Rabu, 16 Juni 2010

Pagi Mendung Kebanyakan Melamun

Setiap pagi, setiap hari, rutinitas adalah berjalan kaki dari kos ke tempat naik angkot. Kadang sambil menghitung jumlah langkah, kadang sambil menghitung jumlah orang yang ditemui di jalan yang juga sedang jalan kaki, atau sekedar melirik apa yang dijahit bapak-bapak bertopi di gerobak mesin jahit-nya.

Beruntung adalah kadang-kadang bertemu teman kos lama di sisi kiri jalan. Atau melihat senyum-manis-dagangan-laku-nya mas-mas berumur 30 tahun yang berjualan bubur sumsum dan biji salak bukan di bulan Ramadhan. Dan sangat beruntung adalah seangkot dengan mas-mas ganteng ber-cincin kawin yang selalu tampak segar -paling tidak setiap kami seangkot-. 

Lebih dari itu semua, ada seseorang yang bertemu dengannya adalah lebih dari sekedar peruntungan. Karena kalau bahagia itu memang cuma state of mind, maka aku akan berterima kasih kepada Pak Tua petugas kebersihan jalan di salah satu titik di Salemba. Berseragam oranye, bertopi belel, sambil menyapu dia akan mengucapkan "SELAMAT PAGI" dengan riang. Kepada setiap orang yang melewatinya, seolah-olah dia mengenalinya dengan baik.

Dan patah hati adalah, manusia-manusia Jakarta yang mengejar bus P2, terlalu terburu-buru hingga tak sempat membalas ucapan selamat pagi Pak Tua, bahkan tidak dengan senyuman. Melihatnya mirip merasakan ada orang terdekat yang enggan meluangkan waktu untuk mendengarkan ceritamu lewat telepon tanpa kegiatan lainnya, benar-benar meluangkan waktu seperti kamu yang selalu meletakkan novel favoritmu atau mem-pause film sebagus apapun saat dia meneleponmu. Kalo kata Verona di Away We Go, "You will listen. Like, really listen".Karena kadang, mana yang utama dan mana yang sambilan itu terlalu tipis untuk dibedakan.

Maka yang harus dilakukankan sebagian orang, mungkin adalah belajar kepada Pak Tua itu, mengucapkan selamat pagi dengan tulus dan riang, dibalas atau tidak, lakukan saja seindah yang kau bisa. Dan sisanya, luangkan sedikit waktu untuk membalas ucapan siapa saja padamu, benar-benar membalas, seperti dari hati, 5 detik tidak akan membuatmu miskin, bukan?

8 komentar:

Bukan Terong Belanda mengatakan...

cowok emang gitu...
kadang-kadang susah banget mendengarkan....
apalagi klo udah nonton bola.
Mas kamu suka nonton bola khan, Cha...???

saidiblogger mengatakan...

hal-hal kecil yang memang sering dilupakan.. menyapa...

Ana mengatakan...

aaa.. aku [ngen banget bisa nulis kaya mba icha ini..*mewek*

udin mengatakan...

-"Maka yang harus dilakukankan sebagian orang, mungkin adalah belajar kepada Pak Tua itu, mengucapkan selamat pagi dengan tulus dan riang, dibalas atau tidak, lakukan saja seindah yang kau bisa. Dan sisanya, luangkan sedikit waktu untuk membalas ucapan siapa saja padamu, benar-benar membalas, seperti dari hati, 5 detik tidak akan membuatmu miskin, bukan?"-

really like this... mari kita melakukan segala sesuatunya dengan sungguh"...

Ariza mengatakan...

bukan terong: masku ga suka bola. sukanya facebook. tapi tetep susah benar-benar mendengarkan. padahal aku bisa baca peta. (why men dont listen, why women cant read map)

saidiblogger: betul!

sapidudunk: ahhh ana, makasih...

udinnya-dyra: halooo!! lama ta jumpa,... selamat ya,, udah punya bayi..hihi...

Kiky mengatakan...

aku juga sering dicuekin klo maskuw lagi main fesbuk dan nonton bola. Apeees :(


*tulisanmu semakin bikin aku minder deh cha :P

udin mengatakan...

olaaa.. hehehe... lama banget ga blogwalking,
btw, makasih ya.. makasih. kapan kapan foto si kecil aku upload deh. klo mau liat.. hehehe

Ariza mengatakan...

Amelkuw: huhuhuhu,, its in their blood kayaknya mel...
*hah kamuuu, apa minder2 segala,, ayo kita rajin menulis...hehe

udin: iyaa dong, upload dong!