Senin, 08 November 2010

Beberapa Pelajaran

Someone, who is pretty close to me, ever said that I was so mature and wise handling a broken heart. Its like, what?? Serius lo??
Aku gak pernah berpikir untuk berusaha menjadi dewasa dengan gak menanggapi pengkhianatan dengan cara-cara yang dianggap childish orang, seperti ngelabrak, marah-marah, mempermalukan di depan umum, atau apalah itu. For me, it's not childish, but it is not classy. And i dont wanna do that way.

So, posting ini untuk seorang teman yang bingung harus berbuat apa kepada cowok brengseknya, dan untuk sahabat-sahabatku yang dari awal tahun 2010 mungkin gemes, geregetan, kenapa ICHA yang kata-kata pedesnya bisa bikin orang gak nyenyak tidur ini, diem aja diduain waktu itu, diem aja digantung, gak mau mutusin, tapi nunggu diputusin. You, who didn't know the rest of the story yet, let me tell you:

Aku sengaja nggak mau mutusin karena, dia sengaja messed up, berlaku menyebalkan, melakukan segala hal yang aku gak suka, dengan tujuan biar aku yang mutusin dia, sehingga dia lepas dari IMAGE sebagai cowok yang mutusin pacarnya tanpa alasan yang jelas. Sehingga dia lepas dari 'kewajiban' mutusin aku baik-baik untuk bisa pacaran sama the-other-girl. Of course i didn't want to make it easy for him, babe... Dia udah jungkir balik jutekin, gak ngapel malem minggu, ditelpon gak diangkat, ungkit-ungkit masa lalu, tapi aku masih gak mutusin tuh. Diem aja bertampang manis dan inosen. Dan patah hati sih, tetep.

Pelajaran nomor 1: Belum tentu mutusin itu 'berderajat' lebih tinggi, honey. Jadi, sebelum emosi mutusin pacar brengsekmu, pikir dulu baik-baik, karena kadang, jadi pihak yang diputusin itu justru membuktikan pihak mana yang bermain lebih cantik ;).

Trus, selain ngelabrak, mempermalukan di depan umum, apa yang disebut berkelas?
For me, mempermalukan orang di depan umum itu, walaupun memuaskan lahir batin, tapi sama aja mempermalukan diri sendiri. Jadi, daripada gitu, mending cari sampe dapet bukti-bukti konkret buat di taruh di muka cowok itu, apa ajalah, bisa foto, bisa wall facebook, bisa apa ajalah. In my case, aku cukup beruntung karena dibantu konspirasi alam. Yaitu, chatting-an yang nyasar dan tidak disadari orangnya. 

On the day i found out that my feeling was right, hoah, itu nangis di kasur pake selimut dari sebelum tidur, sampe ketiduran, trus dilanjut pagi-pagi bangun tidur. Tidur pun bukan tidur rasanya, karena isinya mimpi buruk. My heart was broken, tapi itu gak cukup kuat menjadikan aku gadis bodoh. Bisa aja kan, aku datengin rumahnya, tunjukin itu chattingan salah alamat, dan suruh dia mengakui saat itu juga, atau datengin itu cewek lain yang rese', tapiii males ah. Cowok itu yang selingkuh dan gak gentle mengakui walaupun udah ada bukti. Si cewek ini play with fire ganjen dari dulu sama pacar orang. Do i have to mess up with those kind of people, really? Gak level.
So, aku simpen itu chattingan salah alamat, print, dan di hari yang tepat, di saat dia akhirnya desperate karena gak aku putus-putusin, di hari dia akhirnya harus jadi pihak yang mutusin, untuk terakhir kalinya aku tanya dia:
"Tapi kamu putus ini bukan karena kamu deket sama si X itu? I mean, yaudahlah, kita putus nih, ngapain lagi kamu boong-boong sama aku?"
And he said, "Nggak. Bener nggak. Ini karena aku rasa kita emang gak cocok aja... " *apalah yaa, aku udah lupa kata-katanya, intinya itulah!

Dan tepat di saat dia meyakinkan bahwa gak ada orang ketiga, bahwa dia adalah cowok setia seperti yang dia janjikan, bahwa dia adalah cowok baik-baik seperti yang orang pikir tentang dia, bahwa dia bukan cowok brengsek, i opened my purse slow-motion-ly. And here we are, copy-an chatting salah alamat yang gak usah ditulis di sinilah yaaa, tapi bikin dia diam dan gak bisa berkata-kata apa-apa lagi.

Pelajaran nomor 2: The most important thing about a bad-broke-up is, you need to find a way to save yourself, selfishly. You need to find something that makes you feel that you're still worthy enough to get a good relationship, good life. Buatku, ngelabrak misalnya, akan memberikan kepuasan sesaat, tapi jangka panjang? Kayaknya gak ada gunanya, gak juga menambah poin diri kita buat diri sendiri juga. You've lost your lover. Your heart was broken. Your future seems blur. Your sky feels grey. You couldn't even breath normally. Apalagi yang bisa tersisa kecuali perasaan SECURE terhadap diri sendiri? Perasaan enak tentang diri kita sendiri. Kita yang bukan sebagai pihak yang menduakan, juga bukan pihak yang deket-deketin pacar orang, DAN BUKAN pihak yang melakukan tindakan yang mempermalukan diri sendiri. 

Perasaan secure itu efeknya jangka panjang loh. Jangan kaget aja kalau nanti mantan pacar suatu hari bakal curhat kalau kamu, adalah cewek yang paling di jeles-in sama pacar barunya. Dan jeles sama benci itu beda ya, benci kalau pernah dilabrak, tapi jeles? Itu sih masalah penerimaan diri aja.

PENGECUALIAN: Dua pelajaran di atas, berlaku setelah aku make up my mind bahwa yang aku mau adalah putus sama cowok itu. Jadi, kalau setelah mikir-mikir ternyata kamu masih mau bertahan, masih mau memperjuangkan, lupakan teori ini and find another way.

So, If you really want to kick your coward boyfriend, or the-other-girl, atau siapapun lah yang kurang ajar, JUST GO! But dont forget, do it with style.


P.S: Dan untuk Ska yang sebagai ibu-ibu hamil walau belum tau kalo lagi hamil waktu itu, masih cukup gila untuk ngerti maksudku. Gue lupa deh, udah cerita ending nya secara lengkap gini belum ya waktu itu?

Dan Ratih, yang bilang betapa baiknya aku karena di saat akhirnya si cowok ini jadi sama the-other-girl (akhirnya) aku cuma pengen ke SPA aja bukannya bawa pisau datengin dia: Listen to me, bahwa dia akhirnya beneran sama cewek itu, artinya adalah, dia menjilat ludahnya sendiri yang udah di tanah. There's a time, kami gak sengaja ketemu, dan aku cuma cukup ngeliat dia, sambil senyum,  senyum yang bilang, face it, you're a fool. Dia gak punya keberanian sedikitpun buat liat aku, tapi aku percaya teori, kalau kita diliat orang, kita pasti ngerasa. See? I'm not that 'berjiwa besar'. I'm just smart, i guess. *congkak :P

4 komentar:

Jengskaa mengatakan...

Udaaah lu udah cerita... Hahaha.
And i cudnt agree more ttg yg secure secure itu...
At least u can still feel gud about urself.

Yah,sbnrny gw 'tipe ratih' si cha.. Yg PAS digituin bakal bw piso atau nglabrak atau apalah yg frontal-drama-queen.

But then again, seandainya gw skrg diposisi lu dan ngeliat-masa2-suram-itu-cuma-sbagai-cerita, gw akan memilih melakukan yg lu lakukan. Do it ichaway, not marissa way +teteup gosip+...

cumi mengatakan...

hmmm jadi pengen curcol niy, beberapa hari yg lalu mantan pacar suemong ngirim message ke facebook gw.
Dia adalah mantan pacar suemong yg paling bikin gw jeles, karena dia adalah mantan pacar yang dulu pacarannya paling deket sama dia.
Anyway, tuh cewe kok kayak yang belum rela suemong dah kawin ma gw.
Tapi instead of berlaku bitchy, gw memutuskan untuk membalas message dia dengan classy.
And yes, I felt more satisfied with what I did.
I guess its the way we should act, in any other case just to make sure that we're better then others

Anonim mengatakan...

icha kereeennn...

Sejuta salute bwt icha :D

Natta mengatakan...

This... is.... SUPERB!!!!

*ga kebayang kalo gw yg ada di posisimu waktu itu, mbak, abis adegan ngasih copy-an chattingan ituh, gw bakal senyum sesinis-sinisnya senyum...
hihihihihi