Selasa, 23 Oktober 2012

Anak-anak, Dengan Cara Apa Mereka Percaya?

.....
Tapi baik bagi Zarah maupun Rimbaud, Tuhan didatangkan ke dalam hidup dengan kaki yang menginjak. Dalam sajak "Les poetes de sept ans" (Para Penyair di Usia Tujuh Tahun) Rimbaud dengan menyentuh dan menusuk menggambarkan seorang anak yang tiap Minggu diharuskan ibunya membaca Injil. Anak itu tak membantah. Tapi ia takut akan hari-hari Minggu itu, terutama di bulan Desember yang pucat, ketika ia harus duduk menghadapi meja mahogani yang berat dan membaca Alkitab.

Tiap malam di kamarnya yang kecil
mimpi-mimpi menindasnya
Ia tak mencintai Tuhan; ia mencintai manusia.

Kita tahu ia anak yang tak bahagia. Tapi dengan cara apa anak-anak percaya?

Saya bayangkan anak-anak seperti arus hulu yang tercurah, yang tak menentukan hilirnya sendiri. Kemudian dunia yang dihuni orang-orang tua menampungnya dengan waswas. Ada yang jadi sungai deras, ada yang tersekat di waduk persegi. Di bawah itu, Tuhan terasa sebagai Tuan yang membuatnya cuma terdiam.

(Diketik ulang dari beberapa paragraf terakhir Catatan Pinggir Goenawan Mohammad berjudul "Zarah", Majalah Tempo Edisi 15 - 21 Oktober 2012)

 

Tidak ada komentar: