Senin, 10 Oktober 2011

Senja Abadi


Jakarta, 8 Oktober 2011

Apa kata yang tepat untuk menggambarkan mimpi-mimpi kecil di masa lalu yang sekarang sedang dihidupi?

Seperti berpelukan di balik selimut tebal saat hujan pertama musim penghujan tahun ini datang. Seperti sabtu malam yang cukup indah dihabiskan dengan meletakkan kepalaku di lengan kananmu, pada hangat karpet tebal kado teman-teman kita dan suara tetangga menggosipkan berbagai cerita. Seperti aku yang pura-pura tetap tertidur saat malam-malam kamu mencium pipiku sambil bilang bahwa kamu cinta. 

Lalu apa kata yang bisa menggantikan setiap perasaan biru ungu putih kemerah-merahan,

saat jalanan macet padahal kita sedang terburu-buru mengejar pentas Frau, dan di antara Kalibata dan Pasar Minggu, aku sadar bahwa saat-saat nyata ini pernah menjadi mimpi seorang gadis lajang beberapa waktu yang lalu. Saat kita tidur di kursi keras budget bandara menunggu penerbangan paling pagi esok hari, atau terburu-buru takut ketinggalan pesawat karena keteledoran melihat jadwal penerbangan. Saat melihat keluar jendela kereta Cirebon Express, dengan iPod memutar Across the Universe. 

Kita berdua tergila-gila pada sosok yang dijumpai setiap pagi, dengan rambut kusut, dan mata setengah tertutup. Tergila-gila, seperti puisi Hana Fransisca, seorang wanita yang memiliki nama asli Tionghoa dengan makna Senja Abadi. 

Makna dua kata itu, mungkin yang paling mendekati perasaanku buatmu, tiap aku sadari, aku sedang menghidupi mimpi-mimpiku.


Tidak ada komentar: