Kamis, 17 Juni 2010

Minggu Pagi di Victoria Park

Saya, subyektif, akan menjadikan cerita sebagai yang nomor satu untuk menjadikan sebuah film dinyatakan bagus. Bahwa Art Director Minggu Pagi di Victoria Park ini berhasil membuat saya nyesek karena menolak ajakan seorang teman travelling ke Hongkong (karena ga punya duit,haha), dan dengan kostum dan make up para pemain yang saya suka sekali, oh dan dengan alunan musikalisasi puisi Sajak Kecil Tentang Cinta punya Sapardi, tapi tetep yang membuat saya akan merekomendasikan film ini adalah screenplay yang dibuat Titien Wattimena. 

Out of topic, satu quotes yang paling saya suka dari The God of Small Things, adalah konsep konsep "A Great Story" yang didefinisikan Arundhaty Roy. Saya yakin, konsep ini adalah rahasia dari semua film yang saya sukai.

The secret of the Great Stories is that they have no secrets. The Great Stories are the ones you have heard and want to hear again. 
Dalam obrolan saya dan Roti Srikaya sepulang nonton, film ini adalah satu dari sedikit film Indonesia yang memenuhi ekspektasi saya dalam hal kesederhanaan inti cerita. Mayang (Lola Amaria) dipaksa ayahnya menjadi TKW di Hongkong untuk mencari adiknya, Sekar (Tity Syuman) yang sudah menjadi TKW duluan di sana dan hilang kabar beritanya. Sudah. Sesimpel itu. 

They don’t deceive you with thrills and trick endings. 
Tidak bombastis, dengan teka-teki yang rumit, tidak juga sesuatu yang inovatif. Lebih dari itu, circumstances dan semua atribut yang melengkapi cerita inti adalah berbagai permasalahan kompleks semacam kredit dengan bunga tinggi yang mencekik para TKW di negeri sana, pacar-pacar brengsek, suami-suami, keluarga-keluarga yang merongrong mereka dengan kiriman bulanan, dunia yang tidak ramah, majikan yang baik, orang KBRI yang mirip malaikat, semuanya dikemas dalam satu ukuran pas. Tidak ada yang berebutan saling menonjol, karena si bintang panggung tetaplah inti cerita, 'yang cuma gitu-gitu aja'.

They don’t surprise you with the unforeseen. They are as familiar as the house you live in. Or the smell of your lover’s skin.
Cerita ini sangat manis dalam memberikan spotlight kepada komunitas masyarakat Jawa Timur yang menjadi TKW di Hongkong. Digambarkan bahwa mereka adalah sampel, dari berbagai komunitas yang tumplek blek setiap Minggu pagi di Victoria Park. Klasifikasi hebat dengan scope TKW - di Hongkong - dari Jawa Timur - Mayang dan Sekar, bergulir dari yang paling sempit ke yang paling luas atau sebaliknya, begitu seterusnya terasa acak tapi tidak membingungkan karena percayalah, tidak ada yang membuat dahi berkerut dari film ini. Jalinan cerita tidak ada yang sia-sia, bahkan poster sederhana pemilihan artis favorit yang akan didatangkan KBRI ke Hongkong yang di shoot beberapa detikpun ada maknanya.

You know how they end, yet you listen as though you don’t. In the way that although you know that one day you will die, you live as though you won’t.
Ada kisah cinta yang biasa, yang bahkan dari awal kita tahu mereka akhirnya bakalan jadian. Juga Mayang yang nantinya pasti ketemu Sekar, yang walaupun awalnya hubungan keduanya tidak harmonis, lalu jadi sadar bahwa darah itu lebih kental dari air, biasa memang, semuanya tidak ada yang mengejutkan, tapi kita akan menikmati ke-biasa-an itu dalam diam yang penuh perenungan.
Inilah mungkin yang orang sering bilang, gak ada yang baru di dunia ini. Semua hanyalah pengulangan yang abadi. Kita tahu siapa yang berakhir hidup, siapa yang mati, siapa yang bertemu degan cinta, siapa yang tidak, tapi kita tetap selalu mau mendengar cerita itu berulang-ulang. 

Jika Lola Amaria adalah jaminan, dan nonton film itu menjadi semacam investasi, maka film ini bukanlah suatu produk derivatif bodong yang akhirnya bikin bangkrut Amerika.


P.S: Barusan nge-cek di 21cineplex.com, dan film ini sudah tidak ada di peredaran. Bahkan di Bogor dan Tangerang! Jadi, maaf review nya telat, selamat menunggu DVD Original atau Jiffest di akhir tahun nanti :)

foto dari sini

12 komentar:

saidiblogger mengatakan...

wah.. di hongkong yah.. selamat jalan2 deh.. :D

Ana mengatakan...

wiii.. jadi pengen ntn.. apalagi ada si titi sjuman yang cantik itu.. :)

Terung Kompeni mengatakan...

Rambutnya Agus, bonekanya Sari, pacar yang mirip Shakhruk Khan, majikan yang tidak tergoda buat menggerayangi pembantunya yang bahenol walaupun pulang kantor lebih awal dan tak ada satu orangpun di rumah selain mereka berdua........... :-D

Enno mengatakan...

aku mau cari filmnya aaah... thx reviunya ya :D

Enno mengatakan...

aku mau cari filmnya aaah... thx reviunya ya :D

Ariza mengatakan...

saidiblogger: welah, itu filmnya yang settingnya di hongkong, hehe.

sapidudunk: iya! film indonesia wajib tonton ini!

Kamu: yes. aaall of 'em!

Enno: oh wow! enno! deg2an dikomenin sama idola ini,haha *norak.
Yups, rapi belom ada dvd nya kayaknya...

kriwul mengatakan...

icha sekarang produktif banget nulis blognya... ahahaha (komen gak penting)

udinmu mengatakan...

ni pilem pengen banget ditonton ame bini gw,..
klo dia baca ni review, pasti makin mupeng deh...

thanks reviewnya.
semoga bisa nonton, meski harus ninggalin si kecil sebentar.

mutia mengatakan...

pengen nonton juga ih... tapi di blitz juga tinggal yang di teraskota sama bandung... haduh...

Ariza mengatakan...

kriw: iyaa... ini proyek pribadi di bulan Juni sebenernya Kriw, 25 postingan sebulan! hehehehe...

udinmu: whehe,, iya, walau ga ada yg se-worth it sama menghabiskan waktu dgn si kecil, tapi film ini ga mengecewakan kok, bener..

mutia: daripada teraskota, mending bandung kali ya.. *lho!* hehehe

Unknown mengatakan...

Icha, terima kasih sudah menonton dan me-review-nya dengan baik... Kami percaya bahwa penonton film Indonesia memiliki 'rasa' dan 'apresiasi' yang sangat baik terhadap film Indonesia.. Tetap semangat dan tetap dukung Perfilman Indonesia :)

Ariza mengatakan...

Ya ampun, baru liat komen mbak dewi umaya.... You're very welcome mbak :)

Am waiting your next project!

*speechless*