Rabu, 03 Februari 2010

Tentang Menerima Diri Sendiri

Melewati rombongan sirkus permasalahan dan kejadian besar yang hiruk pikuk kadang membuat kita lupa kalau di sisi jalan itu banyak toko-toko favorit kita. Lupa kalo kita lagi megang permen lolipop. Lupa kalo jalan kaki adalah agenda kesukaan kita. 

Kemarin-kemarin aku bermain sendiri dengan pikiranku, menuntut Tuhan berlaku adil dengan memberikan balasan setimpal ke orang-orang yang membuat hatiku hancur. Padahal Tuhan itu kan Maha segalanya, gak perlu aku susah-susah menuntut Dia membalas perbuatan orang yang tidak berlaku adil ke aku, buat apa? Dia Maha tau apa yang harus dilakukan. Pemikiran ini datang tiba-tiba setelah aku baca sebuah otobiografi Nyi Vinon (thanks to mba riana) sebuah buku yang sangat inspiratif dengan pemikiran-pemikiran lugas dan cerdas, digabung sama notes Jenny Jusuf yang dalam dan penuh perenungan dan kehangatan yang ditularkan novel tipis berisi padat Kelas Memasak Lilian (thanks again mba riana! your pieces of cake are hillarious!). Notes Jenny membuatku meninjau ulang pemikiranku sebagai 'korban' sebagai pihak yang disakiti, bahwa sebenarnya yang membuat sakit itu adalah HARAPAN ku sendiri yang selama ini gak bisa aku pisahkan dari CINTA. Sedangkan Kelas Memasak Lilian membuatku merasa hangat dan nyaman, bahwa masing-masing orang membawa permasalahan hidupnya, bahwa kita selalu membutuhkan orang lain dalam hidup, bahwa suatu koinsiden bisa mempertemukan kita dengan orang-orang baik yang membuat kita menemukan lagi cara mencintai hidup.

Tiga tulisan itu terus mengejarku untuk berpikir dan berdamai. Aku mungkin bukan manusia berhati samudera, karenanya aku memutuskan untuk menganggap dia dan semua hal yang pernah terjadi antara kami adalah TIDAK ADA. Call me denial, tapi ini adalah terapi yang aku buat sendiri, untuk memudahkan semuanya. Syukur-syukur nanti bisa memaafkan, tapi aku gak berharap semuluk itu. Bahwa waktu yang nanti benar-benar menghapuskan dia dan segala hal itu ya sudahlah. Denial sebenarnya adalah saat aku pura-pura gak tau apa yang dia tutupi dari aku. Dan kalau sekarang aku masih harus pura-pura berbaik hati ramah tamah dan tidak sombong? Makasih. Ambil aja kembaliannya. Aku menerima diriku, bahwa aku memang tidak sebaik hati itu. 

Kalo awalnya gak kenal, trus pdkt, trus jadian, maka setelah putus adalah suatu hal yang wajar dan sudah seharusnya kalo kembali ke awal siklus, menjadi tidak kenal, lagi. Apa? Teman? Maaf, kata TEMAN gak ada di siklus itu, dan lagian temen-temenku udah banyak, akan buang-buang waktu aja kalo harus menjalin pertemanan sama orang yang udah jelas-jelas pernah menyakiti. Seriously, ide berteman baik dengan mantan pacar (yang putusnya gak enak itu) buatku adalah sesuatu yang fake, sesuatu yang sengaja dibuat untuk membuat kita terlihat berhati besar dan menunjukkan image diri sebagai orang yang lapang dada. Oh, please.

Perenungan dan pemikiran itu lalu menyatu pada satu kejadian faktual kemaren. Di saat aku bertemu nice people, orang-orang tak dikenal yang bersikap sangat baik, dua supir bajaj dan satu penjual majalah. Di titik itu aku mengingat SEMUA orang baik yang mengelilingiku. Apa yang udah aku lakukan selama ini sampai mereka begitu baik? Sebut ini narsis, tapi it feels good to be good. Kata Nyi Vinon, penting untuk membuat diri kita merasa baik. Mungkin karma itu tidak buruk dibalas buruk, tapi siapa tahu perlakuan buruk orang lain ke kita, bukannya di setting pembalasan perlakuan buruk ke orang itu, tapi justru ada pilihan kedua yaitu kita akan diperlakukan dengan sangat baik oleh orang-orang yang baik. Ya kan? Siapa tau? Toh hidup ini misteri. Seperti pernah aku tuliskan di sini, Kadang cerita hidup bertolak dari skenario pemainnya/Bagai lawak-lawak srimulat yang tak bergantung pada naskah//Atau pertunjukan teater dengan sutradara penganut hukum spontanitas/Pun sinetron kejar tayang ber-rating tinggi/Sengaja dipanjang-panjangkan untuk ending yang belum pasti. Yang bikin hidup itu 'hidup' adalah improvisasi pemainnya.

Maka sebagai pemain, kita harusnya mengenali diri sendiri dengan baik. Improvisasi itu penting asal ada gunanya, ga boleh kebanyakan. Buat apa setengah mati menerima orang lain as they are, kalo ternyata kita belum bisa menerima diri kita apa adanya? Kalo kata Guido di NINE, It is a CONTRADICTION :). 

Intinya, bacalah Nyi Vinon,


bacalah blog Jenny Jusuf, dan tonton NINE

Menjadi penonton, dengan membaca dan melihat kisah orang lain untuk dijadikan cermin agar kita semakin mengenal diri sendiri dari berbagai perspektif, adalah sesuatu yang penting. Cheers!

16 komentar:

eL mengatakan...

buat aku mah, nggak ada kebetulan, darling.. its all written. seumpama aku nggak ketemu seseorang yang benerbener akan mempengaruhi hudupku kemarin ato hari ini, aku pasti akan tetep ketemu orang itu, besok atau lusa, dengan skenario yang ada ada aja :D

tetep nggak bisa nggak setuju mam Mr Big : ...uuuuu.. baby baby its a wild world..

let the world talks, we re moving on. hehe

Ariza mengatakan...

oh iya.
when we believe in one path, it doesnt mean that someone else's path is a wrong path kan, darling? ini cara gw menerima diri gw sendiri, sangat subyektik, dan kasus-istik :)

kriwul mengatakan...

aku temenan baik banget sama mantan without any further expectation... tapi ada satu sih yang nggak bisa temenan lagi sama sekali. tergantung putusnya kali ya. hehe...

Ariza mengatakan...

oh iya, postingannya gw update dikit, temenan baik sama mantan yang putusnya ga enak, itu sesuatu yg fake.

Tapi kalo emang berjalannya waktu mengubah segalanya ya its okay, baru putus langsung temenan baik juga its okay, but for me, kalo putus ya temen biasa aja kalo bisa atau bahkan ga usah temenan juga ga ada tuntutan. Intinya maksud gw adalah: ga harus kok mengikuti saran semua orang agar kita menjadi orang yang baik hati dan selalu bersikap baik padahal kitanya gak mau....

hihi,, thks kriw..

Jengskaa mengatakan...

"seriously, ide berteman baik dengan mantan pacar (yang putusnya gak enak itu) buatku adalah sesuatu yang fake, sesuatu yang sengaja dibuat untuk membuat kita terlihat berhati besar dan menunjukkan image diri sebagai orang yang lapang dada. Oh, please."


aku merasa ditonjok. T_T

seriously cha, u should think about changing ur career in to a writer. i mean it.

Ariza mengatakan...

lo ngerti poin gw kan ckaaaaaaa???? hahahaha.. yang merasa ditonjok berarti ngerti :P. eh tapi ini kasusnya sama kaya elo yang ga bisa temenan sangat akrab sama cowo looh, kebetulan di gue, gue ga percaya ada persahabatan tulus dengan mantan. sangat subyektif.

dan tentang ide lo, kayaknya itu terlalu lebay honeyyyy,, i am flattered but thats too much you knoooooooooow! I love you!

Anonim mengatakan...

soooo...... nonton NINE itu bagian dari destiny ato sekedar coincidence???

Ariza mengatakan...

coincidence.

destiny-ku adalah 'hari yang indah'.

rou mengatakan...

thanks for sharing this. I have the same problems too and I'm glad there's someone out there who shares the same view with me.. So I won't be suffer to think that hey, I haven't been able to forgive. :p

Ariza mengatakan...

hi-bitta-who-share-the-same-view-with-me,, i am so glad too!! Thanks for coming :)

riana mengatakan...

icha dear, your writing is so deep, i've been there & know exactly how you feel *sok tau mode on*, just follow your heart, i'm sure you'll get to the right destination.

Ariza mengatakan...

huhu, mba riana,, thanks... from now on, i will follow my heart, always.

Anonim mengatakan...

Menyembuhkan sakit adalah dengan memaafkan,tp tkadang gue msh sulit membedakan antara memaafkan orangnya atau kondisinya yg membuat gue tsakiti.it took like forever for me to learn about that...

Ninneta - MissPlum mengatakan...

Haiii.....

selamat pagi, datang di hari minggu pagi.. untuk ngajakin kenalan dan sekalian follow2.... Main2 ya ke blog aku... :)

salam,

ninneta

Ariza mengatakan...

frozen: iya neng,, its a life time homework kayaknya...

ninneta: hai, your name is really cute. Salam kenal pula, saya akan segera berkunjung ke sana :)

Unknown mengatakan...

artikel yang bagus... :D

temenan sama mantan yang putusnya ga enak memang sulit.. setuju sama nona...

btw.. soal destiny..
aku punya slogan "destiny is what we make it"
personally aku ga percaya destiny.. :D