Senin, 08 Oktober 2012

Things I Will Tell My Children: Based on Perahu Kertas The Movie

Film Perahu Kertas berhasil menggerakkan saya untuk menulis lagi. Kalau dulu, sebelum punya anak, saya pernah menuliskan Things I Will Tell To My Children Based on Woody Allen's Movies, sekarang setelah ada Aruna, setelah dunia saya berpusat pada seorang bayi, tidak ada penggerak paling keras selain keinginan untuk memberikan seluruh dunia dan hidup saya buat dia. Termasuk untuk menulis di blog, 'untuk Aruna' adalah mantra paling sempurna.

Perahu Kertas dalam bentuk novel, bukan menjadi favorit saya dari Dee, Supernova: Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh adalah satu buku yang akan saya pilih setelah Hujan Bulan Juni milik Sapardi dan To Kill a Mockingbird apabila saya harus memilih tiga buku yang harus diselamatkan dari semua koleksi yang saya miliki. For the sake of Supernova huge fans, Perahu Kertas 'hanya' menambah poin kekaguman saya untuk sang penulis, penulis yang menulis untuk MENULIS. Tidak terbatasi oleh genre dan segmentasi pembaca.

Setelah Film Perahu Kertas yang pertama tayang, saya baru mulai menemukan sesuatu yang belum ditemukan setelah membaca novel. Tentang konsep memilih dan dipilih yang cukup meninju saya tepat di muka. OH. Novel 'ringan' ini, membawa pesan yang berat sekali. YA, saya tidak begitu cocok dengan pemilihan Maudy sebagai pemeran Kugy. YA, saya tidak suka dengan pemeran Luhde. YA, film kedua bagian awal membosankan. 

Tapi, saya patah hati semalaman, setelah keluar dari bioskop.

Jadi, Aruna dan adik Aruna nanti, let me tell you:

Akan ada manusia yang bertemu dengan pasangan jiwanya semudah menyeduh teh celup. Ketemu dari sekolah, pacaran sampai lulus kuliah, sampai kerja, trus nikah. Dari awal sampai akhir dengan manusia yang sama, hubungan yang seru dan sehat, tanpa drama-drama besar. Nah, kisah seperti itu, bukan milikku. 

Akan ada kisah cinta yang rumit. Berputar ke sana ke mari, untuk akhirnya, pada satu titik bertemu kembali dangan manusia pertama yang mengambil hatimu. Atau ada juga perasaan "Its not right" yang kadang muncul dari antah berantah, seperti mengingatkan kita untuk berhenti di titik ini, karena ini tidak tepat, karena bukan ini yang terasa pas di jiwa, dan saatnya membeli tiket baru ke perjalanan yang lain.

Sebesar kesukaanku pada Remi (dan Reza Rahardian sebagai cast nya), sebesar keinginanku sejak membaca novelnya agar Kugy meant to be with Remi, sebesar itu juga aku pernah merasakan sakit yang mengerikan karena merasa sudah memilih yang terbaik. Ada kalanya kita tidak pernah mau mengakui sudah 'memaksa' hati mengikuti kemauan. Kita terus mengelilingi hubungan itu, tidak pernah mau melepaskan. Lalu, salah satu akan bertemu dengan orang lain tempatnya saling bertukar dunia. Sakit yang dalam. Lebih sakit dari melepaskan. Jadi, jangan sedih walaupun aku tahu, kalian adalah #TimRemi.

Ada konsep SALING mencintai. Saling mau memberikan apa saja, tanpa diminta. Sebelum sampai pada tempat itu, ada berpuluh-puluh patah hati dan tangisan panjang di dalam selimut, setiap malam. Bahkan setelah masa yang kau pikir sudah saling menemukan, mungkin akan ada waktu konsep 'saling' itu bisa hilang.

Terus berjalan adalah satu-satunya pilihan. Kugy akhirnya bersatu dengan Keenan, karena mereka melanjutkan hidup. Berani mencoba dan terus melangkah. 
Trial and Error. Thats what life offers you.

Tidak ada komentar: