Senin, 25 April 2011

Tidak ada yang salah.

 Berdasarkan beberapa bacaan, salah satunya ini, post marriage syndrome adalah kondisi pengantin setelah 'pesta' pernikahan, saat mereka menyadari bahwa pesta sudah usai, dan harus menghadapi realita. Intinya, dua orang, setelah menikah, harus bisa membedakan bahwa kehidupan yang dijalani dalam pernikahan itu mungkin gak seindah fantasi.

Semua orang, punya fase hidupnya masing-masing. Ada yang sekarang SMA kelas 2, lagi seru-serunya berantem sama geng cewek di sekolah, dan merasa cinta mati sama pacarnya yang adalah kakak kelas. Ada yang semester 6 kuliah, menjalani relationship yang bisa dibilang sangat serius sama pacarnya, bahkan udah saling kenalan sama keluarganya. Yakin banget mereka bakalan nikah setelah lulus kuliah. Ada yang umur 25 tahun, baru nikah, baru ngerasain lucu tinggal serumah sama suami, berantem-berantem lucu, siapa yang mandi duluan kalau udah pagi. Juga ada yang udah menikah bertahun-tahun, anak dua, dan lagi excited merencanakan kehamilan anak ketiganya. Atau yang seumuran mamah saya, umur 50 tahun, heboh ngurusin nikahan anak perempuannya.

Kalau kita lagi di fase semester 6 kuliah, cinta-cinta anak SMA pasti adalah sesuatu yang 'sampah' buat diseriusin. Ada sepupu di umur itu, pengennya ngetawain kalau dia lagi curhat tentang pacarnya. Orang lain yang sudah melewati banyak tahun pernikahan, pasti juga menganggap semua 'pengantin baru' itu gak real. Sok lucu tinggal bareng suaminya, bahas-bahas harga elpiji di status social media. 

Dan saya adalah satu orang yang sangat terganggu dengan pengklasifikasian istri newbee-yang-masih-kena-syndrome. Buat saya, sekarang ini sedang fase menikmati dan terkagum-kagum tentang berubahnya pola pikir dari single menjadi istri. Ada hal-hal yang dulu pernah saya anggap penting banget, sekarang jadi biasa aja. Maupun sebaliknya. Sampai sebelum menjalin relationship sama Roti Srikaya, saya bahkan tidak bisa membayangkan mesti berbagi cita-cita dengan orang lain sepanjang hidup saya. 

Apakah perubahan pola pikir itu menyengsarakan saya? Nggak sama sekali. Apalagi pola pikir semacam otomatis mengkonversi biaya bersenang-senang dengan harga kebutuhan pokok itu terjadi tanpa diminta. Otomatis. Aneh pasti, sering ketawa-ketawa, oh, ternyata saya bisa ya mikir kayak gitu.

Saya sepenuhnya sadar, pernikahan itu bukan sekedar pacaran terus tiap hari secara halal. Ada sebuah bentuk komitmen yang berat, tanggung jawab, dan entah apa yang menghadang di tahun-tahun mendatang. Karena itulah, saya baru nikah sekarang. Tapi kalau saya menikmati 'mainan baru' ini, selayaknya kegembiraan meluap-luap seorang ibu baru, atau seorang yang baru mendapatkan pekerjaan impiannya, apa sih yang salah?

Biarkan saya berada di fase ini, harusnya, semua orang, seperti kebanyakan suami-istri asyik di luar sana, bertemu dengan pengantin baru itu menjadi reminder, bahwa mereka juga pernah sebahagia kami hari ini. (oh, atau jangan-jangan pas pengantin baru dulu udah nggak happy?). Seperti saya yang sering iri tapi senyum di dalam hati, melihat anak-anak SD yang kayaknya hidupnya kok enak banget nggak mikirin mesti kerja setiap hari, duit tinggal minta, sederhana sekali hidupnya. Tapi trus ingat, dulu juga kita seperti mereka.

Baru dua minggu kami menikah, masih sisa seumur hidup :).*
Kalau dibilang sekarang ini masih manis-manisnya, ya saya sih seneng-seneng aja. Apalagi karena alasan-alasan dangkal yang dulu pernah kami buat, semacam, kalau abis nonton midnight biar bisa pulang serumah, dan menghemat pulsa dengan ngobrol tiap malem secara live itu sekarang jadi nyata. 

We live the real life. Real life buat dua orang yang baru nikah, harus dibedain dong ya sama real life nya bujangan, real life nya ABG, atau real life keluarga dengan 2 anak. Dan btw, sindrom itu sesuatu yang negatif loh, saya keberatan menyebut kebahagiaan yang sekarang saya nikmati setiap detail kecilnya ini sebagai sebuah sindrom.

Fase hidup itu nggak akan berulang. Lebih baik dinikmati selagi bisa. Kan?


* dari blog suamigila/istribawel

7 komentar:

kriww mengatakan...

icha, aku sangat setuju sekali!! emg menyebalkan ya dikasih komen yg sombong terselubung dan malah menjatuhkan semangat (yg aku sebel adalah komen: 'kl masih pacaran emg gt, liat aja nanti setelah nikah n bla3' yg bikin orang jadi jiper nikah). kyknya kok gak rela banget orang bahagia. emg kl dia menderita qt harus ikutan menderita apa. hah hah hah? (loh kok saya nyolot, hehehe). btw qt kok lg bernasib mirip ya, dan bikin postingan yg intinya mirip juga...

mari qt bahagia cha, biarkan org2 itu iri, hahahahaha. cheers!

eh icha ayo bikin posting2 kehidupan postwedding. biar aku mupeng. yayayaya?

Ariza mengatakan...

memang banyak orang yang merasa 'been-there-done-that' dan jadi berkomentar yg gak asik gitu deeeh...;)

iyaa, ini lagi didokumentasikan apa aja yg mau ditulis. saking banyaknya sampe bingung. ini kebetulan yg bikin pengen nulis yg emosi2an, haha.

Tuan Srikaya mengatakan...

Dan minta dibeliin wajan sama suami, adalah hal baru dalam percakapan via bbm.....

Ariza mengatakan...

wajan itu penting, pump. i can't live without it.

Anonim mengatakan...

hihihihi....
apakah ini krn yg waktu itu aku ktawain di fb?? :P

btw,,baca postinganmu ini bikin ak gak sabar nunggu bln juni,,mbayangkan apa yg akan tjd stelahnya nanti...apa pikiran2ku ini bisa brubah dgn sndirinya jg ya??hehehe... ^^v

Ariza mengatakan...

salah satunya krn itu, lainnya masih banyak...

selamat menunggu Juni, dan melewatinya sendiri, tiap orang kan prosesnya beda ya, Pi. Yang pasti sih seru. Kayak punya mainan baru :)

Kiky mengatakan...

bukannya udah biasa cha ngadepin orang sirik lagi dengki lagi iri? :P