Senin, 22 November 2010

Cuma Cinta, Kalian Takut Apa?*

Beberapa hari sebelum nonton ONROP, saya dicekoki dengan 80% persen pujian tanpa dasar dan tanpa penjelasan di mana letak briliannya, 16,67% pujian dengan penjelasan yang cukup lengkap apa yang membuat ONROP adalah pertunjukan yang bagus, dan 3,33% which is cuma satu orang selebritas Multiply dengan hanya memberi 1,5 bintang dari 5 bintang. Sayangnya, satu orang ini saya tau bahwa dia punya referensi seni pertunjukan dan film yang agak mengerikan, karena itu terima kasih banyak untuk ardhhe yang reviewnya membuat saya menonton dengan posisi netral dan jauh lebih excited karena adanya pendapat oposisi yang berdasar dalam suatu pertunjukan JUSTRU adalah suatu keberhasilan bagi penyaji lakon. Artinya apa? Penonton CARE dengan pertunjukan anda, dalam seni, kritik adalah tanda cinta dalam bentuk berbeda.

Onrop menceritakan seorang penulis novel, Bram, moralis, yang dibuang ke Pulau Onrop karena melanggar Undang-undang Anti Onropgrafi. Pulau Onrop adalah momok bagi masyarakat karena di sana tidak ada moral, pulau kanibal, sangat menyeramkan. Tetapi akhirnya Bram menemukan bahwa sebenarnya di sana, justru manusia hidup berdampingan penuh toleransi. Pulau Utopia. Lalu, Bram kembali ke Jakarta untuk menjemput Sari, pacarnya yang cantik dan seksi agar bisa hidup bahagia di Pulau Onrop.
 
Sebagai orang yang memandang cerita sebagai bagian yang kritis, buat saya, cerita ONROP bukan saja terlalu sederhana tapi juga tidak membawa sesuatu yang baru paling tidak di Indonesia. Oh ya?? Di dunia ini apa sih yang baru? Saya kasih satu contoh, film Madame X membawa sesuatu yang baru. Film ini lucu-lucuan goblok aja, tapi superhero banci? Thats briliant. Gunawan Mohammad memuji ONROP dengan satu catatan di bagian cerita, karena mengingatkannya pada Sidang Susila karya Ayu Utami dan Butet Kartaredjasa. Saya, sejak bagian Pulau Onrop, langsung ingat lakon Teater Gandrik, Panti Idola. 

Untuk cerita komedi satire, jokes ONROP buat saya, mengecewakan. Karena penulis skenario sepertinya tidak cukup percaya diri untuk membuat trend jokes baru yang segar. Sebagai pekerja seni, tentu Joko Anwar memiliki referensi yang luar biasa luas tentang seni pertunjukan, jadi masih adanya jokes lama seperti tentang Sri Mulyani  itu buat saya, so last year. Sudah terlampau sering dijadikan topik, mulai dari Teater  sampai acara komedi di televisi. Beberapa jokes kayaknya kok yang dimana-mana dibahas orang, jadi lucunya apa? Beberapa jokes segar yang harusnya banyak diangkat, misalnya adalah concern Bram untuk memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak terlalu diberi porsi besar.Tata Panggung yang kata banyak orang megah, ummm, saya pikir karena Teater Besar itu memang sangat megah sih. Jadi membawa aura mewah. Tapi panggungnya sendiri, hanya halte busway yang cukup menarik. Lainnya biasa-biasa saja. Lagi-lagi, ini masalah pernah lihat yang lebih bagus. Lighting? Same here.

Departemen Akting, mendapat pengakuan paling tulus dari hati saya. Semua pemain yang diaudisi secara khusus menunjukkan kualitas yang sangat prima. Penghargaan khusus untuk Ary Kirana, pemeran Sari, yang berhasil membawakan perannya dengan maksimal, baik lewat lagu maupun lewat dialog biasa. Dan tentu saja Ario Bayu, pemeran Amir, asisten Bram untuk kegemulaiannya, dan penghayatannya sebagai seorang Gay ibukota. Selain karena karakter yang kuat, akting Ario Bayu, sampai hari ini masih melekat scene per scene nya. Keberhasilan Joko Anwar bisa dilihat di sini, mengingat dia adalah sutradara yang sangat mementingkan akting pemain. Jadi tak heran kalau bagian akting, sukses besar. 

Musik yang dibuat trio kesayangan kita bersama, Aghi Narotama, Bemby Gusti dan Ramondo Goscaro, sangat baik menggawangi Drama Musikal ini. Emosi dibawa mengalir dengan rapi. Dan yang sangat luar biasa, tentu saja koreografi Eko Supriyanto yang menguasai panggung luas di Teater Besar TIM. Gerakannya rancak, dinamis, dan tidak ada yang sia-sia. Satu hal yang membuat saya merinding, beberapa tahun yang lalu, saya pernah melihat Eko Supriyanto menari live di TIM. Dan malam minggu kemarin, puluhan cast Onrop, yang artinya puluhan orang dengan karakter berbeda-beda, menggerakkan badan dengan 'sangat Eko'. Dengan jelas kita bisa melihat Eko Supriyanto seperti menari dengan badan orang lain di panggung. Buat saya, itu keberhasilan pribadi koreografer.

Satu hal yang ingin saya luruskan teman-teman, demi kebaikan generasi Blackberry ini, Onrop itu bukan  jenis pertunjukan baru di Indonesia loh. Saya, jujur, agak gerah banyak yang bilang kalo ini adalah jenis baru. Sebagai penonton aja saya sedih, apalagi pembuat karya-karya sebelumnya kan? Jadi, pujilah seobyektif mungkin ya:). Saya yakin, Joko Anwar sengaja tidak mengikuti festival film internasional apapun di tahun 2010 ini demi dunia teater Indonesia, yang misinya dengan Onrop ini adalah penciptaan generasi Open Minded, pasti bercita-cita mulia agar follower twitter dia dalam jangka panjang MAU sedikit-sedikit mengenal seni pertunjukan lain yang selama ini kita pikir nggak ada. 

Lalu, apa yang bisa dipetik bagi pekerja seni teater dan musikal di Indonesia dengan adanya Onrop ini? Bacalah manual guide Onrop musikal, halaman yang berisi daftar nama cast and crew. Lalu akan kalian temukan, satu fenomena yang bisa dijadikan bahan Tesis mahasiswa Marketing Management  atau Strategic Management di MMUI atau Tesis Pascasarjana Seni Pertunjukan IKJ, Onrop dengan satu orang Marketing and Business Planner, dua orang Marketing and Promotion, dua orang Marketing and Strategic Planner, dua orang Media Planner, seorang Media Buyer, dan seorang PR Coordinator terkemuka yang adalah PR Grand Indonesia, Teges Prita Soraya. Inilah rupanya, penggempur twitterland, pemasang spanduk Onrop di depan FX, dan pencipta trend baru penanda ke-eksis-an dan ke-gaul-an generasi ini. 

Intinya, saya happy sekali nonton Onrop. Tapi tidak pulang dengan pemikiran-pemikiran mendalam baru, layaknya karya Joko Anwar terdahulu. Saya hanya berharap bahwa, ke-simpel-an cerita Onrop adalah karena Joko Anwar sedang 'membuka hutan'. Kurang cerdas-nya dialog, saya harap karena Joko Anwar sebagai penulis skenario slash pembuat lirik lagu slash sutradara, masih memberikan level ter-aman bagi seluruh kalangan penonton. Saya harap, pertunjukan berikutnya, Joko Anwar menganggap penontonnya sudah naik kelas, sudah lebih pinter daripada tahun ini.

Well then, Ini Cuma Opini, Kalian Takut Apa?**


gambar dari urbanesia.
*Lagu penutup Onrop Musikal: Cuma Cinta, Kalian Takut Apa?
** Dari Posting Ardhhe di MP.

7 komentar:

saidiblogger mengatakan...

terimakasih review onropnya... pengen download lgunya dulu.. :D

mutia mengatakan...

gak ikutan nonton. padahal tertarik pas tau ada Ario Bayu yang ganteng itu dan bagian musiknya. tapi kelewatan juga akhirnya. :D
kemaren ada yang review kurang oke di twitter langsung kena "serang" loh. hihi

Ariza mengatakan...

saidiblogger: sama2... :D

mutia: lhah menurut lo gue ngga? diserang scr tertutup maupun terbuka, hehe. Ternyata minoritas-mayoritas itu tetap berlaku loh mut, mau diputer2 kayak apapun, gue tetep minoritas. Padahal ini genre teater musikal yg gue suka, tapi di saat 90% tepuk tangan atas jokes2, gue sama pacar liat2an, di saat orang biasa aja, menurut gue lucuuuuuu banget, di saat hampir semua orang bilang buaguuusss banget, gue yaaa so-so :P

Anonim mengatakan...

iya ne...
sekedar buat fun aja jadinya nontonnya..
jujur aja c aku ngarepin yang yah lebih dalem ato mungkin lebih "pedas" lg.. tp kayakny kok mainnya di zona aman gitu ya..?
-gi bahas apa c????-
dan apa y aku ngrasa nontonnya kurang membara dan bergelora..malah waktu sebelum break tu sempet agak2 bosen gt..
tp mang iya c ario bayu paling menonjol dsitu..

eh btw itu ad 2 cast kan y???tp kok rata2 orang pas crita dapat cast 1 semua???

*fatty

Ariza mengatakan...

iyaaa... kurang greng *apa seh?*, yaaa 6,5 dari 10 bintang laaah, so so, gue gak se-ekstrim oposisi2 onrop lainnya hehe.

Tapi temen gue emang dapet cast 2 kok fat, dan juga memuji peran Amir. Gue pikir emang karakter Amir itu yg dari sononya kuat...

Jengskaa mengatakan...

Aaaaaah gak nonton.. Gak bisa komeeen...

Ariza mengatakan...

hahahahaha.... kasian ini mamak-mamak... :P *peyuk2 tami*