Kamis, 31 Januari 2013

Sparkling Sparks

One may read this and think it's magic,
but falling in love is an act of magic (Calvin - Ruby Sparks)
 

Sampai film ini selesai ditonton, baru saya tersadar, ini film yang 'dalam'. Saya tahu, sutradaranya adalah pasangan suami istri keren yang juga mengarahkan Little Miss Sunshine. Pun penulis skrip adalah Zoe Kazan, 'nabi' baru bagi gadis-gadis (termasuk ibu-ibu muda -ehem-) hipster, tapi saya sama sekali tidak menyangka akan di bawa jauh ke sana. Ke dalam diri, kemudian mengulik apa yang terjadi pada hidup Calvin, penulis muda, dianggap jenius pada novel pertamanya, dan sedang struggling dengan writers-block sekaligus kehidupan pribadi. Combo.

Begitu sulitnya dan labilnya kehidupan Calvin, karena ditinggalkan kekasih seminggu setelah berpulangnya sang Ayah, dia mendatangi seorang terapis. Suatu saat si terapis memberikan tugas (sebagai bagian terapi) untuk menulis satu halaman tentang gadis yang selalu datang di mimpi Calvin.

Dalam tugas itu, Calvin kemudian menemukan 'muse' pada diri seorang tokoh fiksi yang dia beri nama Ruby Sparks, pelukis dari Ohio, dengan segala sesuatu yang melekat pada Ruby adalah imajinasi ideal seorang gadis idaman versi Calvin. Maka Calvin menulis sepanjang hari tentang Ruby, terus mengetik dengan mesin tik manualnya, hingga suatu hari, tersebutlah Ruby Sparks sedang berada di dapur rumah Calvin, tanpa kejanggalan, seperti sudah seharusnya dia berada di sana. Calvin panik. Dia takut gila!

Ternyata semua orang, penjaga toko, Harry (kakak Calvin, sudah menikah, punya satu anak bayi), Ibu, dan semuanya bisa melihat Ruby. Harry bilang, Calvin sudah menciptakan seseorang dari pikirannya. Menurut Harry, Calvin adalah manusia paling beruntung di muka bumi karena bisa 'mengontrol' Ruby, dan menjadikan Ruby seperti yang diinginkannya. Itu adalah mimpi semua laki-laki di dunia, kata Harry.

 Awalnya, Calvin tidak pernah menjadikan Ruby seperti yang dia inginkan. But well, pertengkaran demi pertengkaran selayaknya pasangan normal, cemburu layaknya pasangan normal juga, membuat Calvin muak dan mulai mengeluarkan mesin tik nya. Saat Ruby merasa mereka berdua butuh privacy dan waktu sendiri-sendiri, Calvin merasa kesepian, lalu mengetik agar Ruby tidak bisa berpisah dari Calvin, maka ngekorlah si Ruby nggak mau pisah dari Calvin kapanpun di manapun. Saat Ruby merasa sedih, Calvin mulai mengetik agar Ruby gembira, lalu menjadi gembira-lah Ruby sepanjang hari setiap saat pada semua kesempatan.

Begitu seterusnya, Calvin bisa mengendalikan dan mengubah Ruby sesuai keinginannya, tapi semuanya tetap terasa tidak tepat. Tetap terasa tidak sesuai yang diinginkannya. Pada puncak piramida, Calvin dan Ruby bertengkar hebat, lalu Calvin membuka rahasia, bahwa dialah yang menciptakan Ruby dari imajinasi. Di dalam ruang baca tempat Calvin menulis, di lantai atas rumahnya, itulah adegan paling menyesakkan dan menakutkan. Calvin berubah menjadi manusia-monster pencipta manusia imajiner, dan ciptaannya, Ruby, berhadapan. Sebagai pembuktian, Calvin mengetikkan apa saja yang dia mau, lalu di saat yang sama Ruby melakukan apapun yang diketik Calvin. Apapun. Bicara bahasa Perancis, menggerakkan tangan, mengulang-ulang kata dan kalimat, terus-menerus menerus menerus, sampai penonton sesak nafas, hingga Ruby tersungkur di lantai, sedang Calvin menangis tertelungkup di atas mesin tik. Lalu Ruby menghilang.

Konsep menciptakan dan diciptakan yang tersirat dalam film ini cukup membuat saya tercenung. Betapa ‘agungnya’ pencipta, karena jika tidak, karena jika sang pencipta mengubah tanpa perhitungan, keselarasan tidak akan ada.

Dalam skala kecil, pada konteks individu, seberapapun manusia ingin mengendalikan semua hal dalam kehidupannya, dan jikapun manusia bisa melakukannya, fitrahnya, manusia tidak akan merasa puas. Tidak AKAN pernah. Karenanya, dalam hidup, kita tidak bisa mengontrol segala-galanya.

Dalam skala relationship dua manusia, sebenci-bencinya kita sama sifat pasangan yang meledak-ledak, sesebel-sebelnya dan sangat inginnya kita agar pasangan nggak suka ngambek, sepingin-pinginnya kiat punya magic buat mengubah pasangan agar dia tidak mengulur-ulur waktu dalam menyelesaikan sesuatu, tapi sifat-sifat itulah yang membentuk dia sebagai orang yang kita cintai. Kalau sifat itu tidak melekat padanya, kompleksitas yang membuat dia balance sebagai individu yang kita cintai dan kangenin setiap hari itu tidak akan tercipta.

Selain Miss Sparks, yang mencuri hati saya adalah Harry, kakak Calvin ini adalah representasi ayah-ayah muda beranak satu yang baru punya pernikahan seumur jagung. Laki-laki yang sedang berada di antara konsep romantisme dan realita kehidupan pasangan suami istri sekaligus tanggung jawab yang tiba-tiba runtuh dari langit sebagai orang tua. Yeah. Mengingatkan pada kehidupan pernikahan saya sendiri J. Saya ketawa ngakak saat Harry bilang: “Quirky, messy women whose problems only make them endearing are not real”.  Heart-breaking buat laki-laki lajang ya ini? XD

 
Film ini mengerikan.
Scarily romantic, a human comedy with a little bit everything about life.

 

 
 
 

2 komentar:

fauziah mengatakan...

aahh... mb icha, postingan ini membuatku gatel pingin komen. Komen dikit ah...

Dari dulu aku berpendapat bahwa manusia yang sempurna itu justru membosankan. Makanya alih-alih mengharapkan bersuami laki2 yang sempurna, aku justru bilang "aku ingin suami yang kekurangannya dapat kutolerir". Masalah ada kelebihan lain2 yg bakal kusuka, tentu saja itu bakal jadi bonus. Hehehe :D

Ariza mengatakan...

aku pribadi gak tau manusia sempurna itu membosankan apa nggak, karena belum pernah tau, hihi.

aku sebenernya gak menerima konsep 'menerima apa adanya' dari pasangan, pasti ada lah yg kita harapkan dia untuk berubah, tentu bukan untuk hal2 prinsipil ya. :)

Makasih lo komennya :))