Minggu, 13 Juni 2010

Kali ini tentang cinta dan tidak cinta.



“Cinta tidak meluruhkan kewajiban seseorang untuk bekerja” (Nyi Vinon)

Membaca kalimat itu membuat saya lega. Oh, akhirnya ada yang menulis statement persis seperti apa yang ada di dalam pikiran saya. Entah dibentuk dari film-film Hollywood,  kisah heroik atau apa, tapi kayaknya di jaman sekarang ini, cinta dianggap sebagai sesuatu yang klise, norak, picisan. Banyak tulisan tentang panduan memilih pasangan hidup, how to get a good relationship, dan lain-lain yang jelas-jelas menyebutkan bahwa cinta bukan segalanya dalam membina suatu hubungan. Sampai di poin itu saya setuju, cinta memang bukan segalanya DALAM SUATU HUBUNGAN. Tapi menulis seakan-akan cinta itu tidak penting, saya mulai gak terima.

Nyi Vinon menuliskan bahwa cinta dan hubungan itu dua hal yang berbeda. Dan saya lagi-lagi setuju, cinta ya cinta aja, given, gak usah saya jelaskan seperti apa rasanya, semua orang pasti pernah merasakan. Mau gak mau, suka gak suka, kalo jatuh cinta ya seperti itu, entah dengan orang yang menurut kita benar atau salah, sekali cinta datang maka terjadilah. Sedangkan hubungan, seperti juga suatu intitusi adalah sesuatu yang muncul dengan hak dan kewajiban, ada AD/ART nya, ada aturan mainnya. Pihak-pihak di dalam hubungan itu bertanggung jawab untuk menjaga dan merawat hubungannya biar sesuai sama visi yang sudah ditetapkan di awal. Misalnya, aku setia sama kamu, kamu juga harus setia sama aku. Cinta? Gak ada rumus bahwa “Karena aku cinta sama kamu, jadi kamu juga harus cinta aku”. Cinta datang tanpa alasan, tidak karena apapun, tidak juga ditentukan seberapa lama saling mengenal.

Cinta, ada yang akhirnya dilembagakan, dalam sebuah hubungan dengan kontrak bernama komitmen. Sampai di situ, cinta adalah katalis. Dan cinta bukan state of mind. Hubungan bertahun-tahun tidak bisa menciptakan cinta, yang bisa diusahakan untuk tercipta adalah kasih dan sayang. Tapi, hubungan bertahun-tahun juga memungkinkan tiba-tiba cinta datang. Dua orang yang sudah berkomitmen belasan tahun, bisa saja baru saling jatuh cinta, tapi bisa juga tidak. We’ll never know. Lalu, apakah hubungan yang diawali dengan cinta akan lebih baik dari hubungan yang tidak diawali dengan cinta? Belum tentu. Karena kualitas hubungan ditentukan oleh banyak faktor, bukan cuma cinta.

Saya tidak memandang lebih rendah kepada orang yang berkomitmen dengan orang yang tidak dia cintai, bukan orang yang benar-benar fit with their heart, karena dengan komitmen, akan ada saling mengasihi dan menyayangi, akan ada harapan di antara keduanya, ada kenangan yang terbentuk, hingga akhirnya ada perasaan tidak mau kehilangan. Maka menurut saya, berhentilah melakukan penyangkalan. Menyangkal bahwa cinta itu tidak penting hanya akan menunjukkan bahwa kita gak merasakan cinta dalam hubungan yang kita punya, dan berharap orang lain tidak seberuntung itu untuk punya cinta dalam hubungannya. Itu menyedihkan.

Dan saya juga bukan orang yang mencibir pasangan-pasangan yang berkomitmen karena mereka saling jatuh cinta. Bagaimana saya mencibir sesuatu yang merupakan anugerah? Saya juga bukan orang yang setuju untuk bilang, “Emang mau makan cinta?” ya karena semua orang gak ada yang makan cinta. Gak ada hubungannya cinta sama kewajiban seseorang untuk bekerja, menafkahi diri dan keluarga. Mau cinta kek, ngga kek, bekerja dan meningkatkan kualitas hidup itu kewajiban manusia.

Saya pernah jatuh cinta dengan orang yang juga mencintai saya. Akhirnya pacaran 3,5 tahun, lalu putus. Saya pernah jatuh cinta dengan seseorang yang, well, dengannya saya gak bisa pacaran karena beda agama. Dalam sebuah hubungan, saya sangat logis. Saya gak akan pacaran sama orang yang beda agama, simply karena mama papa saya gak akan setuju, dan saya gak bisa backstreet dari orang tua. Saya pernah juga pacaran dengan komitmen yang sangat kuat. Dia adalah orang dengan segala faktor excellent untuk membina suatu hubungan, I work really hard to make this relationship works. Dia jatuh cinta sama saya. Saya tidak merasakan jatuh cinta yang seperti jatuh cinta berbunga-bunga itu. Saya lalu memperjuangkan hubungan itu sebisa saya. Untuk akhirnya saya mengasihi dia, menyayangi dia, saya berkomitmen kuat. Tapi dia tidak. Setelah cinta itu pergi, dia juga pergi dari saya. Saya patah hati. Lalu siapa yang bisa menjamin mana yang lebih baik? Tidak ada.

Cinta antara laki-laki dan perempuan itu biasanya membuat dua orang merasa meant to be. Everything feels just right. Dan hubungan yang dimulai dengan perasaan itu yang selalu saya inginkan. Lalu komitmen yang didasari visi sama dan ber-asas partnership akan dibina, part time lover and full time friend.

Dari semua pengalaman, itu yang sangat saya inginkan.  Semoga saya memang salah satu orang yang mendapat anugerah, SALING mencintai dengan orang yang dengannya saya ber-partner selama-lamanya. Kalaupun tidak, itu tidak akan mengurangi usaha saya untuk mengasihi dan menyayangi siapapun dia nanti.



Tulisan ini spesial saya buat untuk sahabat saya, Aulia Dhita Permata. 
"Bullshit itu semua kan Te? Jadi, follow your heart aja! I'm with you!" 

Foto oleh saya, adalah pre-wed seorang teman.  

7 komentar:

Vio mengatakan...

Love this, cha. :)

Ariza mengatakan...

Thanks, Vio! :D

saidiblogger mengatakan...

seperti lirik dewa siti nurbaya : karena cinta yang menyejukkan dunia...

T3r0n9 Bel4ndA L4gie CenEn9 BanGetzz mengatakan...

so.... aku tetep harus jadi PNS nih????

trus rencana kebun apel adam dan ternak marmut supernya gimana????

Ariza mengatakan...

saidiblogger: weh jadi pengen dengerin lagu2 dewa yg jadul2...

papin: kok kesimpulannya gitu sih??? rencana tinggal di tengah2 perkebunan tetap masuk list dooong....

frozzy mengatakan...

couldn't agree more, darling. and I'm still looking for the one who can be a part time lover and full time friend.

Ariza mengatakan...

frozzy: ahh, here you are! Mencari is good, karena dengan mencari kamu akan menemukan, atau ditemukan :)