami, anak dan orang tua. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada kebutuhan 'ngobrol' dengan diri sendiri yang jika terpenuhi, membuat hari-hari lebih baik. Mengasah kemampuan untuk melihat pola dari kejadian-kejadian yang ada di sekeliling. Membangun mimpi-mimpi tentang diri saya sendiri, mempertanyakan apa yang penting, mengilas balik apa yang perlu diperbaiki dan apa yang perlu diubah. Dan semua itu menarik saya dari keterasingan terhadap diri sendiri. Saya menyukai perasaan yang sepenuhnya mengenali siapa yang ada di balik semua ini. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sudah lama saya tidak menulis tulisan yang sangat pribadi. Banyak posting yang saya tulis belakangan ini semuanya fiksi, yang percakapannya cuma terjadi antara saya dan kepala saya sendiri. Tulisan pribadi ini sebenarnya ada di folder laptop saya, tapi ingin saya share di sini, agar ada di mana-mana. Agar saya tidak mudah lupa, bahwa nanti sekembalinya di tengah keluarga, saya bercita-cita meluangkan waktu untuk pergi beberapa hari sendirian tanpa keluarga. Karena saya punya kebutuhan lain yang tidak sekedar ke salon atau toko buku sebagai bentuk me-time. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan walau berat, saya belajar banyak. Belajar tentang diri saya sendiri.<i> I do want to move the world, even if it is not significant mathematically. And just like what anonymous said, let those who would move the world, first move themselves.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.mylivesignature.com/" style="text-align: start;" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54487/348/7CADC549E88DD1A4043F988D58656AC0.png" style="background: transparent; border: 0 !important;" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Picture was taken by the famous <a href="http://www.dansapar.com/">dansapar</a>. Yang menjadi teman travelling ter-hits abad ini. Haha. </i></div>
Arizahttp://www.blogger.com/profile/11917801641760278381noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-4695386597072908202.post-2430909491662579302014-12-18T04:24:00.002+07:002014-12-18T04:24:48.534+07:00Sehari sebelum Amsterdam<div style="text-align: justify;">
Aku sedih sekali seperti akan pergi dalam waktu yang sangat lama, katamu. Padahal sedang tidak ada apa-apa. Cuma ada satu tiket kereta pergi pulang, beberapa jam dari kota ini, kamu pulang menghabiskan liburan musim dingin. Sejak awal, dahan-dahan yang memutih ditumpuki salju di dekat stasiun kereta itu, membentuk rupa yang penuh kerinduan. Mungkin dia rindu pucuk-pucuk daun yang sudah berwarna coklat di tanah. Atau rindu udara yang sedikit gerah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti yang sudah-sudah, alarm perpustakaan berdering-dering, 15 menit sebelum tengah malam. Kalau kita sembunyi di dekat rak buku besar itu, kita akan terkunci di sini sampai besok pagi, katamu. Sambil memakai mantel dan topi wol, lagi-lagi kamu terlihat begitu sedih, sedang aku biasa saja. Perpisahan demi perpisahan yang selalu terasa menyesakkan, membuatku terbiasa lama-lama. Tiket pesawat, tiket kereta, atau kapal ferry yang hanya satu arah tanpa tahu kapan kembali, sudah kurasakan satu-persatu kalimat pamitannya. Bandara, stasiun, serempak meneriakkan sampai jumpa, yang kita tahu hanya di mulut saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bukan aku tidak akan merindumu, tapi perpisahan sudah seperti kaki-kaki yang terbiasa berjalan berkilo-kilo meter setiap harinya. Sedih dan rindu, perasaan sendirian yang tiba-tiba menyergap sepulang dari stasiun kereta, menyeramkan. Tapi aku sudah mengerti, sebentar atau lama, suasana itu hanya sementara. Percuma kutahan waktu, percuma kutahan kamu, pilihannya hanya berjalan maju atau diam di sini, sementara dunia berlari-lari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kubiarkan kamu berjalan setengah berlari dengan kemarahan yang kamu salurkan lewat langkah-langkah kaki yang lebar. Benar mungkin katamu, tidak ada yang lebih menyebalkan dari manusia sombong yang merasa paling tahu tentang kehidupan. Aku bilang dari awal, aku lebih suka kamu yang membenciku. Sudah aku bilang, teruslah membenciku, jangan berubah, karena tiap-tiap kamu bilang suka, aku merasa biasa saja. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tiap-tiap kamu berlari pergi, tiap-tiap waktu yang kamu habiskan tanpaku, di situlah aku, melihatmu dengan tatapan yang selalu kamu harapkan. Tiap-tiap kamu tidak suka cara bicaraku dan jalan pikiranku, pilihan warna tas punggung baruku dan buku-buku favoritku, kamu tahu, di situ aku paling cinta. </div>
<br />
<br />
<br />
<a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54487/348/7CADC549E88DD1A4043F988D58656AC0.png" style="background: transparent; border: 0 !important;" /></a>Arizahttp://www.blogger.com/profile/11917801641760278381noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4695386597072908202.post-927319718147586372014-12-17T07:23:00.001+07:002014-12-17T07:23:21.703+07:00Only Lovers Left Alive<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiT9Eal0J6fPkUW49-b3YzaBMujnSkAJsdF4cqenFqvak5UviJWBQEmvbzyBcbIUUMxLJhXkyuSr2tz00yk6HG44LSS5z9A0WBfp5fT8CqxqRkQKgVmscZ7J113lKMFwZPyx9A3gjXLEYZ/s1600/only-lovers-left-alive-.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiT9Eal0J6fPkUW49-b3YzaBMujnSkAJsdF4cqenFqvak5UviJWBQEmvbzyBcbIUUMxLJhXkyuSr2tz00yk6HG44LSS5z9A0WBfp5fT8CqxqRkQKgVmscZ7J113lKMFwZPyx9A3gjXLEYZ/s1600/only-lovers-left-alive-.jpg" height="326" width="640" /></a></div>
<br />
Lets live together.<br />
No.<br />
Why?<br />
I love you too much.<br />
So, lets live together.<br />
Stop it.<br />
Why?<br />
After centuries, the only thing that doesn't change is my love for you.<br />
I love you so much.<br />
No need to hurry.<br />
We have forever?<br />
We have forever.<br />
<br />
<br />
*My favourite movie of the year. Period.<br />
**picture taken somewhere in google.<br />
*** those words above are not a part of the script.Arizahttp://www.blogger.com/profile/11917801641760278381noreply@blogger.com0