Senin, 24 Januari 2011

Re-United

Tahun 2006 akhir, pas mulai-mulai magang sampai pertengahan 2007, hampir tiap weekend, kadang malah weekdays, aku sama Cinda jalan bareng. Kadang janjian di halte busway mana gitu, kadang dijemput di kos. Waktu itu masih jamannya pacaran jarak jauh sama mantan pacar yang kakak kelas itu, jadi si pacar malah seneng kalau aku jalan malam mingguan sama Cinda. Aman. Jelas siapa yang digebukin kalau ada apa-apa, katanya. Haha.

Jaman-jaman itu, aku lagi bandel-bandelnya. Awal punya duit sendiri. Awal kerja, gak lagi kuliah dan mikirin ujian, pengen nyoba tempat ini itu, keranjingan nongkrong di coffee shop yang lagi happening, rajin nonton pertunjukan-pertunjukan seni. Gaya lah pokoknya. Dan kalau ingat masa itu, aku bersyukur banget, saat itu, yang kemana-mana sama aku itu Cinda. 

Karena kalau bukan Cinda, mungkin aku lebih bandel lagi nyoba-nyoba nya. Sama Cinda, aku sering takut sendiri kalau mau kebangetan. Kok kamu gitu sih, Cha?, adalah statement yang paling aku hindari. Cinda ini gak masalah liat cewek lain berantakan, bandel, ngrokok, atau nglakrak nongkrong sampai pagi, tapi gak mau kalau cewek itu adalah orang yang aslinya gak kayak gitu. Yang cuma nyoba-nyoba. Dia punya ukuran 'baik' yang susah di ambil takaran yang paling pas. Jadi pada akhirnya, aku mending jadi anak manis aja. Kalaupun mau bandel, jangan sampai dia tau atau sekalian minta ditemenin dia. Masalahnya, aku, Damar, Cinda ini kalau udah antar kami bertiga, sulit merahasiakan hal se-rahasia apapun. Tunggu waktu aja. Kalau nggak dari Damar, aku sendiri yang gak kuat pengakuan dosa.

Pertengahan 2007 atau akhir ya, Cinda penempatan ke Kendari. Trend bergeser. Kebanyakan cerita jadi lewat telepon, dan sekali-kali ketemuan. Awalnya sedih, to be honest, karena Cinda ituuuu banyak temennya, jadi sering dapet invitation ke gigs musik, hahaha, nggak ding. Karena dia ini orang yang paling idealis yang pernah aku tau. Kalau udah ngomongin soal komitmen, konsekuensi, aku merasa paling pas ngomong sama dia. Dan dia baik sih sama aku. Dulu, pernah ngadoin se-toples berisi permen ons-ons-an warna-warni gitu deh. :P

Sampai akhirnya weekend dua minggu yang lalu, kami sms-an karena besoknya mau ketemuan di kondangan salah satu temen Alir. Biasanya, kami sms-an buat ketemuan 2 minggu lagi karena dia mau ke Jakarta atau apa, sekarang bisa lagi loh, sms jam 12 siang, buat janjian dateng ke ulang tahun Ruang Rupa di Galeri Nasional buat nonton Frau yang jadwalnya jam 8 malam. Di hari itu juga. Siang sms, malam ketemuan. Hari ini mention di tweet, lusa ketemuan di kos Damar. Rasa-rasanya masih absurd. 

Jadi hari Minggu kami jalan-jalan bertiga. Bawa kamera. Berlebihan mungkin kata orang kalau aku bilang bahagiaaa banget bisa nyela-nyela dua laki-laki tersayang itu bareng-bareng. Live. Dua-duanya ada di depan mata. Biarin deh. Rela.









P.S: Ada yang udah pernah nyoba Warung Ngalam di Jalan Wahid Hasyim? Belakang Sarinah, sederet sama Abuba Steak? Yang suka rujak petis, lontong cap go meh, bebek goreng, tahu telur, mungkin bisa kesana sekali-kali. We love that place. So much.

2 komentar:

Adelia Surya Pratiwi mengatakan...

heeeei. mbak2 dan mas2 favorit saya semua. Eh Cinda belum favorit ding, sampai diceritakan di sini (pakai bantuan gaya bahasa yang enak lagi haha) dan statement-nya yang "nikah itu enak kok" tempo hari, oke. kalian semua jadi kakak2 favorit saya!

aku bikinin monumen ya buat kalian bertiga!!! hehehe. muah muah.

Ariza mengatakan...

asik monumen!
kami bertiga udah nunggu bertahun-tahun sampai hampir desperate. untung ada adel! hail adel!