Selasa, 29 Juni 2010

Adalah Saat Itu

Pada semua garis dari jelujur jaring laba-laba yang mewakili kehidupan, saya meyakini bahwa hidup ini adalah keterkaitan yang maha besar sekaligus maha kecil. Besar karena jalan hidup sudah ada yang menentukan, semua keterkaitan dan koinsiden adalah cara kehidupan bekerja. Kecil karena waktu yang singkat ini terlalu sedikit untuk dihabiskan hanya dengan mengejar sesuatu yang besar dan pada akhirnya tidak membuat kita bahagia.
Pada enam bulan terakhir ini, saya belajar satu hal lagi tentang diri saya sendiri. Betapa saya ternyata adalah seseorang yang sangat bahagia dalam melakukan pengamatan terhadap hal-hal kecil yang saya temui setiap harinya. Itulah kenapa saya senang diam di dalam bis atau kereta hanya untuk kemudian senang melihat ada salah satu rumah di sisi rel di perjalanan lewat jalur selatan, yang saya tengarai sengaja dibuat mirip dengan tengkorak manusia. 

Di saat setiap orang meyakini konsep kebahagiaan adalah mencari hal-hal besar, maka saya cukup tahu bahwa yang saya yakini indah pada waktunya itu bukanlah bahwa akhirnya saya sekarang punya pacar, part time lover and full time friend, seperti yang setiap orang katakan pada nasehat patah hati saya setengah tahun yang lalu. Karena Ya, saya adalah orang yang cukup sombong untuk bilang bahwa kalaupun hubungan saya waktu itu dilanjutkan kemungkinannya tetap 50:50 antara bahagia dan tidak. Menyimpulkan bahwa saya pasti tidak bahagia waktu itu dan sekarang saya bahagia makanya tidak perlu ada yang buat sakit hati adalah sesuatu yang terlalu pesimis dalam teori kehidupan saya.

Bahwa saya putus patah hati dan lalu saya sekarang bahagia, itu adalah deretan usaha perjuangan doa, yang dibingkai pada sebuah keterkaitan besar yang di luar kuasa saya. Jadi, putus atau nggak, saya tau, saya akan selalu berusaha untuk menjadi bahagia. Maka buat saya, sesuatu yang indah pada waktunya itu hanyalah duduk lesehan di suatu tempat makan bakmi jawa di Jogjakarta. Tepat di samping alun-alun, di suatu malam yang sedang ada konser Sheila on 7 di sana. 

Indah karena, saya akhirnya bisa sangat dekat dengan band cinta mati saya 10 tahun yang lalu itu, duduk sambil makan, dan tidak ada keriuhan untuk misalnya heboh lari-lari ke alun-alun untuk nonton langsung di sana, berjubelan, lalu nyanyi teriak-teriak dengan lirik yang hafal di luar kepala. Saya tetap duduk di tempat saya, melanjutkan makan bakmi jawa, lalu saya dan pacar saya akhirnya nyanyi-nyanyi dengan lirik yang ternyata masih hafal juga, dengan kebahagiaan sama dengan berdesak-desakan berusaha melihat penampilan langsung band idola. 

Indah karena saya merasa, semua sensasi kesenangan lari-lari dari panggung ke panggung, berusaha mencari spot terbaik untuk mengabadikannya dalam kamera, perasaan terharu saat lagu kesukaan dimainkan langsung didepan mata, semua itu sudah saya rasakan dan saya tangkap dalam-dalam di hati dan pikiran dari entah berapa pertunjukan live yang pernah saya datangi. 

Maka di hari itu, di malam itu, dengan kita yang sama dengan yang setiap harinya di Jakarta, rokokmu yang sama, kamera yang sama, dan obrolan tidak ada habisnya yang juga sama, ditemani variabel baru berupa bakmi jawa rekomendasi adikmu yang ngerjain kita, atmosfer kota Jogjakarta yang kita syukuri tidak sempat kita tinggali sebagai hunian sehingga rasa cantiknya tetap sama tanpa dinodai rutinitas, dan lagu-lagu sheila on 7 yang di saat jaya-jayanya, saya dan kamu bahkan belum pernah tahu bahwa suatu hari saya akan mencintai kamu lebih dari saya yang 10 tahun lalu memajang poster Eross Sheila on 7 di kamar saya yang bedinding warna biru..... 

.....Indah adalah saat itu.

Senin, 28 Juni 2010

Beku


Dada saya sesak karena gembira yang melimpah ruah.
Penuh yang sejuk sekaligus hangat.
Apapun nama yang menyatakan perasaan nyaman yang cukup dijadikan inventory kebahagiaan berminggu-minggu ini.
Mirip perasaan naik becak malam-malam di tengah benteng keraton,
atmosfer yang hanya ingin dirasakan,
disimpan di dalam memori terdalam,
dan adalah waktu yang detiknya pun sayang dilewatkan
lewat pembidik kamera untuk alasan keabadian. 
 
Karena kata hanyalah penanda.
Dan abadi adalah di hati.

Kamis, 24 Juni 2010

Pepper


Dia suka panggil saya Pepper. Mungkin karena saya suka ngomong pedes. Mungkin karena tampang saya kalau jutek bikin gerah. Mungkin ngobrol dan menjalin relationship sama saya itu kalo dalam bahasa Jawa dibilang Kapok Lombok. Pedes sih, nyebelin, bikin kapok sesaat, tapi ntar berkali-kali diulang lagi. Untung dia suka pedes. Case closed, deh....  



P.S: Besok aku gak posting yaaa... See ya at Moday! Happy Long Weekend (for me), Happy Usual Weekend for all of you! *jahat* hehehe. Oh ya, tiap malam ada acara di Gedung Kesenian Jakarta dalam rangka ulang tahun Jakarta loh, sana pada meriahkan!

Alam Sedang Menyapa

Aku bahkan lupa menanyakan namanya. Mbak yang di tempatnya bekerja dipanggil suster, sudah bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah om-nya Roti Srikaya sejak anak pertama om-tante lahir, kira-kira enam tahun yang lalu. 

Sambil menyuapi anak kedua yang masih dua tahun dan nungguin yang besar main game di komputer, aku nanya-nanya tentang keluarga si Mbak, dan pertanyaan standar lainnya antara dua orang yang baru kenal. Ada satu topik pembicaraan yang tiba-tiba membuat wajah si Mbak bersinar-sinar, cerita tentang anaknya yang baru keluar nilai UAN-nya, dengan rata-rata 8,6. Refleks aku bilang, wow, pinter ya Mbak, anaknya.... Dan si Mbak bilang, Iya Mba, saya juga bilang sama anak saya, hebat juga kamu ya gak ditungguin Ibumu, tapi nilainya bagus-bagus... 

Dan aku jadi ingat diriku sendiri, dari kecil selalu difasilitasi segala sesuatu yang berhubungan dengan sekolah. Buku ini itu, LKS dari berbagai penerbit, meja belajar yang memadai, rumah yang nyaman, uang saku yang cukup, mau ikut les apa aja hajar bleh, sampai-sampai kalo di tingkat kelas yang lulus-lulusan, seperti kelas 6 SD, 3 SMP, dan 3 SMA, kayaknya di rumah cuma numpang makan sama tidur aja saking banyaknya les. Belum lagi dukungan moral dari orang tua yang lebih dari berlimpahan. Mamah selalu ADA. Entah diem aja, ngomel, atau nyiram tanaman.

Anak si Mbak ini, bahkan tidak merasakan ada Ibu setiap hari yang nyiapin sarapan, atau ngomelin kalo tidur kemalaman. Tapi Pengatur alam semesta memang bekerja dengan ajaib. Bahkan tanpa itupun anak si Mbak bisa terus berprestasi. Mungkin karena Mbak mencintai dan membantu mengasuh dua sepupu roti srikaya dengan penuh kasih sayang, hingga Tuhan pun gak sungkan-sungkan mencintai anak kandung Mbak dengan cara-Nya sendiri. Mungkin karena anak si Mbak selalu ingin membahagiakan orang tuanya, atau mungkin karena memang seperti itulah alam bekerja.

Tepat di saat ini, di detik yang sama jika kita memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa pun akan mempengaruhi udara, orang di sekitar kita, bakteri, virus, dan semuanya sedemikian rupa. Tepat di saat yang sama, saat kita mengetikkan kata per kata, akan ada orang di belahan dunia lainnya yang baru berkemas pulang kerja. Tepat di saat ini, semua tindakan kita adalah semacam hubungan sebab akibat dari semua yang sudah pernah kita lakukan sebelumnya. And it goes on. Demikianlah kehidupan bekerja.

Saat itu aku merasa, dengan cerita si Mbak dan setengah lamunan, sepertinya alam semesta sedang menyapa. "Hello Icha, I'm not that unfair, right?"




gambar dari sini.

Rabu, 23 Juni 2010

Teater Gandrik

 Satu hal yang langsung terasa dari pementasan Teater Gandrik yang baru pertama saya lihat adalah semua orang, literally semuanya, yang ada di panggung sangat menikmati pertunjukan yang mereka buat. Atmosfer itu diciptakan dari berkumpulnya seluruh pemain, crew, dan musik di panggung, jogat-joget dan nyanyi-nyanyi 'seakan-akan' pementasan itu 'cuma' latihan atau mentoknya Gladi Resik. Tidak ada layar yang dibuka, atau sesuatu yang wah sebagai pembukaan. Saya dan pacar yang datang 5 menit sebelum dimulai dan melihat kehebohan para pemain yang jejogetan di panggung serta ke-santai-an itu berkali-kali saling bertanya, "Ini belum mulai kan pentasnya?".

Bahwa chemistry antar elemen di teater gandrik ini sangat kuat, sebenarnya bukan sesuatu yang mengejutkan, mengingat Teater Gandrik berada di bawah payung Padepokan Seni Bagong Kussudiardja bersama dengan Kua Etnika, Sinten Remen, dan Orkes Melayu Banter Banget, dengan orang-orang yang menurut saya, 4L, lu lagi lu lagi.

Sebagai orang Jawa (okay, half-blood), dan berbahasa jawa secara aktif, menyimak pementasan bertajuk Pandol (Panti Idola) sepanjang 3 jam ini seperti nonton lawak yang mengangkat tema berat dan dituangkan lewat skenario yang cukup disiplin. Ada beberapa adegan terlihat sebagai improvisasi yang direncanakan, in a positive way, improv ini tetap ngajak tertawa, tapi tidak asal-asalan. Walaupun juga banyak improvisasi yang asli original nyeplos di atas panggung. Masalah baru terasa kalau teater ini ditonton oleh orang yang sama sekali tidak memahami bahasa jawa, karena banyak sekali celetukan dan guyonan yang memang dari sananya sudah ada rumus, akan lucu dengan bahasa aslinya. Seorang penonton di belakang saya, berkali-kali menanyakan apa arti dari ucapan pemain yang membuat seisi Graha Bhakti Budaya tertawa ngakak, dan walaupun akhirnya di-translate teman di sampingnya, saya yakin gak akan selucu aslinya.

Ide cerita Panti Idola ini adalah tempat rehabilitasi para korban korupsi. Saya suka idenya, inti ceritanya, tapi pengembangan cerita Pandol ini menurut saya biasa saja, potret keadaan Indonesia yang sebenar-benarnya di saat ini. Pandol dan pasien-pasiennya hanya menjadi atribut untuk menceritakan bagaimana tersistemnya korupsi di Indonesia saat ini. Dan jujur, itu adalah downgrading dari ekspektasi saya dari pas pertama tahu tentang konsep panti rehabilitasi Pandol. Saya pribadi, akan lebih tertarik jika Teater Gandrik tidak terjebak dalam skema 'potret' saja, tapi lebih kepada filosofi di dalamnya.

Butet Kartaredjasa bermain bagus, tapi tidak kemana-mana, perannya menurut saya seragam dan mirip dia yang di program televisi biasanya. Sorry to say, berat hati saya akan membandingkan dengan Ratna Riantiarno yang juga adalah maskot teaternya, di pementasan terakhir berperan sebagai Dewi Kwan Im, instead of menjadi permaisuri atau peran semacamnya. Yang paling mencuri perhatian saya adalah peran Kepala Dinas Pendidikan, tepatnya saat dia diperiksa Panitia Pemberantasan Korupsi. Dan Momen terlucu buat saya adalah saat salah satu pasien di Pandol, yang membacakan puisi Krawang-Bekasi, mengobrak-abriknya menjadi pidato. Alasan personal sih sebenarnya, karena saya pernah lomba baca puisi dan berhari-hari dulu memahami puisi itu dengan guru bahasa indonesia saya. Yang ada di memori saya, Krawang Bekasi itu adalah puisi perjuangan yang muram, dan kalau itu berhasil dijadikan humor oleh Gandrik, menurut saya itu sangat jenius.

Dengan pementasan di hari kerja, mulai jam 8 sampai jam 11, saya bisa bilang bahwa nonton Teater Gandrik sangat menyenangkan. Kombinasi antara seni yang berkualitas sekaligus sederhana, bahasa lugas, musik yang sangat menyatu dengan keseluruhan cerita, dan tentu saja kemasan tradisional mulai dari kostum, make up, tari-tarian, lagu, Butet Kartaredjasa, Djaduk Ferianto, bisa dipastikan di pertunjukan-pertunjukan Teater Gandrik di Jakarta berikutnya, saya dan pacar akan duduk di deretan ketiga terdepan dari panggung, seperti semalam.

Selasa, 22 Juni 2010

Halo!


Halo Tiket Kereta di Minggu sore,
Kenapa kamu udah abis sebelum aku sempet beli? Ya ampun, gimana nih Papin? Kita ga bisa balik ke Jakartaaaaa.... Kita keluar kerja aja apa, trus beli rumah di tengah perkebunan. Tiap pagi metik tomat trus dijual ke pasar deh...

Halo luar kota,
Sampai ketemu weekend ini yaa.. Aaaagh, gak sabar pengen segera melarikan diri dari rutinitas kos-kantor-mol-kos-21-cikini-kos-kantor-kos.

Halo backpack,
I can hear you laugh out loud! Jalan-jalan lagi kita, deket-deket aja sih... Are you happy? Because i am!

Halo Toy Story 3,
Baca review yang mengerikan bagusnya dimana-mana! Selamat ya... Aku akan nonton sebelum ke luar kota deh. Janji!

Halo kerjaan,
Ayo jangan pada bandel! Kalian harus beres Kamis malam ya, aku lembur deh, biar cepet kelar. Sori dori mori stroberi ya, Jumat aku capcus, jangan nakal kalo yang ngerjain temen-temenku...

Halo Titi Sjuman,
Aduh, kamu saat ini adalah cewek Indonesia paling keren buat Icha dan Roti Srikaya deh pokoknya! Kamu bikin aku iri se-iri-iri-nya IRI!

and,

Halo LIFE,
You've been sooo much nice to me lately. Thank you!



gambar Titi Sjuman dari sini.

Senin, 21 Juni 2010

i love you more than my everyday's big cup of jasmine tea....

Aku cinta kamu lebih dari kamu yang cinta aku dan tetap senang seakan-akan aku jadi beliin kamu kebaya kutu baru di sarinah yang ternyata gak ada ukuran S nya itu..... (Roti Srikaya)

Daripada sekedar mengucapkan i love you, i love you too, atau i miss you i miss you too, kami lebih senang bilang 'i love you more than....', titik-titik nya diisi segala sesuatu yang terjadi hari itu. Seru kan, tiap hari beda-beda...  Jujur, kami lebih merasa kalimat penutup hari itu lebih semacam permainan dan adu kreatifitas sih daripada ke arah romance. Yah, kalo kata sahabat2 Barbarz atas keanehan kami berdua: "What do you expect??? Dua2nya dodol gitu!"


Suatu malam, orang aneh ini membuat pengakuan. Dia tik tok ke Sarinah cuma karena pengen beliin saya kebaya sederhana model kutu baru yang beberapa hari sebelumnya pas-kami-berdua-kesasar-ke-sana gara-gara-saya-eneg-ke-tanah-abang-sama-cowok, bolak-balik saya liatin dan diam-diam saya niatin buat beli suatu saat nanti... Tapi ternyata gak ada yang ukurannya kecil, XL semua. Pas dia pengakuan, anehnya, saya senyam-senyum nyengir dan rasanya seneng banget. Bukan di barangnya ya, tapi di dia yang notice sama saya yang keliatan mupeng banget, walaupun saya gak bilang apa-apa. Dan begitulah, se-dangkal sekaligus se-banyak itulah dia cinta saya. 

Gapapa yaaa,, nanti kamu kan ke jogja, nahhh di Mirota itu buanyak yang kayak gitu! Oke oke?? Baru deh aku percaya kamu cinta aku! *cewe matre*






p.s: Postingan ini emang cuma buat menuh-menuhin blog, biar proyek 25 posting di bulan Juni ini tercapai, haha. Muntah-muntah deh lo bacanya :P!

Jumat, 18 Juni 2010

Tanpa Namaku Terangkai Dalam Abjad

 

Aku tahu, tanpa kamu bilang. Bahwa kamu cinta aku lebih dari kelegaan menemukan nama suatu apa yang sering bikin kamu gak bisa tidur di tengah malam. Aku tahu, tanpa terang-terang kamu tuliskan dengan rangkaian abjad, bahwa tulisanmu adalah tentang sepersekian dunia imajiner yang selalu kita bicarakan. Aku tahu, tanpa kamu selipkan @Ariza Ayu, bahwa status facebookmu nyatanya tentang doamu agar sakitku segera sehat.

Dan kali ini aku tidak menyangkal, bahwa siang-siang diteleponmu kamu bilang, "Aku nulis sesuatu buat kamu", nyata, jelas, terang, seperti iklan lampu bohlam. Yang bisa aku lakukan di sisi seberang adalah menyembunyikan muka di depan monitor agar teman di depanku tidak bisa melihat ke-merah-annya. Dan bahwa jawabanku setelah membaca tulisanmu adalah pekikan: "WHO ARE YOU? AND WHAT ARE YOU DOING TO MY BOYFRIEND?"

Aku tahu, kamu tahu, tanpa aku bilang terang-terang, bahwa nyatanya adalah aku terlalu girang untuk sekedar mengucapkan, "Terima Kasih, Pumpkino". Dan aku mensyukuri masih menemukan banyak kejutan dari orang yang aku pikir paling kukenal sedunia. Tentu saja, faktanya, mungkin aku sama sekali tidak mengenalmu.

Kamu romantis juga kadang-kadang, kebanyakan nonton film hollywood ya?

Kamis, 17 Juni 2010

Minggu Pagi di Victoria Park

Saya, subyektif, akan menjadikan cerita sebagai yang nomor satu untuk menjadikan sebuah film dinyatakan bagus. Bahwa Art Director Minggu Pagi di Victoria Park ini berhasil membuat saya nyesek karena menolak ajakan seorang teman travelling ke Hongkong (karena ga punya duit,haha), dan dengan kostum dan make up para pemain yang saya suka sekali, oh dan dengan alunan musikalisasi puisi Sajak Kecil Tentang Cinta punya Sapardi, tapi tetep yang membuat saya akan merekomendasikan film ini adalah screenplay yang dibuat Titien Wattimena. 

Out of topic, satu quotes yang paling saya suka dari The God of Small Things, adalah konsep konsep "A Great Story" yang didefinisikan Arundhaty Roy. Saya yakin, konsep ini adalah rahasia dari semua film yang saya sukai.

The secret of the Great Stories is that they have no secrets. The Great Stories are the ones you have heard and want to hear again. 
Dalam obrolan saya dan Roti Srikaya sepulang nonton, film ini adalah satu dari sedikit film Indonesia yang memenuhi ekspektasi saya dalam hal kesederhanaan inti cerita. Mayang (Lola Amaria) dipaksa ayahnya menjadi TKW di Hongkong untuk mencari adiknya, Sekar (Tity Syuman) yang sudah menjadi TKW duluan di sana dan hilang kabar beritanya. Sudah. Sesimpel itu. 

They don’t deceive you with thrills and trick endings. 
Tidak bombastis, dengan teka-teki yang rumit, tidak juga sesuatu yang inovatif. Lebih dari itu, circumstances dan semua atribut yang melengkapi cerita inti adalah berbagai permasalahan kompleks semacam kredit dengan bunga tinggi yang mencekik para TKW di negeri sana, pacar-pacar brengsek, suami-suami, keluarga-keluarga yang merongrong mereka dengan kiriman bulanan, dunia yang tidak ramah, majikan yang baik, orang KBRI yang mirip malaikat, semuanya dikemas dalam satu ukuran pas. Tidak ada yang berebutan saling menonjol, karena si bintang panggung tetaplah inti cerita, 'yang cuma gitu-gitu aja'.

They don’t surprise you with the unforeseen. They are as familiar as the house you live in. Or the smell of your lover’s skin.
Cerita ini sangat manis dalam memberikan spotlight kepada komunitas masyarakat Jawa Timur yang menjadi TKW di Hongkong. Digambarkan bahwa mereka adalah sampel, dari berbagai komunitas yang tumplek blek setiap Minggu pagi di Victoria Park. Klasifikasi hebat dengan scope TKW - di Hongkong - dari Jawa Timur - Mayang dan Sekar, bergulir dari yang paling sempit ke yang paling luas atau sebaliknya, begitu seterusnya terasa acak tapi tidak membingungkan karena percayalah, tidak ada yang membuat dahi berkerut dari film ini. Jalinan cerita tidak ada yang sia-sia, bahkan poster sederhana pemilihan artis favorit yang akan didatangkan KBRI ke Hongkong yang di shoot beberapa detikpun ada maknanya.

You know how they end, yet you listen as though you don’t. In the way that although you know that one day you will die, you live as though you won’t.
Ada kisah cinta yang biasa, yang bahkan dari awal kita tahu mereka akhirnya bakalan jadian. Juga Mayang yang nantinya pasti ketemu Sekar, yang walaupun awalnya hubungan keduanya tidak harmonis, lalu jadi sadar bahwa darah itu lebih kental dari air, biasa memang, semuanya tidak ada yang mengejutkan, tapi kita akan menikmati ke-biasa-an itu dalam diam yang penuh perenungan.
Inilah mungkin yang orang sering bilang, gak ada yang baru di dunia ini. Semua hanyalah pengulangan yang abadi. Kita tahu siapa yang berakhir hidup, siapa yang mati, siapa yang bertemu degan cinta, siapa yang tidak, tapi kita tetap selalu mau mendengar cerita itu berulang-ulang. 

Jika Lola Amaria adalah jaminan, dan nonton film itu menjadi semacam investasi, maka film ini bukanlah suatu produk derivatif bodong yang akhirnya bikin bangkrut Amerika.


P.S: Barusan nge-cek di 21cineplex.com, dan film ini sudah tidak ada di peredaran. Bahkan di Bogor dan Tangerang! Jadi, maaf review nya telat, selamat menunggu DVD Original atau Jiffest di akhir tahun nanti :)

foto dari sini

Rabu, 16 Juni 2010

Pagi Mendung Kebanyakan Melamun

Setiap pagi, setiap hari, rutinitas adalah berjalan kaki dari kos ke tempat naik angkot. Kadang sambil menghitung jumlah langkah, kadang sambil menghitung jumlah orang yang ditemui di jalan yang juga sedang jalan kaki, atau sekedar melirik apa yang dijahit bapak-bapak bertopi di gerobak mesin jahit-nya.

Beruntung adalah kadang-kadang bertemu teman kos lama di sisi kiri jalan. Atau melihat senyum-manis-dagangan-laku-nya mas-mas berumur 30 tahun yang berjualan bubur sumsum dan biji salak bukan di bulan Ramadhan. Dan sangat beruntung adalah seangkot dengan mas-mas ganteng ber-cincin kawin yang selalu tampak segar -paling tidak setiap kami seangkot-. 

Lebih dari itu semua, ada seseorang yang bertemu dengannya adalah lebih dari sekedar peruntungan. Karena kalau bahagia itu memang cuma state of mind, maka aku akan berterima kasih kepada Pak Tua petugas kebersihan jalan di salah satu titik di Salemba. Berseragam oranye, bertopi belel, sambil menyapu dia akan mengucapkan "SELAMAT PAGI" dengan riang. Kepada setiap orang yang melewatinya, seolah-olah dia mengenalinya dengan baik.

Dan patah hati adalah, manusia-manusia Jakarta yang mengejar bus P2, terlalu terburu-buru hingga tak sempat membalas ucapan selamat pagi Pak Tua, bahkan tidak dengan senyuman. Melihatnya mirip merasakan ada orang terdekat yang enggan meluangkan waktu untuk mendengarkan ceritamu lewat telepon tanpa kegiatan lainnya, benar-benar meluangkan waktu seperti kamu yang selalu meletakkan novel favoritmu atau mem-pause film sebagus apapun saat dia meneleponmu. Kalo kata Verona di Away We Go, "You will listen. Like, really listen".Karena kadang, mana yang utama dan mana yang sambilan itu terlalu tipis untuk dibedakan.

Maka yang harus dilakukankan sebagian orang, mungkin adalah belajar kepada Pak Tua itu, mengucapkan selamat pagi dengan tulus dan riang, dibalas atau tidak, lakukan saja seindah yang kau bisa. Dan sisanya, luangkan sedikit waktu untuk membalas ucapan siapa saja padamu, benar-benar membalas, seperti dari hati, 5 detik tidak akan membuatmu miskin, bukan?

Minggu, 13 Juni 2010

Kali ini tentang cinta dan tidak cinta.



“Cinta tidak meluruhkan kewajiban seseorang untuk bekerja” (Nyi Vinon)

Membaca kalimat itu membuat saya lega. Oh, akhirnya ada yang menulis statement persis seperti apa yang ada di dalam pikiran saya. Entah dibentuk dari film-film Hollywood,  kisah heroik atau apa, tapi kayaknya di jaman sekarang ini, cinta dianggap sebagai sesuatu yang klise, norak, picisan. Banyak tulisan tentang panduan memilih pasangan hidup, how to get a good relationship, dan lain-lain yang jelas-jelas menyebutkan bahwa cinta bukan segalanya dalam membina suatu hubungan. Sampai di poin itu saya setuju, cinta memang bukan segalanya DALAM SUATU HUBUNGAN. Tapi menulis seakan-akan cinta itu tidak penting, saya mulai gak terima.

Nyi Vinon menuliskan bahwa cinta dan hubungan itu dua hal yang berbeda. Dan saya lagi-lagi setuju, cinta ya cinta aja, given, gak usah saya jelaskan seperti apa rasanya, semua orang pasti pernah merasakan. Mau gak mau, suka gak suka, kalo jatuh cinta ya seperti itu, entah dengan orang yang menurut kita benar atau salah, sekali cinta datang maka terjadilah. Sedangkan hubungan, seperti juga suatu intitusi adalah sesuatu yang muncul dengan hak dan kewajiban, ada AD/ART nya, ada aturan mainnya. Pihak-pihak di dalam hubungan itu bertanggung jawab untuk menjaga dan merawat hubungannya biar sesuai sama visi yang sudah ditetapkan di awal. Misalnya, aku setia sama kamu, kamu juga harus setia sama aku. Cinta? Gak ada rumus bahwa “Karena aku cinta sama kamu, jadi kamu juga harus cinta aku”. Cinta datang tanpa alasan, tidak karena apapun, tidak juga ditentukan seberapa lama saling mengenal.

Cinta, ada yang akhirnya dilembagakan, dalam sebuah hubungan dengan kontrak bernama komitmen. Sampai di situ, cinta adalah katalis. Dan cinta bukan state of mind. Hubungan bertahun-tahun tidak bisa menciptakan cinta, yang bisa diusahakan untuk tercipta adalah kasih dan sayang. Tapi, hubungan bertahun-tahun juga memungkinkan tiba-tiba cinta datang. Dua orang yang sudah berkomitmen belasan tahun, bisa saja baru saling jatuh cinta, tapi bisa juga tidak. We’ll never know. Lalu, apakah hubungan yang diawali dengan cinta akan lebih baik dari hubungan yang tidak diawali dengan cinta? Belum tentu. Karena kualitas hubungan ditentukan oleh banyak faktor, bukan cuma cinta.

Saya tidak memandang lebih rendah kepada orang yang berkomitmen dengan orang yang tidak dia cintai, bukan orang yang benar-benar fit with their heart, karena dengan komitmen, akan ada saling mengasihi dan menyayangi, akan ada harapan di antara keduanya, ada kenangan yang terbentuk, hingga akhirnya ada perasaan tidak mau kehilangan. Maka menurut saya, berhentilah melakukan penyangkalan. Menyangkal bahwa cinta itu tidak penting hanya akan menunjukkan bahwa kita gak merasakan cinta dalam hubungan yang kita punya, dan berharap orang lain tidak seberuntung itu untuk punya cinta dalam hubungannya. Itu menyedihkan.

Dan saya juga bukan orang yang mencibir pasangan-pasangan yang berkomitmen karena mereka saling jatuh cinta. Bagaimana saya mencibir sesuatu yang merupakan anugerah? Saya juga bukan orang yang setuju untuk bilang, “Emang mau makan cinta?” ya karena semua orang gak ada yang makan cinta. Gak ada hubungannya cinta sama kewajiban seseorang untuk bekerja, menafkahi diri dan keluarga. Mau cinta kek, ngga kek, bekerja dan meningkatkan kualitas hidup itu kewajiban manusia.

Saya pernah jatuh cinta dengan orang yang juga mencintai saya. Akhirnya pacaran 3,5 tahun, lalu putus. Saya pernah jatuh cinta dengan seseorang yang, well, dengannya saya gak bisa pacaran karena beda agama. Dalam sebuah hubungan, saya sangat logis. Saya gak akan pacaran sama orang yang beda agama, simply karena mama papa saya gak akan setuju, dan saya gak bisa backstreet dari orang tua. Saya pernah juga pacaran dengan komitmen yang sangat kuat. Dia adalah orang dengan segala faktor excellent untuk membina suatu hubungan, I work really hard to make this relationship works. Dia jatuh cinta sama saya. Saya tidak merasakan jatuh cinta yang seperti jatuh cinta berbunga-bunga itu. Saya lalu memperjuangkan hubungan itu sebisa saya. Untuk akhirnya saya mengasihi dia, menyayangi dia, saya berkomitmen kuat. Tapi dia tidak. Setelah cinta itu pergi, dia juga pergi dari saya. Saya patah hati. Lalu siapa yang bisa menjamin mana yang lebih baik? Tidak ada.

Cinta antara laki-laki dan perempuan itu biasanya membuat dua orang merasa meant to be. Everything feels just right. Dan hubungan yang dimulai dengan perasaan itu yang selalu saya inginkan. Lalu komitmen yang didasari visi sama dan ber-asas partnership akan dibina, part time lover and full time friend.

Dari semua pengalaman, itu yang sangat saya inginkan.  Semoga saya memang salah satu orang yang mendapat anugerah, SALING mencintai dengan orang yang dengannya saya ber-partner selama-lamanya. Kalaupun tidak, itu tidak akan mengurangi usaha saya untuk mengasihi dan menyayangi siapapun dia nanti.



Tulisan ini spesial saya buat untuk sahabat saya, Aulia Dhita Permata. 
"Bullshit itu semua kan Te? Jadi, follow your heart aja! I'm with you!" 

Foto oleh saya, adalah pre-wed seorang teman.  

Jumat, 11 Juni 2010

Juni yang Berat

 
Maag kambuh. Hasil dari melewatkan makan malam dari begadang dua malam ngurusin kerjaan yang dibilang berat ya berat sih, tapi tekanan batinnya bukan karena kerjaannya, justru karena ngurusin maunya bos, dari bos kecil sampe bos besar.

Badan gak enak, males nyari makan, gak ada yang malem-malem nengokin, pagi-pagi bengong ngeliat kerjaan yang gak bisa ditinggal (lagi), bos yang masih gitu-gitu aja, dicurhatin temen-temen tentang kejadian kemaren pas aku ijin sakit, menghasilkan perasaan mellow-yellow.

Mau jadi dosen aja, ngajar pagi sampe siang, pulang, bikin power point, ngoreksi tugas, jemput anak sekolah, masak buat keluarga, malemnya bikin silabus sama soal UTS, besok kalo gak ada jadwal ngajar keluarin mesin jahit, bikin-bikin baju apa ganti gorden baru, ngurusin blog, edit-edit foto, ngajar mikro, trus yang chapter "Market Analysis" ngadain open class, kuliah di Starbucks apa di Bakoel Koffie, pulangnya beli croissant, mampir ke kantor suami nganterin croissant sama kopi....

Kalaupun nanti ternyata bener kata orang, kerjaan seasyik apapun itu punya konsekuensi, dan fakta itu gak seindah yang dibayangkan, sekarang gak usah dengerin kata orang dulu. Cita-cita itu untuk dikejar. Jangan takut. Paling lama 10 tahun lagi tercapai. 


Amien.


gambar dari sini.

Rabu, 09 Juni 2010

Jumat ke Minggu


Beberapa fakta di akhir minggu:
  1. Menghabiskan Jumat malam bersama teman-teman dekatmu, menertawakan abg-abg dan geng melambai yang heboh di suatu tempat sejuta umat di Jakarta itu menyenangkan.
  2. Dan ada sesuatu yang hangat di hatimu, saat teman-teman dekatmu tertawa sangat keras karena joke yang dilontarkan seseorang yang duduk di dekatmu.
  3. Hujan deras, hampir tengah malam, dan payung 'egois', kombinasi itu membuatmu bersyukur karena punya pacar.
  4. Hari Sabtu dan bangun siang adalah kenikmatan yang tidak terbantahkan.
  5. Nasi goreng gila di deket taman menteng porsinya dikit banget, kalo cowok yang makan di situ, butuh seporsi lagi sate kambing pake lontong untuk membuatnya kenyang.
  6. Malam Minggu di taman itu emang norak, tapi tidak kalo ada anak anggota DPD yang sedang merayakan resepsi pernikahan di rumah kaca taman menteng,
  7. apalagi kalo kalian berdua cukup kreatif untuk duduk di dekat sana, dan bermodalkan segelas kopi torabika yang dijajakan abang-abang, bisa menikmati lagu-lagu jazz mirip-mirip yang ada di kafe atau lobi hotel, menjadikan kencan shophisticated yang hemat (atau pelit?).
  8. Ternyata rasanya kecewa karena bangun pagi di hari Minggu itu tetap menjadi mitos, dan membuatmu berpikir "Tau kalo bangunnya tetep siang, semalem kita nonton midnight aja...."
  9. Tapi mengunjungi teman, apalagi benar-benar mengunjungi ke rumahnya, bukan sekedar janjian di Mol atau di gigs-gigs happening, itu sangat menyenangkan.
  10. Melihat perut buncit temanmu, dan memegangnya sambil berharap bayi di dalamnya bangun lalu menendangmu, tapi tidak berhasil itu, membuatmu berniat kapan-kapan ketemuan di malam hari.
  11. Kata mama papanya, bayi mereka sukanya begadang, oh, betapa bayi itu tampak cocok menjadi ponakanmu.
  12. Ada hal-hal yang tidak pernah berubah.
  13. Seperti akang dan singgasananya, suara nyaring si ceceu, dan jejalanan di Bintaro. Curhatan detail dari background story sampai semua-muanya, kadang terpikir juga sih, penting ya Cka, curhat kok sampai titik koma nya begitu?
  14. Mendatangi tempat yang tidak biasa kau kunjungi itu rasanya pengen cepet pulang.
  15. PIM salah satunya.
  16. Baju bayi itu mahal-mahal, apalagi yang lucu berwarna pastel, berpola polkadot, dengan bando putih berbunga senada.
  17. Tapi membayangkan ponakan kecilmu memakainya, membuatmu tidak bisa menahan diri untuk membawanya ke kasir. 
  18. Not to mention, orang di sebelahmu berprinsip, First Cut is The Deepest, hingga baju-baju lain tampak tidak menarik lagi.
  19. Ngobrol sama bayi umur 3 bulan yang bawel itu membuatmu seperti orang gila di Pizza Hut. 
  20. Orang gila yang bahagia karena dikelilingi sepupumu dan suaminya yang adalah keluarga muda paling absurd tapi saling mencintai lebih dari entah apa, keponakan kecilmu yang cantik, genit, dan lucu, dan satu orang tak kalah absurd yang menjadi magnet bagi bayi-bayi di Pizza Hut PIM 2 sore itu.
  21. Minggu malam dan telepon panjang dari mamahmu, dan nasehatnya yang membuatmu tidur nyenyak sekali malam itu.
  22. Alhamdulillah. Life is good.

Senin, 07 Juni 2010

Little thing which bright my Monday up....




I can picture myself napping on that kind of sofa with my collages and your paintings hangin' on the wall... Or you sit garfield-ly waiting for me who get dressed 1 hour or more... Or me and you enjoy our favorite books and musics, spending our entire Sunday doing nothing, just right there.

Mas-Roti-Srikaya, aku mau ruang tamu iniiiiiiiiiiiiii....

Jumat, 04 Juni 2010

Perfect Friday


Kadang-kadang ada hal-hal kecil yang pas melakukannya kita beneran gak mikir apa-apa. Mungkin kayak si Roti Srikaya yang pernah sore-sore nyanyiin saya When I'm 64 di depan Ambas. Buat dia, mungkin itu emang gak disengaja buat bikin saya seneng, terjadi aja tanpa direncanakan. Di posting kemaren, dia komen dan seneng karena yang saya inget dari kunjungan ke ambas itu adalah momen itu, bukan momen kami ketemu Iko Uwais yang ternyata gak sesuai sama ekspektasi saya, hahaha. Banyak hal yang menurut orang yang melakukan adalah hal kecil, sepele, sederhana, tapi buat orang lain dampaknya bermega-mega.

Seperti postingan Away We Go yang saya gak ada kepikiran apa-apa sebelumnya, spontan ngasih P.S buat dua orang teman dekat saya yang lagi hamil. Impulsif, karena saya pikir film itu cocok ditonton calon-calon ibu itu. Dan tiba-tiba tadi pagi saya kaget Amel nge-tag in saya post di facebook, dengan pesan "Thanks to brighten up my day, Ariza Ayu..." dan disusul dengan komen blog, chattingan, dan postingan khusus di blog dia. 'Cuma' karena P.S di postingan saya!
 
Kok saya tiba-tiba jadi berlipat-lipat kali lebih bahagia rasanya ya. It feels good to be good :).

Dan kali ini saya tau lagi, bahwa tindakan sepele itu tidak berarti kecil. Sepele itu adalah state-of-mind, karena kita merasa gak membutuhkan effort apapun untuk melakukannya, we just do it, no further explanation. Sepele itu bisa jadi adalah tindakan-tindakan besar yang dilakukan dengan tulus. Atau bisa juga itu semacam cara kehidupan bekerja, jaring laba-laba. Di saat harimu biasa-biasa aja, trus satu kalimat di postingan blogmu yang bahkan menurutmu biasa aja, bisa membuat ceria hati sahabatmu, dan kebahagiaannya secara ajaib membuatmu merasa menjadi orang yang ber-ARTI. Lucu memang, tapi cukup untuk menutup minggu pertama di bulan yang paling saya suka dari 12 bulan yang ada dalam setahun ini dengan manis.

Selamat weekend semuanya! 

Kamis, 03 Juni 2010

Away We Go



Udah lama gak merekomendasikan apa-apa, salahkan ide-ide ku yang belakangan isinya romance-romance mulu, haha. 
 
So, weekend ini kalo misalnya gak ada acara apa-apa, cari DVD Away We Go ini di ambas. Karena film ini sangat manis untuk ditonton di Sabtu sore, atau Minggu juga masih cocok. Sekedar saran, film ini penuh dengan dialog yang sangat sayang dilewatkan, jadi menonton berdua adalah yang paling pas. Tapi , lebih baik nonton sendirian daripada rame-rame yang berlima gitu misalnya.

Film ini tentang road trip yang dilakukan sepasang kekasih, Burt dan Verona, yang Verona nya sedang hamil 6 bulan. Road trip ini mereka lakukan semata-mata untuk menemukan RUMAH yang mereka inginkan untuk ditinggali. Terdorong oleh pindahnya kedua orang tua Burt ke Antwerp Belgia, setelah selama 15 tahun mereka merencanakannya. Di sofa apartemen, Verona berbisik ke Burt, kenapa kita mesti tinggal di kota ini kalo orang tuamu tidak ada di sini? Kenapa kita tidak tinggal di tempat yang juga benar-benar kita inginkan seperti mereka menginginkan Belgia?

Di perjalanannya ke Phoenix, Tucson, dan Montreal bertemulah dengan orang-orang terdekat yang kebanyakan adalah keluarga muda, mereka berdua menemukan banyak hal tentang keluarga, rumah, cinta, dan betapa berartinya anak-anak di dalamnya. Ketakutan pasangan muda yang baru akan punya anak, apakah mereka nantinya bisa menjadi orang tua yang baik, proses pencarian dan pembelajaran yang dibingkai dengan sangat nice.

Dan kejutan lucu pas di akhir film aku baru tau kalo sutradaranya adalan Sam Mendes, si American Beauty dan Revolutionary Road yang judge-from-its-cover sangat nggak Away We Go, ternyata bisa bikin film tipe ini ya Bang Sam ini, hehe. Dengan akting pemeran Burt dan Verona yang sangat natural, not to mention bahwa si Burt ini lucu sekaliii, kostum yang pas, dan  bentuk komunikasi dan relationship antara Burt-Verona yang aneh, malah bikin kita jatuh cinta, cinta yang dalam itu ternyata bisa sangat realistis.

Dialog favorit di malam-malam di atas trampoline:
Burt Farlander: Do you promise to let our daughter be fat or skinny or any weight at all? Because we want her to be happy, no matter what. Being obsessed with weight is just too cliché for our daughter.
Verona De Tessant: Yes, I do. Do you promise, when she talks, you'll listen? Like, really listen, especially when she's scared? And that her fights will be your fights?
Burt Farlander: I do. And do you promise that if I die some embarrassing and boring death that you're gonna tell our daughter that her father was killed by Russian soldiers in this intense hand-to-hand combat in an attempt to save the lives of 850 Chechnyan orphans?
Verona De Tessant: I do. Chechnyan orphans. I do. I do.  


Selamat nonton,







P.S: Very especially, rekomendasi film ini untuk dua ibu hamil yang saya cintai, cka dan amel. muah muah.

Rabu, 02 Juni 2010

Pada Putaran Keempat


Pada putaran keempat, akhirnya aku tiba padamu,
Tiang pancang yang mengikat erat roda-rodaku.
Sejak bisa kuingat selalu ada di situ,
Memastikan segelas susu hangat di setiap detik-detik biru di waktuku.

Pada pertemuan ini, sebutlah aku pulang,
Untuk akhirnya memelukmu kuat di setiap petang.






Picture was taken by me with Nikon D60 18-55mm, @Singapore Flyer, transit from Vietnam.

Selasa, 01 Juni 2010

39 Years To Go

When I get older losing my hair,
Many years from now,
Will you still be sending me a valentine
Birthday greetings bottle of wine?

.....

Give me your answer, fill in a form
Mine for evermore
Will you still need me, will you still feed me,
When I'm sixty-four?
(The Beatles)