Kamis, 19 Mei 2011

The Unknown Errors of Our Lives

 Errors do exist. 
Sedikit berbeda dengan mistake, hampir semua error adalah sesuatu yang tidak disadari. Di suatu titik, tiba-tiba 'hang', dan saat itu kita baru sadar, ada kesalahan yang harus dianalisis agar kembali normal.

Seperti biasa, saya bukan tipe pembaca/penonton yang akan mengingat seluruh nama tokoh, seluruh plot, atau kalimat-kalimat indah dalam suatu buku/film sampai berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelahnya. Yang selalu saya ingat adalah perasaan yang tertinggal dan seberapa besar karya itu mempengaruhi atau justru membuka pikiran.

Chitra Divakaruni (mengingat nama penulis dan judul buku? Thats different story, i will remember to the bones) di buku ini, menulis sesuatu yang sangat dekat dengan hatinya. Wanita, imigran, dan segala sesuatu berhubungan dengan keluarga, cinta, dalam sudut pandang asimilasi kultur India dan Amerika. Timur dan Barat. Tradisional dan Modern. Buku ini adalah kumpulan cerita pendek, tentang hubungan adik-kakak, ibu-anak, ayah-anak, calon suami-calon istri, sahabat-sahabat, mertua-menantu yang kesemuanya disambungkan dengan adanya sebuah luka.

Ada beberapa cerita yang sampai sekarang, hati saya perih setiap mengingat beberapa adegan yang digambarkan di buku itu. Pada "Cinta Seorang Pria Baik", Monisha diceritakan akan menerima kunjungan ayahnya, yang sangat dibencinya karena alasan-alasan masa lalu, khususnya adalah kenangan saat sang ayah berimigrasi ke Amerika, meninggalkan ibunya. Sang ayah bagai hilang, bahkan sampai saat Ibunya meninggal dunia, setelah hidup dalam cemoohan semua orang sebagai wanita yang ditinggal pergi suami.
Saat sang ayah datang, Monisha sempat takjub menemukan laki-laki yang dulu kokoh itu, sekarang menjadi tua, ringkih, lemah, dan membawa sebuah koper yang sangat besar, padahal Monisha hanya mengijinkan dia menginap semalam untuk melihat cucunya. Anak Monisha.

Koper itu ternyata berisi berbagai barang, seperti baju dan mainan untuk berbagai umur, mulai dari bayi hingga besar. Sang ayah sadar diri, luka Monisha karena dia sudah terlalu dalam, dia cukup tahu, ini adalah satu-satunya kesempatan, pertama dan terakhir untuk dia bisa bertemu dengan cucunya. Dia ingin ada di hidup cucunya, tidak mau mengulang kesalahan yang dulu tidak disadarinya, pergi dari kehidupan anak perempuannya.

Cerita ini (dan satu cerita lain yang judulnya sama dengan judul buku ini) meninggalkan kesan yang luar biasa dalam buat saya. Saya masih ingat perasaan perih, dan saya meringkuk, menangis di sisi kasur saya di kamar, yang membuat Roti Srikaya panik bertanya apakah saya baik-baik saja :).

Buat saya, buku semacam The Unknown Error of Our Lives ini adalah 'self-help'. Self-help yang ditulis dengan indah, menjadikan kita sebagai 'pengamat', membuat kita berpikir, menganalisis kehidupan yang dijalani tokoh di dalamnya. Lalu melihat diri sendiri, merasakan apa yang ada di hati, mengingat apa yang pernah kita pikirkan. Daripada sekedar menjadi obyek, yang mesti dituntun sepuluh atau seratus langkah untuk menyembuhkan luka.

Luka akan sembuh.

Cinta adalah sebuah negara dengan bahasa dan hukum yang di saat yang sama, bisa menjadi sangat universal dan juga sangat spesifik hingga tidak bisa diartikan atau diinterpretasikan dalam bahasa lainnya.

Keluarga adalah sebuah value kehidupan yang harus dijaga, modern dan tradisional hanya masalah cara pandang, tanpa mengubahnya, kadang maksud dan mulut tidak memiliki sinkronisasi dalam menyatakan suatu gagasan.

Saya,
menangis untuk ketiga hal itu.


gambar dari sini
Rekomendasi buku ini dari tulisan mbak riana, as always ;).

6 komentar:

Fey mengatakan...

reviewnya membuat saya kepengen membaca bukunya :)

riana mengatakan...

baca reviewnya icha bikin aku kepengen baca buku itu lagi *bongkar rak, cari2 buku* :p

terong balado mengatakan...

Aku gak suka bagian kamu nangis di pojok kasur. Bikin cemas......

kriww mengatakan...

icha, I love this book too :)

tau gak sih cha, skrg tiap baca blog kamu rasanya aku ikut jd pengantin baru, hahahaha

dyra mengatakan...

Mungkin kayak waktu gwe baca cerita terakhir di buku Jhumpa Lahiri "Interpreter of Maldives". Nangis mulu! Apa bawaan hamil ya :P

Jadi pengen bukunya. Ini udah ada yg terjemahan kan ya? Males baca versi asli, ahaha

Ariza mengatakan...

Fey: Ayo baca, Fey.. buku ini bagus sekali. Btw, salam kenal!

Mba riana: *bukunya gak ketemu, ketutupan buku2 baru yg buanyaaakkk* hihi

Pampinko: ya maap,, aku kan penuh penghayatan orangnya. Total! :P

kriw: yep. its a good book ...

dyra: iyaa, ini juga gw baca terjemahannya kok jeung... mana cerpen bentuknya, jadi selesainya cepet. coba kalo novel, bisa nangis2 seharian plus kebawa2 mimpi gw, saking detail ceritanya... hehe