One may read this and think it's magic,
but falling in love is an act of magic (Calvin - Ruby Sparks)
Sampai film ini selesai ditonton, baru saya
tersadar, ini film yang 'dalam'. Saya tahu, sutradaranya adalah pasangan suami
istri keren yang juga mengarahkan Little Miss Sunshine. Pun penulis skrip
adalah Zoe Kazan, 'nabi' baru bagi gadis-gadis (termasuk ibu-ibu muda -ehem-)
hipster, tapi saya sama sekali tidak menyangka akan di bawa jauh ke sana. Ke
dalam diri, kemudian mengulik apa yang terjadi pada hidup Calvin, penulis muda,
dianggap jenius pada novel pertamanya, dan sedang struggling dengan writers-block
sekaligus kehidupan pribadi. Combo.
Begitu sulitnya dan labilnya kehidupan Calvin,
karena ditinggalkan kekasih seminggu setelah berpulangnya sang Ayah, dia
mendatangi seorang terapis. Suatu saat si terapis memberikan tugas (sebagai
bagian terapi) untuk menulis satu halaman tentang gadis yang selalu datang di
mimpi Calvin.
Dalam tugas itu, Calvin kemudian menemukan 'muse'
pada diri seorang tokoh fiksi yang dia beri nama Ruby Sparks, pelukis dari
Ohio, dengan segala sesuatu yang melekat pada Ruby adalah imajinasi ideal
seorang gadis idaman versi Calvin. Maka Calvin menulis sepanjang hari tentang
Ruby, terus mengetik dengan mesin tik manualnya, hingga suatu hari, tersebutlah
Ruby Sparks sedang berada di dapur rumah Calvin, tanpa kejanggalan, seperti
sudah seharusnya dia berada di sana. Calvin panik. Dia takut gila!
Ternyata semua orang, penjaga toko, Harry (kakak
Calvin, sudah menikah, punya satu anak bayi), Ibu, dan semuanya bisa melihat
Ruby. Harry bilang, Calvin sudah menciptakan seseorang dari pikirannya. Menurut
Harry, Calvin adalah manusia paling beruntung di muka bumi karena bisa
'mengontrol' Ruby, dan menjadikan Ruby seperti yang diinginkannya. Itu adalah
mimpi semua laki-laki di dunia, kata Harry.
Begitu seterusnya, Calvin bisa mengendalikan dan
mengubah Ruby sesuai keinginannya, tapi semuanya tetap terasa tidak tepat.
Tetap terasa tidak sesuai yang diinginkannya. Pada puncak piramida, Calvin dan
Ruby bertengkar hebat, lalu Calvin membuka rahasia, bahwa dialah yang
menciptakan Ruby dari imajinasi. Di dalam ruang baca tempat Calvin menulis, di
lantai atas rumahnya, itulah adegan paling menyesakkan dan menakutkan. Calvin berubah
menjadi manusia-monster pencipta manusia imajiner, dan ciptaannya, Ruby,
berhadapan. Sebagai pembuktian, Calvin mengetikkan apa saja yang dia mau, lalu
di saat yang sama Ruby melakukan apapun yang diketik Calvin. Apapun. Bicara
bahasa Perancis, menggerakkan tangan, mengulang-ulang kata dan kalimat,
terus-menerus menerus menerus, sampai penonton sesak nafas, hingga Ruby
tersungkur di lantai, sedang Calvin menangis tertelungkup di atas mesin tik.
Lalu Ruby menghilang.
Konsep menciptakan dan diciptakan yang tersirat
dalam film ini cukup membuat saya tercenung. Betapa ‘agungnya’ pencipta, karena
jika tidak, karena jika sang pencipta mengubah tanpa perhitungan, keselarasan
tidak akan ada.
Dalam skala kecil, pada konteks individu,
seberapapun manusia ingin mengendalikan semua hal dalam kehidupannya, dan
jikapun manusia bisa melakukannya, fitrahnya, manusia tidak akan merasa puas.
Tidak AKAN pernah. Karenanya, dalam hidup, kita tidak bisa mengontrol
segala-galanya.
Dalam skala relationship
dua manusia, sebenci-bencinya kita sama sifat pasangan yang meledak-ledak,
sesebel-sebelnya dan sangat inginnya kita agar pasangan nggak suka ngambek, sepingin-pinginnya
kiat punya magic buat mengubah
pasangan agar dia tidak mengulur-ulur waktu dalam menyelesaikan sesuatu, tapi
sifat-sifat itulah yang membentuk dia sebagai orang yang kita cintai. Kalau
sifat itu tidak melekat padanya, kompleksitas yang membuat dia balance sebagai individu yang kita
cintai dan kangenin setiap hari itu tidak akan tercipta.
Selain Miss Sparks, yang mencuri hati saya adalah
Harry, kakak Calvin ini adalah representasi ayah-ayah muda beranak satu yang
baru punya pernikahan seumur jagung. Laki-laki yang sedang berada di antara
konsep romantisme dan realita kehidupan pasangan suami istri sekaligus tanggung
jawab yang tiba-tiba runtuh dari langit sebagai orang tua. Yeah. Mengingatkan
pada kehidupan pernikahan saya sendiri J. Saya ketawa ngakak
saat Harry bilang: “Quirky, messy women
whose problems only make them endearing are not real”. Heart-breaking
buat laki-laki lajang ya ini? XD
Film ini mengerikan.
Scarily romantic, a human comedy with a
little bit everything about life.
2 komentar:
aahh... mb icha, postingan ini membuatku gatel pingin komen. Komen dikit ah...
Dari dulu aku berpendapat bahwa manusia yang sempurna itu justru membosankan. Makanya alih-alih mengharapkan bersuami laki2 yang sempurna, aku justru bilang "aku ingin suami yang kekurangannya dapat kutolerir". Masalah ada kelebihan lain2 yg bakal kusuka, tentu saja itu bakal jadi bonus. Hehehe :D
aku pribadi gak tau manusia sempurna itu membosankan apa nggak, karena belum pernah tau, hihi.
aku sebenernya gak menerima konsep 'menerima apa adanya' dari pasangan, pasti ada lah yg kita harapkan dia untuk berubah, tentu bukan untuk hal2 prinsipil ya. :)
Makasih lo komennya :))
Posting Komentar