Rabu, 30 November 2011

Of Course I Do!


I have an unreasonable fear about height, dark, and anykind of horror story.
Takut ketinggian ini pertama kali disadari pas kelas lima atau enam SD, lagi duduk-duduk becanda di loteng rumah teman se-geng. Jadi, rumah si teman ini gede, terdiri dari dari rumah dan paviliun-paviliunnya, yang masing-masing punya balkon sendiri-sendiri. Entah ide siapa pertama kalinya, kami ceritanya mau pindah dari satu balkon ke balkon lain, jaraknya paling cuma 1,5 meter, dengan melewati pondasi bangunan yang lumayan lebar buat jalan, tapi karena itu cuma pondasi, bukan diperuntukkan buat jalan, jadi ya gak ada pagar atau pelindungnya. Satu-persatu teman-teman saya pindah ke balkon lainnya dengan santai lewat pondasi itu, giliran saya, keringat dingin, deg-degan parah, kaki rasanya kesemutan. Tapi namanya anak-anak, liat teman-teman lain tidak menemukan kesulitan, sayapun nekat. Berhasil sih, sampai sebrang, tapi badan lemes.

Takut gelap juga sebenarnya nggak pernah disadari sampai akhirnya tinggal jauh dari orang tua, ngekos, dan pernah suatu malam kebangun dan menyadari bahwa lagi mati lampu. Takut gelap ini berhubungan mungkin sama takut hantu sama takut film-film horor. Rasanya, nafas langsung sesak, sampai susah tidur. Sampai nikah ini pun, walau akhirnya ngikutin kebiasaan Roti Srikaya buat matiin lampu pas tidur, tapi lampu dapur atau lampu ruang tengah harus dinyalain biar ada cahaya yang masuk ke kamar. Gak gelap gulita. Roti Srikaya pun berkeyakinan kalau saya bernafas bukan dengan oksigen, tapi dengan CAHAYA! 

Dari jaman kecil, kalau lagi belajar di kamar, trus Mamah nonton Dunia Lain atau semacamnya, saya selalu wanti-wanti, jangan gedein volume TV. Mamah sih selalu sengaja digedein kadang-kadang, niatnya biar mengurangi ke-perno-an saya. Saya pun sebenarnya bukan penakut parah yang gak berani di rumah sendirian, saya ikut Pramuka aktif sampai SMA, hingga segala skenario jurit malam kayaknya udah saya rasain. Tapi, sampai hari ini, saya benci sama cerita-cerita hantu, entah itu cerita mulut ke mulut pas ngumpul sama temen-temen, entah itu timeline malam jumat di twitter, acara-acara TV hantu-hantuan, apalagi film horror, khususnya film hantu Indonesia sama Thailand. Hah! Makasih. 

Roti Srikaya bilang, ketakutan saya akan cerita hantu ini persis yang dia alami waktu kecil. Semua anak kecil punya imajinasi ketakutan seperti yang sampai sekarang saya rasakan. Di saat orang lain tumbuh dewasa dan logikanya mulai jalan, mungkin khusus di bagian imajinasi horror ini saya tidak berubah sejak kecil sampai udah tua begini. Kalau film misteri atau thriller, kadang kalau dibawah ancaman ya masih nonton sih, walau banyakan meremnya daripada meleknya. Tapi kalau film hantu, saya sadar diri lahir batin gak mau nyoba nonton. Stress ntar kebayang-bayangnya berminggu-minggu. 

Saya, walaupun nggak total dan hanya dalam kondisi terdesak, sering melawan ketakutan berlebihan itu. Pengen sih suatu saat ikut terapi atau semacamnya sama yang memang expert, tapi keinginan itu belum pernah sekalipun dicoba. Anyway, what's your unreasonable fear?


Gambar dari sini

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Takut cicak dalam wujud apapun!
Nyata, gambar, boneka, bahkan tulisan pun kadang udah bikin deg-degan parah..
Kalau ada cicak masuk kamar nih, mending langsung selimutan sampai kepala, pasang musik kenceng biar gak kedengeran suara cicaknya, dan berusaha merem secepat-cepatnya. Kalau gak gitu pindah aja ke kamar temen, hihihi...


-cHeetZ-

Ariza mengatakan...

mau takut2in citra aaaah... hihihi.. *jahat*

kriww mengatakan...

aku takut terbang cha (krn pernah nyaris emergency landing) sampai2 sehari sblm naik pesawat pasti mual2, pas take off gemeteran dan sepanjang perjalanan bakal selalu ngliat jam (dah kyk lagu why do I keep counting banget dah)

dan walopun udah puluhan kali mengudara dg selamat tp rasa takutnya ga juga hilang, malahan jd takut sama segala hal yg berasosiasi dg pesawat: bandara, pramugari (walopun cm ktemu di jalan), majalah angkasa, agen tiket, sampai2 iklan mentari yg versi mau liburan itu, parah bgt deh.

btw ini komen knp panjang bgt yah. kebiasaan deh, curhat.

Anonim mengatakan...

Senasib banget ma "cheetz" walopun klo liat gambar atau boneka sudah nggak se-deg2an dulu sih. eh g cm cicak sih, sepupu2nya juga. macam kadal dan tokek gitu, bisa jejeritan jumpalitan.... :p