Jumat, 27 Februari 2009

bencah

Hujan masih deras, dari kaca nako bisa kulihat guyurnya menyesapi tiap inchi tanah bencah
biasanya bulir tetes hujan mengajak air mata berdansa dalam lautan kesedihan tanpa nada*
tapi malam ini sepertinya air mata tak mau diganggu
tak tau, mungkin saja ia sedang marah lelah menghamburi menyemburi pipi
menelusuri lekuk-lekuk wajahku yang begitu-begitu saja, aku bosan nona, katanya
atau mungkin akal dan rasa sedang adu jumawa
menampilkan segala keelokan saling berebut perhatian, pemilu nona, ini kampanye kami, kata mereka.
Kalau saja golput itu tak haram, kubiarkan saja mereka pasang spanduk di tiap jengkal tubuhku, masa bodoh saja, toh aku tak akan memilih siapa-siapa.
Maka jika kini aku adalah siapapun yang bisa menentukan pemenang, aku pasti akan berlelah-lelah mencari, menilai, mengamati, di antara tumpukan sampah plastik yang terus membukit.

Rasa menyempit, sakit menggigit
Akal sok pintar, terus-terusan menghitung pay off pada masalah yang kualitatif

Kaca nako sudah kau tutup, tapi ku tahu, hujan masih menderas, melambai-lambai tak mau sendiri.



*translasi bebas dari lirik lagu "Menu" by Zeke and The PoPo

Tidak ada komentar: