Jumat, 17 Juni 2011

Catatan Pagi

Hari ini, kebahagiaan terletak beberapa derajat dari titik mimpi dan kesadaran, aku berada di sana, sedang kamu sudah utuh dengan kesadaran dengan ciuman-ciuman kecil untuk membangunkan. Kebahagiaan karena ciuman itu terasa di dua alam. Dalam mimpi dia sampai di suatu taman antah-berantah, tempatku sedang duduk sambil menopang tangan. Dan di sini, dalam kamar ini, hangatnya terasa di pipi kiri. Kamu terasa jauh di sana, dan di saat yang sama ada di sini.

Kebahagiaan adalah sandaran. Seperti punggung yang seharian lelah menopang kepala dan bersamaan menunjang kaki yang terus saja berjalan, lalu diletakkan perlahan pada karpet bulu yang tebal. Cukup tebal hingga membuat nyaman, tetapi masih ada rasa lantai yang keras dan mempertahankan. 

Kebahagiaan sederhana dan jujur kepada hati sudah menjadi kemewahan bagi beberapa generasi, yang menggantungkan keriaan pada sesuatu yang bahkan tidak nyata. Sandaran logika berada pada kemunafikan, yang seharusnya disadari saat berucap betapa tidak pentingnya suatu hal yang secara fundamental diyakini bahwa sebenar-benarnya hal itu adalah penting. Lalu hati, bagaimana bisa disandarkan, jika terbang dengan satu kaki menjejak tanah? Ketakutan tidak membawa apa-apa jika dipertahankan dengan teori yang dibangun atas dasar kebutaan.

Tidak ada salahnya dengan mencari. Dan 'penting' bagi banyak orang, tidak perlu setiap saat mesti diikuti. Seperti seorang teman yang selalu saja tidak berhasil menyelesaikan buku yang sudah dia beli dan ingin tuntas dibaca, tapi selalu tak bisa. Dia mengakui kenapa. Dia lalu berhenti membeli jenis buku yang disaat membelinya, dia membayangkan apa yang orang lain akan pikirkan, saat dia menenteng buku itu dan membacanya di bangku kereta listrik atau busway. Membaca adalah revolusi. Pembaca sejati tidak akan membuat kelas antara 'buku ringan' dan 'buku berat', mereka hanya akan membaca apa yang memang ingin dibaca. Bukankan di situ poinnya? 

Kesenangan akan hilang saat potensinya dihilangkan dengan paksa karena sederhana dibuat drama, dan jujur kepada diri sendiri dijadikan barang langka.



Terima kasih. Untuk manusia-manusia yang selalu hidup dengan kejujuran pada diri nya sendiri. Menginspirasi. Dan seorang kamu yang setiap saat datang bawa-bawa sandaran. :)


2 komentar:

kriww mengatakan...

aku juga merasa kayak gini cha waktu memutuskan menunda menikah, juga waktu memutuskan pindah jalur karir. emang sih pendapat 'seluruh dunia' kayaknya menganggap kita nggak keren, tapi yg paling penting kan kita happy dan feel good about ourselves kan cha?

Anonim mengatakan...

Cha, ijin untuk meminjam line ini :
Kesenangan akan hilang saat potensinya dihilangkan dengan paksa karena sederhana dibuat drama, dan jujur kepada diri sendiri dijadikan barang langka....
I really like it and somehow it relates a lot to me lately.
Thank u for inspiring thoughts every time I drop by. :)