Kamis, 18 Maret 2010

Just Ask Doctor Parnassus


Teman terbaik saya lagi stress, semalem di telpon bilang kalau dia saat itu juga pengen menghilang. Katanya, "Pernah gak sih semua sisi kehidupan kamu lagi brengsek, dan di satu titik kamu pengen melepas semuanya?"

Saya tahu pertanyaannya retorik, tentu dia tahu semua masa-masa brengsek di hidup saya, yang terakhir malah baru kejadian dalam hitungan bulan. Saya juga tahu, dia sedang tidak ingin mendengarkan saran, pendapat, apalagi bantahan. Maka saya diam, sambil sesekali menanggapi pernyataannya yang memang untuk ditanggapi. Kami sudah dalam tahap persahabatan yang mencoret kata basa-basi dan sok care, kami bikin MoU bahwa lebih baik diam daripada berbicara sesuatu yang you-dont-even-mean-it. Selain bahwa saya emang ga pernah bisa berbasa-basi kapanpun dimanapun dengan siapapun.

Saya jadi mikir sendiri, kenapa ya ada momen-momen yang buruk banget terjadi, momen dimana semua peran dalam kehidupan sedang mengalami masa yang sulit. Konflik yang rumit. Patah hati, pas kerjaan lagi kayak hantu, kuliah juga lagi ujian (dalam kasusku lagi mau sidang kompre), pas bermasalah sama si A atau si B, temen-temen juga kayaknya ga tau pada di mana. One problem leads to another.

Pas nonton The Imaginarium of Doctor Parnassus, sedikit pemikiran saya itu kayak dapet pencerahan. Si Parnassus ini punya pertaruhan sama Iblis, yang ternyata ditengah film kita tau kalo si Iblis ini ga begitu pengen-pengen amat buat menang. Dia akan membuat pertaruhan baru untuk mengakhiri pertaruhan yang lama.

Iblis di dalam film itu adalah kehidupan. Bukan, bukan dalam arti negatif, tapi dalam makna yang dalam. Sejak dilahirkan di dunia ini, kita punya perjanjian sama hidup kita. Kita gak tau kapan hidup kita berakhir, begitupun kita gak tau term and conditionnya perjanjian kita sama kehidupan. Bayangin aja, memperjanjikan sesuatu yang batas waktu dan syarat-syaratnya gak kita tahu. 

Kadang si kehidupan ini sengaja ngalah, ngasih kita kemenangan-kemenangan yang membuat kita merasa oh-so-lucky. Kemenangan yang muncul dari hasil pilihan yang keliatannya adalah pilihan terbaik. Padahal itu disengaja sama dia, itulah saat-saat ada ujian kecil yang hikmahnya suka kita lupakan. Ujian yang hasilnya cuma: "Look, i am still fine". 

Kehidupan tau, ada bertriliun-triliun keterkaitan di dunia ini, kemenangan kecil itu akan berafiliasi dengan koinsiden-koinsiden yang diatur semesta, hingga suatu saat, di satu titik, kosmis seakan memutuskan bahwa semua sisi peran hidup kita dilanda bencana. Bersamaan dan menyesakkan. Itulah pertaruhan besar yang disiapkan kehidupan, pilihan besar harus dibuat, dalam keadaan yang bikin muak. 

Once, my Mom told me. Kadang sesuatu terjadi sebagai ujian, kalau kamu bisa mengerjakan dengan baik, setelahnya, kamu lulus dan tambah kuat. Tapi kadang sesuatu itu gak bisa kamu lewati, dan membuatmu harus pergi dari situ, dan memilih jalan lain, itulah destiny. Sesuatu yang memang harus terjadi, bagaimanapun usahamu, kosmis menggariskanmu skenario lain.

Tau apa destiny yang ajaib? 
Saya mengalami masa brengsek itu 2-3 bulan yang lalu, kalau itu jamu, pahitnya aja masih nyisa di ujung lidah. Dan saya adalah teman terdekatmu, dan ga ada orang lain di dunia ini yang bakalan kamu sms dengan kata-kata sadis atau kamu telpon di tempat umum sambil mengumpat-umpat, tanpa akan marah, tanpa akan menasehatimu macam-macam, tanpa akan mengucapkan kalimat-kalimat basa-basi yang menyuruh kamu sabar, tanpa bilang bahwa semuanya pasti akan berakhir dan kamu akan baik-baik saja, hanya diam dan mendengarkan sambil sesekali menanggapi pernyataanmu yang memang ditujukan untuk ditanggapi. Tanpa basa-basi, tanpa bicara panjang, dan memilih untuk menceritakan bagusnya pentas di TIM barusan, sambil menjanjikan acara-acara menyenangkan di akhir minggu yang pastinya diakhiri obrolan panjang sampai pagi, dan kata-kata lain yang ingin kamu dengar.

Posting ini untuk teman terbaik saya, bahwa saya senang, kalaupun masa-masa brengsek kemaren itu adalah destiny yang gak membuat saya naik kelas atau tambah kuat, paling gak, masa-masa itu ada dalam keterkaitan koinsiden hidup dia, membuat saya sangat memahami posisinya dan kepenatan yang dia alami, hingga empati saya itu mungkin menciptakan kondisi yang mengukuhkan bahwa saya masih teman terbaiknya.

Cheers,





p.s: Hei kamu! Jangan sediiih yee, abis ini giliran aku yang taruhan lagi sama hidup, dan siap-siap ada curhat semalam suntuk dengan tokoh utama yang bukan kamu! haha!

2 komentar:

Kiky Amel mengatakan...

huhu..aku juga lagi pengen ngilaaaaaaang..

*kok jadi curcol? :P

Ariza mengatakan...

eh eh eh,, bumil kenapaaaaaaaaaaa???? sini sini curcol aja :)